Rotasi waktu terus
b e r p u t a r s e j a l a n
dengan masa pasti
b e r e d a r d a l a m
hitungannya yang
tetap dan konsisten,
s e i r i n g t a n p a
terasa ketika tiba -
tiba kitapun telah
b e r a d a d i
penghujung bulan Sya'ban. Tentunya
beberapa hari lagi ummat muslim di
s e l u r u h d u n i a me nyamb u t d a n
memasuki bulan yang paling istimewa
yaitu bulan Ramadhan penuh barakah
untuk kita semua melaksanakan
ibadah puasa.
B i l a R a m a d h a n t e l a h t i b a
pertanda sang tamu agung yang
selalu kita rindukan dia akan
membawa rahmah atau kasih saying,
membawa maghfirah atau keampunan
serta mengajak hamba untuk menjauh
diri dari kejahatan agar terhindar dari
siksaan api Neraka.
Maka, semua bibir bibir insan
yang taqwa seakan secara serentak
bergetar perlahan lahan mengucapkan
kata dalam satu kalimat , salam ta'zim
untuknya ; “Marhaban ya syahrun
Mubarak, marhaban ya syahrus
shiyam, marhaban ya saidus syuhur,
marhaban ya Ramadhan “. Selamat
datang wahai bulan yang di dalamnya
bertabur nilai nilai kebajikan dan juga
menerima amalan - amalan hamba
yang shaimin dapat jaminan Syurga.
Dalam sebuah hadist Rasulullah
Saw bersabda. “ Apabila telah datang
bulan Ramadhan, maka Allah akan
membuka secara lebar lebar semua
pintu Syurga, dan akan menutup
secara rapat rapat pintu pintu Neraka
dan dibelenggu semua syetan syetan”.
Nah ! para mukminin, shoimin dan
shoimat . Kiranya kehadiran bulan
Ramadhan yang merupakan suatu
kewajiban bagi ummat Islam dan telah
ada dalil dalam Al Qur'an, tidak ada
perselisihan dan diragukan lagi, kecuali
mengenai penetapan awal dan akhir
Ramadhan yang sering tidak sepakat
atau tidak sama.
Tapi kita jangan larut tentang
perbedaan tersebut, sekarang kita
fokuskan niat dan pikiran untuk
mengisi bulan yang mulya ini dengan
amal perbuatan yang dapat membawa
kita pada amalan amalan yang menuju
ke syurga.
Dan sebaliknya kita hindari
semua yang menghancurkan serta
membatalkan nilai pahala ibadah
puasa.
Melaksanakan ibadah puasa
berarti kita menahan diri dari makan
dan minum serta berhubungan badan
antara suami isteri di waktu siang, juga
menahan diri dari hal hal yang
menbatalkannya. Maka apa yang
menjadi substansi dari diperintahkan
puasa itu ? yaitu bisa menahan dari hal
hal yang liar selalu berkeinginan
memperturutkan hawa nafsu.
Nah, yang menjadi standar
pemahaman kita bahwa menahan diri,
k i t a b e r a s o s i a s i d e n g a n
m e n g e n d a l i k a n , m e n g e k a n g ,
mengatur, mengontrol, menata dan
seterusnya, ini merupakan istilah yang
lazim dipakai dalam hal ihwal puasa.
Konteks hawa nafsu menjadi titik
terpenting dalam pelaksanaan ibadah
puasa, Karena berpunca pada hawa
nafsu ini sangat menentukan sah atau
batalnya ibadah puasa kita.
Dalam fenomena keseharian kita
sering menyaksikan bagaimana hawa
nafsu dan syetan itu bermain peran ,
agar manusia terjerumus ke lembah
yang hina . Maka dengan adanya
perintah puasa di bulan ramadhan ini
kita melatih diri dalam mengendalikan
nafsu , menghindari dari murkanya
Al lah mencari jalur yang yang
diridhoiNya serta mencapai kederajat
orang orang yang taqwa.
Hawa nafsu itu sebenarnya sangat
penting, karena hawa nafsu itu
termasuk dorongan atau menjadi
motivasi dalam hidup seseorang, tapi
bila hawa nafsu itu cenderung kepada
kemaksiatan dan keburukan jelas akan
membawa pada kehancuran dan
kerusakan. Maka perlu dikendalikan
dengan penangkalnya yaitu berpuasa
di bulan Ramadhan, inilah kesempatan
bagi kita untuk kembali memperbaiki
sikap tingkah laku dan pola yang
selama ini sangat kurang kita perbuat,
karena bulan Ramadhan merupakan
momentum penting bagi orang yang
s a d a r a k a n k e h i d u p a n y a n g
sebenarnya.
Tiada sesuatu yang lebih mulya
dan gembira bagi kaum mukminin
m e l a i n k a n d e n g a n k e d a n g a n
Ramadhan Syahrul Mubarak yang
menjanjikan para shaimin dan shaimat
selamat mencapai Syurga Ar Rayyan.
Ketika siang kita menahan diri dari
makan dan minum, maka pada malam
malamnya disunnahkan banyak
melakukan shalat tarawih , membaca
Al Qur'an, berzikir, berdo'a ,I'tikaf.
Semua dalam rangkaian Qiyamul lail,
juga jangan dilupakan harus saban
malam mengisi sambil menanti malam
seribu bulan “ Lailatul Qadri “. Hingga
akhirnya kita keluar dari bulan
Istimewa ini dengan amal sempurna
d e n g a n m e n c a p a i ke m e n a n g a n
“La'allakum Tattaqun“ dan jadilah
manusia kepada asal aslinya dengan
memegang gelar manusia yang Fittri.
Akhirnya kita sambut bulan puasa
ini dengan Imanan wah tisaban serta
s e m u a k i t a u c a p k a n s e l a m a t
menunaikan ibadah puasa di bulan
Ramadhan.
(Penulis adalah Penyuluh
F u n g s i o n a l A g a m a I s l a m K a n t o r
Kementerian Agama Kab. Aceh Besar)