Di edisi ini penulis mengambil tema tentang “Idola”. Karena ini sengat banyak kita lihat mengidolakan
orang-orang yang mereka simpati. Seperti yang
terjadi di Aceh, telah mencontohkan idola yang
tidak baik di beberapa bulan yang lalu
persoalan anak “punk”, itu membuat Negeri
Syariat tergoncang, karena salah mengidolakan
idolanya. Soal idola ini emang seperti udah
mendarah-daging dalam diri remaja. Pasalnya,
emang banyak remaja yang begitu. Jujur aja,
idola ABG banyak banget, dan kebanyakan
yang dijadiin idola adalah kaum seleb. Nggak
percaya? Di majalah-majalah remaja juga yang
dieskpos selalu kaum seleb. Dari mulai
gosipnya, gaya hidupnya, sampai karir mereka.
Tentu saja itu dibuat dengan tujuan supaya
remaja mengidolakannya.
Awalnya mungkin Syaidara cuma
menanamkan simpati aja, tapi kan lama-lama
Syaidara jadi keterusan senang karena
publikasinya yang dibuat seheboh mungkin.
Makanya bisa Syaidara lihat, majalah remaja
yang mengekspos kaum seleb pasti iklannya
bejibun banget, karena emang banyak
pembacanya. Kenapa remaja sering terjebak
untuk mengidolakan seseorang, ya? Ini
berkaitan dengan naluri manusia, hai syaidara.
Dalam diri manusia itu ada naluri beragama.
Lho apa hubungannya? Sebentar, Syaidra
Lamuri jangan dulu mengkerutkan dahi alias
bingung bin pusing. Tenang. Begini, gharizah
tadayyun (naluri beragama) ini diwujudkan
dengan adanya upaya untuk mensucikan
sesuatu atau menganggap sesuatu lebih dari
dirinya. Misalnya aja, nenek moyang manusia
di masa animisme dan dinamisme, mereka
menyembah batu, pohon, dan kuburan. Hal itu
dilakukan semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan akan naluri beragama mereka.
Namun, karena cuma mengandalkan
perasaannya aja tanpa dibimbing wahyu dari
Allah maka yang terjadi adalah kesalahan.
Mereka sih nggak peduli kalo itu salah, yang
penting bisa tenang karena merasa sudah
terpenuhi. Habis perkara.
Syaidara Lamuri yang berbahagia, naluri ini
ada dalam setiap orang. Orang yang atheis
sekalipun sebetulnya memiliki naluri ini. Tapi,
karena mereka nggak percaya adanya pencipta,
maka pemenuhannya dialihkan kepada
pahlawan-pahlawan mereka. Misalnya aja,
orang Soviet yang atheis sering menyembah
gambar atau patung pahlawan mereka seperti
Lenin, Stalin, Karl Marx dan tokoh-tokoh lain
yang dianggap sebagai pahlawannya. Pokoknya
diagung-agungkan dan jadi sesembahan
mereka. Ini membuktikan bahwa naluri itu
emang ada dalam diri setiap manusia. Dan tentu
saja orang-orang atheis ini merasa tenang
dengan terpenuhinya naluri tersebut. Padahal
kalo menurut aturan Islam, jelas pemenuhan
naluri yang mereka lakukan salah banget.
Mereka cuma mengandalkan perasaannya
semata. Namun tidak memperhatikan hakikat di
balik penciptaan makhluk-makhluk tersebut.
Nah, Syaidara yang mengidolakan
kaum seleb; baik artis film dan sinetron,
penyanyi, dan pemusik harus hati-hati. Soalnya,
bukan tak mungkin bila kemudian Syaidara
lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti
gaya hidupnya. Pendek kata, kalo Syaidara
sudah menganggap mereka tuntunan hidup
Syaidara, berarti Syaidara telah menjadikan
beliau-beliau sebagai “nabi”. Waduh, bek na lah
lagee nyan.
Jadi sekarang Syaidara mulai ngeh
bahwa “pemujaan” terhadap idola merupakan
salah satu perwujudan yang salah dari naluri
beragama. Malah dalam level tertentu bisa
menjerumuskan Syaidara ke dalam kesyirikan,
lho. Hati-hati ya! Dan ingat, persoalan nggak
berhenti di situ aja. Syaidara malah bisa
“dituduh” oleh Islam telah menjiplak perilaku
mereka dalam kehidupan Syaidara, jika setiap
apa yang dilakukan oleh tokoh idolasyaidara,
syaidara ikuti dengan sepenuh hati syaidara.
Yakni seluruh gaya hidupnya syaidara contek
abis nggak satupun yang tersisa. Wah, bisa
gawat itu.
S o , S y a i d a r a L a m u r i y a n g
dimuliakan Allah, mulailah berpikir normal.
Tanyoe, kaum muslimin hanya tunduk pada
syariat Islam. Apa lagi di Aceh sekarang sudah
dari dulu geutayoe sebagai ureung Islam. Dan
Tanyoe, hanya menjadikan Rasulullah saw.
sebagai idola terbaik. Adab muslim terhadap
Rasulullah adalah dengan cara menghormati,
mencintai, dan menjadikan Rasulullah sebagai
teladan kehidupan. Meneladani Rasulullah
bermakna memahami kepribadian beliau
dengan mengamati detail-detail kehidupan dan
kondisi yang pernah dihadapinya, serta meniru
perbuatan dan sifat-sifatnya. Seluruh alur hidup
Rasulullah dari lahir hingga wafatnya
merupakan babak-babak yang perlu kita
teladani. Dan, Geutanyoe harus menjadi
jamaahnya kaum muslimin yang beriman dan
taat syariat, bukan jamaahnya Justin Bieber.
Siap ya? [Dari Berbagai sumber, Rabu,
30/10/12]