Oleh : Sayed Muhammad Husen
“ A n a k m u d a I s l a m m e m a n g
semakin militan, semakin berani
memprotes maksiat dan kemungkinan
m a k s i a t b a r u t e r j a d i , ” p u j i A b u
Muhammad terhadap sekelompok
pemuda yang melalukan demonstrasi
supaya tak ada peringatan tahun baru
masehi. Mereka mendatangi kantor
Gubernur dan sebuah hotel berbintang
menyampaikan apa yang mereka
pikirkan tentang tahun baru masehi.
N a m u n y a n g n a m a n y a A b u
Muhammad tetap saja melihat sisi lain
dari satu peristiwa. Dia tetap fokus
terhadap apa yang dia yakini, lebih baik
dibandingkan banyak tawaran gagasan
membangun kembali peradaban Islam.
“Saya memilih kerja dakwah strategis
meski jauh dari pusat kekuasaan,”
katanya suatu ketika dalam diskusi
serambi masjid.
Kerja dakwah strategis yang dia
m a k s u d k a n : u m m a t i n i h a r u s
dikembalikan kepada tauhid yang benar
melalui pembenahan pendidikan. Sebab,
pendidikanlah yang telah merusak
ummat dan anak-anak muda demonstan
itu dari pemahaman yang bersih
terhadap tauhid. Loyalitas mereka sudah
tak tunggal lagi terhdap Allah SWT.
Karena itu, dalam diskusi serambi
masjid sore itu, Abu Muhammad
berharap demonstran beberapa ormas
Islam itu dapat berdiskusi dengannya,
sehingga pemahaman Islam dan ibadah
mereka dapat lebih berkualitas lagi.
Membuat mereka punya cita-cita jangka
panjang, tak hanya reaktif terhadap
fenomena sesaat saja.
Lalu Abu, apakah anak muda itu tak
p e r l u d e m o n s t r a s i ? “ S a y a t a k
mengatakan tak perlu demo, hanya saja
mereka tak boleh kehilangan orientasi.
Mereka harus tetap belajar dari napak
tilas risalah kerasulan,” katanya.
“Lihatlah, bagaimana mereka mau Islam
tegak sementara tauhid mereka keropos
dan banyak diantara mereka masih
sebagai perokok berat.”
Sementara sikap saya terhadap
p e r i n g a t a n t a h u n b a r u m a s e h i ,
seharusnya tak ada lagi demonstrasi dan
pro kontra di Aceh. Bukankah sejak
endatu dulu kita telah memilih Islam
sebagai dien yang sempurna. Tak ada
lagi hura-hura, disko di hotel dan
pembekingnya jika kita semua telah
memilih Allah SWT Rabb semesta alam.
“ M a s a l a h n y a t a u h i d k i t a b e l u m
sempurna, akibatnya Islam hanya di bibir
saja,” tegas Abu Muhammad.
Abu Muhammad juga menyoal
kesempurnaan tauhid wali nanggroe,
gubernur dan walikota dan aparatur di
bawahnya. Apabila tauhid mereka telah
benar dan memilih Islam dengan
sepenuh hati, maka tak ada lagi yang
mengorganasir maksiat dan warga pun
tak hura-hura rayakan pergantian tahun
miladiah. “Mestinya ulil amri jadi penerus
kenabian,” harap da'i independen ini.
Pada penghujung diskusi serambi masjid
itu, Abu Muhammad mengingatkan juga
pemuda Islam supaya tak tergiring oleh
orang-orang yang sedang mengelola
bid'ah. Dia berharap semua kita dapat
hati-hati dengan bid'ah yang dapat
merusak tauhid dan ibadah. “Tak ada itu
dalam sunnah rasulullah mengorganisir
doa dan zikir,” pungkasnya