“Pada usiaku yang ke-39, aku berada di kota suci Mekah.
Saat itulah, untuk pertamakali dalam hidupku, aku berdiri di
hadapan Ciptaan Yang Mahakuasa dan aku merasa menjadi
manusia utuh.” (The Autobiography of Malcolm X, seperti
yang dituturkan kepada Alex Haley) terbentuk.”
Malcolm X adalah Menteri Muslim
keturunan Afrika-Amerika dan aktivis
hak asasi manusia. Malcolm X lahir
pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha,
Nebraska. Ibunya, Louise Norton Little,
seorang ibu rumah tangga sibuk
dengan delapan anaknya. Ayahnya,
Earl Little, adalah seorang pendeta
baptis dan anggota UNIA (Universal
Negro Improvement Association) yakni
sebuah organisasi yang dirintis oleh
Marcos Aurelius Garvey untuk
mewadahi perbaikan hidup bagi orang
kulit hitam.
Malcolm adalah seorang siswa
yang cerdas dan fokus. Namun, ketika
seorang guru favorit Malcolm
mengatakan impiannya menjadi
pengacara adalah sesuatu yang
mustahil bagi ras kulit hitam, ia
kehilangan ketertarikannya pada
sekolah. Ia berhenti sekolah di usia 15
tahun dan menghabiskan beberapa
waktu di Boston, Massachusetts
bekerja serabutan berbagai, dan
kemudian pergi ke Harlem, New York di
mana ia melakukan kejahatan kecil.
Pada tahun 1942 Malcolm terlibat pada
narkotika, prostitusi dan perjudian.
Pada tahun 1946 ia ditangkap dan
dihukum atas tuduhan pencurian, dan
Malcolm dijatuhi hukuman 10 tahun
penjara. Di dalam penjara, ia sering
mendapat kunjungan dari saudaranya,
Hilda yang akhirnya memperkenalkan
Malcolm pada ajaran Islam Sunni.
Kemudian ia memutuskan untuk
masuk Islam dan belajar pada
pimpinan Islam sunni pada saat itu,
Elijah Muhammad. Berkat Elijah-lah ia
m e m a h a m i ke t e r t i n d a s a n d a n
ketidakadilan yang menimpa ras hitam
sepanjang sejarah. Sejak itulah
Malcolm X menjadi seorang napi yang
kutu buku mulai dari menekuni sastra,
agama, bahasa, dan filsafat.
Setelah bebas dari penjara,
Malcolm pergi ke Detroit untuk
bergabung dengan Elijah Muhammad.
Di sana, Malcolm akhirnya menjadi
figur yang terkenal di dunia akan katakatanya
yang tegas dan kritis
mengenai diskriminasi yang dialami
oleh ras kulit hitam. Namun ajaran
Elijah Muhammad juga memberikan
pandangan yang bersikap rasis
sehingga Malcolm bersifat terlalu keras
terhadap ras kulit putih dan
berpendapat bahwa mereka adalah
iblis, dan hanya Elijah Muhammad lah
yang paling terhormat karena
dipandang sebagai utusan Allah.
Pandangan tersebut tentu saja
bertentangan dengan ajaran Islam
sendiri yang tidak membedakan
kehormatan dan kehinaan seseorang
berdasarkan ras serta tidak ada nabi
sesudah Nabi Muhammad SAW.
Pandangan rasis yang di ajarkan
oleh Elijah Muhammad membuat
Malcolm kemudian menyadari bahwa
hal tersebut sebagai sebuah ajaran
yang tidak rahmatan lil alamin. Karena
hal itu Ia pun keluar kelompok tersebut
dan berniat mendirikan organisasi
sendiri.
Malcolm X akhirnya mendirikan
Organization of Afro-American Unity
pada 28 Juni 1964. Pada 21 Februari
1965, pada saat akan memberi
ceramah di sebuah hotel di New York,
Malcolm X tewas di ujung peluru tiga
orang Afrika-Amerika yang ironisnya
dia perjuangkan nilai-nilai dan hakhaknya
serta tidak ada yang tahu siapa
dan apa di balik kematiannya. Kendati
d e m i k i a n , i m p i a n M a l c o l m X
menyebarkan visi anti-rasisme dan
nilai-nilai Islam yang humanis,
menggugah kalangan Afro-Amerika
dan dunia.
(Sumber: merdeka.com)