“Gedubrakkk… pranggg…
klontanggg…” bunyi barang-barang di dapur terdengar begitu gegap gempita,
memecahkan kesunyian pagi dirumah Bu Ihsan yang memang selalu sunyi. Walaupun
anak Bu Ihsan ada 5 orang namun kelima anaknya sudah berangkat sekolah dari
sejak pagi hari. Dengan adanya bunyi yang membuat terkejut hati Bu Ihsan, wajar
saja bila kemudian Bu Ihsan langsung berpikir yang tidak-tidak, “jangan-jangan
maling, jangan-jangan ada rampok, apalagi lebaran sudah selesai, mungkin banyak
orang kehabisan uang dan ingin masuk ke rumahnya yang dikira kosong tak berpenghuni”
pikirnya dalam hati.
Namun Bu Ihsan
terperanjak ketika melihat anaknya Zidan yang sekarang duduk di kelas 2 SMP
sedang sibuk merapikan kembali barang-barang yang berjatuhan di dapur. “Apa
yang sedang kamu cari Zidan?” tanya ibu kepada Zidan. Tangan Zidan terlihat
seperti habis sibuk mengoprek-ngoprek dan membuka lemari dapur lalu dilihat
satu-persatu dan dengan kesal menutup kembali semua pintu lemari dengan kasar
dikarenakan benda yang dicarinya tak ada. “Kenapa sih bu, kalau nyimpan apa-apa
dimana-mana pasti pada hilang, ibu selalu membereskan semua barang yang aku
taruh dimana-mana, sehingga ketika aku cari lagi tidak ada,” keluh Zidan kepada
ibunya.
Bu Ihsan layaknya
ibu-ibu yang lain pasti ingin selalu bersih dan ingin seluruh rumah juga rapih.
Seorang ibu pastinya tidak menginginkan barang-barang di rumah berserakan di
mana-mana dan tidak menginginkan ada barang yang diletakkan sembarangan.
Seorang ibu selalu menyelesaikan semua pekerjaan rumah dengan teliti dan rapih
sehingga anak-anak tidak memliki kesempatan untuk membersihkan dan merapikan
barang-barang yang berserakan.
Dari pagi hingga malam
hari, semua pekerjaan rumah diselesaikan ibu dengan sangat tangkas, mulai dari
mencuci piring, meletakan piring pada tempatnya, menaruh gelas, menyiapkan
makanan, juga membasuh pakaian, menyetrika dan merapihkan koran-koran. Bahkan
ibu juga membeli bahan-bahan untuk dimasak sampai mengolah dan menghidangkannya
dan itu semua biasa ibu lakukan dengan sangat teliti dan sempurna. Ibu
seringkali tidak percaya pada orang lain dalam melakukan pekerjaan di rumah,
juga pada anak-anaknya. Biasanya seorang ibu tidak sabar bila anak-anak
membantu pekerjaan rumah dikarenakan dimata ibu anak-anak mengerjakannya lama
dan tidak rapih.
Ketika seorang ibu
yang merapihkan semua hal dan mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan
sempurna, maka anak-anak tidak terlatih untuk mampu mengerjakan pekerjaan
rumah. Hasilnya anak-anak menjadi malas dan ketika sudah dewasa lalu menikah,
mereka menjadi kebingungan dalam mengerjakan pekerjaan rumah karena tidak
terbiasa dan tidak terlatih. Hal itu dapat disebabkan karena seorang ibu yang
terlalu ingin sempurna.
Sebaiknya seorang ibu
yang baik adalah pemimpin bagi rumah tangga. Dia memimpin semua anak untuk
mampu melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik, membagi-bagi tugas dan
membagi-bagi tanggungjawab agar anak-anak terlatih dan terbiasa. Lalu yang
terpenting adalah belajar bertanggungjawab dan merasa memiliki. Bisa
dibayangkan bila ibu sudah tua, maka siapa yang akan mengambil alih
tanggungjawab terhadap pekerjaan rumah dan pengaturannya, tidak bisa selalu
mengandalkan pada pembantu rumah bukan?! eramuslim.com