Hari ini adalah hari terakhir bulan Ramadhan, besok sudah Lebaran, kubayangkan suara gema
takbir menggema yang bisa terdengar sampai ke
seantero negeri. Suara merdu yang terlantun indah, begitu
menggetarkan dada setiap manusia yang beriman.
Harusnya besok adalah waktu yang membahagiakan bagi
seluruh umat islam.
Seharusnya besok adalah hari kebahagiaan. Setelah satu
bulan penuh menunaikan ibadah puasa, akhirnya tiba jua
hari kemenangan yang dinantikan. Semua orang bersuka
cita. Saling mengunjungi, saling bermaafan, saling berucap
selamat dan saling mendoakan. Taqabbalallahu minna wa
minkum, semoga Allah menerima segala amal ibadah kita.
Menyambung silaturrahim dengan sanak saudara, tetangga
dan teman-teman. Dengan pakaian baru dan kue-kue lezat
terhidang di meja.
Aku teringat bagaimana aku dengan setengah
memaksa meminta kepada ayah untuk membelikan baju
baru kepada ayahku, "Pak.. aku mau baju baru ya Lebaran
ini" ucapku kepada ayah, karena lebaran ini adalah tahun ke
tiga aku rayakan tanpa mengenakan baju baru, aku merasa
diejek teman-teman dan tetangga yang mengenakan baju
baru. Walau aku tahu semenjak ayah ku di-PHK karena
perusahaanya bangkrut akibat kenaikan BBM, ayah kini
hanya jadi penarik becak di persimpangan dekat pasar.
Sebenarnya bapak, sungguh menyayangi kami
sekeluarga, bapak giat mencari nafkah agar aku bisa
bersekolah, tapi mungkin aku yang tidak tau bersyukur dan
banyak menuntut kepada bapak untuk bisa membelikan aku
dan adiku baju baru pada Idul Fitri ini, sebuah keinginan
wajar untuk orang yang berpunya, tapi bagiku dan adiku itu
adalah sebuah imajinasi yang terlalu mewah, ayah selalu
beralasan ini ulah pemerintah yang seenaknya sendiri, jadi
kami yang menanggung bebannya.
Aku yang masih belum mengerti urusan politik atau
urusan negara yang njelimet hanya menyimpan kepedihan
karena ayah belum mampu membelikan aku dan adikku
pakaian baru, aku dan adik berusaha selalu bersabar dan
menerima, apa pun yang diberikan Allah kepada kami.
Aku hanya selalu berdoa, dan memohon kepada Allah
sesuai nasihat Ayah "Iman seorang mukmin akan tampak di
saat ia menghadapi ujian. Di saat ia totalitas dalam berdoa
tapi ia belum melihat pengaruh apapun dari doanya. Ketika,
ia tetap tidak merubah keinginan dan harapannya, meski
sebab-sebab untuk putus asa semakin kuat. Itu semua
dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa hanya
Allah saja yang paling tahu apa yang lebih maslahat untuk
dirinya. Ia yakin bahwa dengan ujian itu, Allah ingin melihat
tingkatan kesabaran dan keimanannya. Ia yakin bahwa
dengan keadaan itu, Allah swt menghendaki hatinya
menjadi luruh dan pasrah kepada-Nya. Atau, boleh jadi
melalui ujian itu, Allah menghendaki dirinya untuk lebih
banyak lagi berdoa sehingga ia lebih dekat lagi dengan-Nya
melalui doa-doanya."
Tiba-tiba kepedihan di dada ku semakin memuncak,
dan air mata ini tidak bisa diajak kompromi mengalir pada
kedua pipiku, karena aku ingin sekali memiliki baju baru
pada lebaran ini, Aku pun terlena pada kenangan lalu, di
mana ayah masih jaya sebagai buruh pada suatu pabrik
plastik.
Dulu setiap lebaran rumah kami meriah, banyak
makanan, baju baru dan lainnya. Hal itu hanya membawa
kepedihan dan penyesalan yang dalam.
"Ayah mau kemana?" tanyaku kepada ayah, "Mau narik
cari rejeki." jawab ayah singkat, "Yah jangan lupa ya aku di
beliin baju baru" ungkapku, ayah hanya menjawab dengan
anggukan pelan. Aku tertegun. Anggukan ayah membuatku
merasa bersalah. Ya Gusti Allah... ampuni aku yang selalu
menyusahkan Ayah.
Sore itu ayah pulang dengan muka sumringah,
"Yanti..." panggil ayah kepadaku, "Ada apa yah" tanyaku
kepada ayah. Ini nak, alhamdulillah ayah dapat rezeki nak,
kamu bisa beli baju lebaran" kata ayah sambil menyodorkan
uang 300.000, "Ini dari mana yah uangnya" tanya aku
kepada ayah. "Tadi becak ayah di sewa orang untuk
pindahan, alhamdulillah orang itu baik dan memberi ayah
lebih nak" begitu lah carita ayah, dan aku pun bisa
tersenyum sumringah, karena baju yang kuimpikan bisa aku
beli.
Keseokan harinya kami sekeluarga naik becak ayah
pergi ke pasar, hal ini adalah hal yang sangat indah, walau
kami tidak mempunyai mobil seperti orang kaya, naik becak
sekeluarga adalah hal yang jarang terjadi, tapi kali ini ayah
mengantar kami ke pasar untuk membelikan aku dan adikku
sebuah baju baru.
Adikku memilih baju atas bawah dengan motif senada.
Cocok sekali untuk dia yang masih duduk di bangku SD.
Kebanyakan anak-anak seusia adikku memang lebih suka
memakai baju stelan. Ibuku langsung menanyakan harga
baju yang kami pilih. Agak lama aku menunggu ibuku tawarmenawar
harga dengan pemilik toko. Tapi untungnya ibu
berhasil membeli baju itu dengan harga yang lumayan
terjangkau. Aku sangat bahagia.
"Ibu tidak sekalian membeli baju baru?" tanyaku pada ibu.
"Baju baru tidak penting bagi ibu, Yang penting hati kita
diperbarui lagi untuk dapat lebih dekat dengan-Nya. Melihat
kamu dan adikmu senang itu sudah cukup bagi ibu," ibu
menjawab lirih, sambil menasihatiku.
Ayah tadi tidak
mengantar kami belanja, ayah bilang dia mau narik becak
dulu, nanti pulangnya d tunggu di pangkalan becak tempat
ayah mangkal di pasar itu.
Setelah berputar-putar di pasar agak lama untuk
menemukan baju serta berbelanja keperluan untuk
menyambut lebaran, aku, adik dan ibu menuju pangkalan
beca tempat ayah biasa mangkal, kulihat ayah belum tiba di
sana, kami pun menunggu dengan sabar, " Bu itu ayah"
ucapku sambil melihat kesebrang jalan, dan kulambaikan
tangan memanggil ayah.
"Ayah..." ucapku sambil setengah berteriak, ayah
dengan wajah yang riang, berusaha mengayuh
becaknya dengan kencang, seakan tidak sabar
menjemput kami, "Tin...............Brak..." sebuah truk
pengangkut pasir menabrak ayah. Seketika tubuh
ayah ambruk ke tanah. Penuh darah bercucuran.
Adikku menangis kencang. Orang-orang sekitar
berlarian menuju tempat kejadian. Mereka semua
mengerumuni ayah.
Dan ayah dibawa ke rumah sakit, oleh sopir truk
itu, aku, ibu dan adikku menunggui aku di rumah sakit
itu, Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar... La
ilaha illallah wallahu akbar... Allahu akbar
walillahilhamd... Suara takbir dan tahmid mengiringi
hari itu yang bertepatan dengan malam takbiran.
Akupun berdoa kepada Allah "Ya Allah ya
Tuhanku, tolong jangan kau ambil ayahku tercinta, aku
sayang kepadanya, tiada orang yang paling baik
sedunia selain Ayah". Dan dokter rumah sakit itu
menghampiri ibu, "Bu, kondisi bapak alhamdulillah
tidak apa-apa, hanya tangan kanannya patah,
mungkin besok pun sudah bisa pulang" jelas dokter
kepada ibu.
Esoknya ketika lebaran tiba aku dan adiku
menjenguk ayah di rumah sakit, baju yang baru yang
niatnya kupakai untuk bersilahturahmi kepada
saudara dan tetangga, kupakai untuk membawa ayah
pulang. Di depan ayah aku mencium tangan, dan
bersyukur kepada Allah bahwa lebaran ini aku masih
diberi kesempatan bersama ayah ku yang tercinta.
"Ayah aku tidak terlalu butuh baju baru, aku bersyukur
ayah masih ada di sisi kami". Dan ku lihat ayah
tersenyum haru. Kesehatan dan keberadaan Ayah
adalah hadiah Idul Fitri ku dari Allah yang paling
berharga. Dan akupun berdoa memanjat syukur yang
tak terkira.
"Ya Tuhanku, berilah aku kekuatan untuk tetap
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang
tuaku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang
Engkau ridhoi, serta memasukkan aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang saleh. Kasihilah kami wahai Yang Maha
Penyayang diantara para penyayang." Amiin
0 facebook:
Post a Comment