Oleh : Herman Hilmy S
Syadara Lamuri dimana pun
berada…..
Kita hidup dalam dunia ini pasti
banyak sekali kehidupan atau perjalanan
yang kita hadapi, kita sebagai hamba Allah
tetap ada kesalahan yang kita buat di
kehidupan ini. Semua orang rasanya
mempunyai kesalahan, walaupun begitu,
kita bisa untuk berubah ke yang lebih baik.
Kesalahan bisa terjadi karena kelalaian diri
sendiri ataupun faktor luar lainnya.
Namun, selalu tersedia banyak
kesempatan untuk memperbaiki diri dari
kesalahan. Banyak hal yang fatal terjadi
bukan ketika kesalahan dilakukan, tapi
justru karena respons kita yang keliru.
Panik, takut, bingung, mencari kambing
hitam atau berusaha membela diri dan
menutup-nutupi kesalahan. Semua itu
tidak menyelesaikan masalah bahkan
membuat situasi menjadi lebih buruk lagi.
Syadara Lamuri yang di Rahmati Allah….
Sebaliknya, diperlukan titik balik untuk
mengubah pandangan kita terhadap
kesalahan. Kesalahan bukanlah akhir dari
segalanya, tapi bisa menjadi pijakan
untuk permulaan baru. Kuncinya adalah
ke b e s a ra n j i wa u n t u k m e n g a k u i
kesalahan dan kerendahan hati untuk
memperbaikinya.
1. Menerima Koreksi.
Kita punya sepasang mata untuk
melihat. Tapi semua tatapan orang
tertuju pada diri kita, mereka melihat
lebih baik. Artinya koreksi efektif berasal
dari orang lain. Koreksi tidak selalu
menyenangkan. Sering kali muka kita
jadi merah saat dikoreksi. Seharusnya
kita bersyukur karena ada orang yang
mau peduli dan memberi masukan. Tiap
orang mungkin memiliki cara yang
berbeda saat memberi koreksi atau
input. Sebaiknya koreksi diterima dengan
hati lapang. Namun kita juga perlu
menyaring setiap koreksi apakah benar
relevan dan bermanfaat.
2. Mengakui Kesalahan
Tak seorang pun yang luput dari sikap
khilaf dan alpa. Kita pasti pernah
membuat kesalahan. Tapi tidak semua
orang mau mengakui kesalahan yang
telah dibuatnya. Menutupi kesalahan
seperti menyimpan bara dalam sekam.
Suatu ketika pasti terbakar. Banyak mitos
keliru tentang kesalahan. Ada yang
menganggapnya sebagai aib, tabu jika
ketahuan salah. Sebagian merasa takut
jika dihukum atau dihakimi. Namun, jika
diakui secara terbuka dan obyektif,
kesalahan dapat menjadi pembelajaran
dan proses pengembangan karakter
yang efektif.
3. Menemukan Titik Kritis
Banyak pemicu yang membuat sebuah
kesalahan bisa terjadi. Titik dimana
sering terjadi kesalahan disebut sebagai
titik kritis. Titik orang bisa berasumsi,
seakan-akan serupa padahal tak sama.
B a n y a k k e p u t u s a n k e l i r u a t a u
kesalahpahaman terjadi karena
a s u m s i .
Titik kritis juga berarti kelemahan
pribadi atau hal-hal yang perlu
diwaspadai. Titik kritis tiap orang
berbeda satu dengan yang lain. Ada
yang pelupa, suka nekat, ragu-ragu,
kuatir, apatis, mudah bosan, kurang
inisiatif, perfeksionis, ceroboh dan lainlain.
Dengan menemukan titik kritis,
kita bisa melakukan antisipasi untuk
menghindari kesalahan.
4. Komitmen Perbaikan
Ada pepatah mengatakan, langkah
terakhir menentukan. Tapi perbaikan
perlu dilakukan sesegera mungkin,
jangan tunggu saat terakhir baru mau
berubah. Karena mungkin kesempatan
sudah berlalu tanpa menunggu kita.
Langkah perbaikan membutuhkan
komitmen, karena kita cenderung
mengulang kesalahan yang sama. Jika
kita bisa belajar dan memperbaiki
kekurangan yang ada, maka kita
memiliki pengalaman untuk tidak jatuh
pada kegagalan yang sama.
5. Melakukan Restitusi
Re s t i t u s i s e r i n g k u ra n g l a z i m
dilakukan. Namun, ada proses
pemulihan yang membutuhkan
penggantian kerugian baik moral juga
material. Jika ada pihak-pihak yang
telah dirugikan, maka kita perlu
melakukan restitusi.
Tapi, restitusi bukan berarti
segalanya telah impas. Restitusi tidak
menghapus kesalahan yang telah dibuat.
Tapi lebih merupakan penggantian
kerugian sepatutnya sebagai konsekuensi
atas sebuah kesalahan.
(Dari Berbagai Sumber)