Oleh : Ahmad Faizuddin, M.Ed
Lalai itu umpama penyakit yang
merusak tubuh kita perlahan-lahan.
Biasanya ia membuai kita dengan
kesibukan yang tiada habis-habisnya,
sehingga kita lupa memperhatikan
ibadah kepada Allah SWT. Sampai
kapan kita akan berteman dengan
kelalaian? Penyakit ini harus segera kita
obati supaya tidak bertambah parah.
Obatnya adalah dengan bertaubat dan
memperbaiki diri. Tulisan singkat ini
akan membahas tentang katagori
orang-orang yang lalai, katagori
orang-orang yang selamat dari
kelalaian, hal-hal yang membuat
kita lalai, resep mengobati
penyakit lalai dan nasihat Nabi
SAW serta para ulama agar kita
senantiasa memperbaiki diri.
Siapakah sebenarnya orangorang
yang lalai itu? mereka
adalah orang-orang yang tidak
menggunakan hati, mata, dan
telinga untuk memahami ayatayat
Allah (Q.S. Al-A'raf: 179; An-
Nuur: 44).
Hanya orang-orang
cerdas yang akan selamat dari penyakit
lalai. Yaitu mereka yang senantiasa
mengisi hari-harinya dengan amal
kebaikan dan memanfaatkan detik-detik
waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.
itu betul-betul menyadari bahwa hidup di
dunia ini bukan untuk makan, minum,
atau bersenang-senang saja seperti
binatang. Hidup itu adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT (Q.S. Adz-
Dzariyaat: 56).
Rasulullah SAW mengingatkan,
“Ni'mataani maghbuunun fiihima
katsiirun min al-naas, al-shihhatu wa alfaraaghu”
– Dua ni'mat yang kebanyakan
manusia tertipu di dalamnya; ni'mat
sehat dan waktu luang (H.R. Bukhari, No.
6412).
Coba renungkan sejenak, apa
yang kita lakukan ketika kita dalam
keadaan sehat? Apa pula yang kita
kerjakan ketika kita diberikan waktu
luang? Kira-kira kita
banyak melakukan
h a l - h a l y a n g
bermanfaat untuk
diri sendiri dan orang
l a i n a t a u m a l a h
m e n g h a b i s k a n
ni'mat yang sangat
berharga ini berlalu
begitu saja?
Allah SWT juga
mengingatkan supaya kita tidak
mengikuti orang-orang yang lalai (Q.S.
Al-Kahfi: 28). Ingatlah bahwa Allah SWT
senantiasa mengetahui apapun yang
kita kerjakan, baik di kala sendirian
maupun dalam keramaian (Q.S. Al-
Hadid: 4).
Hal-hal apa saja yang membuat kita
lalai? Di zaman modern ini ada begitu
banyak tantangan yang membuat kita
tenggelam dalam lautan dunia. Salah
satu penyebabnya adalah mengikuti
hawa nafsu. Ia akan mengantarkan kita
kepada kelalaian, khususnya lalai dari
Allah SWT dan Hari Akhir.
Pertama, permaian dan olah raga.
Kalau kita perhatikan, sekarang banyak
orang sibuk dengan main games di
komputer atau menonton pertandingan
bola kaki di layar televisi. Tanpa kita
sadari waktu shalat pun terlewati
dengan mudahnya, khususnya shalat
berjama'ah di Masjid. Kita sanggup
mengulang-ulang sebuah permainan
untuk mencapai target dan misinya,
n a m u n j a r a n g s e k a l i k i t a m a u
memperbaiki kualitas ibadah shalat
supaya lebih sempurna dan sesuai
target. Kita senantiasa menunggu
episode-episode permainan di level
selanjutnya, namun jarang sekali kita
menunggu waktu-waktu untuk bertemu
langsung dengan Allah SWT.
Bukankah waktu kita akan lebih
berharga kalau kita gunakan untuk
menghafal dan mengkaji ayat-ayat Al-
Qur'an? Bukankah waktu kita akan
menjadi berkah kalau kita gunakan
untuk berbakti dan membantu orang
tua? Manakah yang lebih besar
manfaatnya untuk dunia dan akhirat
kita? Orang menjadi lalai karena
kecintaannya terhadap dunia melebihi
cintanya kepada akhirat. Padahal dunia
a d a l a h t e m p a t p e r i s t i r a h a t a n
sementara untuk menuju kampung
yang abadi di akhirat sana.
Kedua, berteman dengan orangorang
lalai. Allah SWT mengingatkan
supaya tidak mengikuti orang yang
hatinya lalai dari mengingat-Nya (Q.S.
Al-Kahfi: 28). Meskipun sangat sibuk,
luangkan waktu untuk beribadah
k e p a d a A l l a h S W T s u p a y a D i a
menambahkan karunia-Nya kepada
kita (Q.S. An-Nur: 36-38).
Apakah ada obat untuk penyakit
lalai ini? Mungkin resep berikut ini bisa
membantu kita supaya tidak terinfeksi
penyakit lalai. Pertama, mengingat
kematian. Mati itu adalah sesuatu yang
pasti dan Allah SWT menciptakan kita
bukan untuk main-main (Q.S. Al-
Mu'minun: 115). Hidup itu hanya sekali,
maka gunakan kesempatan yang ada
dengan sebaik-baiknya.
Siapa yang
bisa menjamin bahwa esok pagi kita
masih hidup? Rasulullah S AW
berpesan kepada Abdullah bin Umar,
“Kun fi al-dunya kaannaka ghariibun au
'aabiru sabiilin” – Jadilah kamu di dunia
ini seperti orang asing atau bahkan
s e p e r t i o r a n g y a n g s e k e d a r
lewat/musafir (H.R. Bukhari, No.
6416).
Kedua, menajemen waktu.
Waktu yang kita jalani sangat singkat
dan berharga. Jangan sia-siakan
dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Contohlah teladan Nabi SAW, para
S a h a b a t d a n U l a m a d a l a m
m e m a n f a a t k a n w a k t u . M e r e k a
membagi waktunya untuk beribadah,
berda'wah, membaca ataupun menulis
s e c a r a i s t i q a m a h d a n
berkesinambungan. Kapan mereka
beristirahat? Bagi mereka shalat
adalah waktu istirahat yang sempurna.
Dalam shalat mereka bisa memulihkan
kembali tenaga supaya bisa melakukan
kegiatan-kegiatan yang lainnya.
B a g a i m a n a d e n g a n k i t a ?
Kebanyakan kita terjebak dengan
rutinitas yang padat sehingga mereka
merasa bahwa tidak cukup waktu untuk
b e r i b a d a h . S e b a g i a n y a n g l a i n
mempunyai waktu yang luang namun
gagal dan lalai memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya, karena berpikir
masih mempunyai waktu yang banyak.
Padahal sesungguhnya kebanyakan
dari kita tertipu oleh waktu. Pemahaman
dan kebiasaan seperti ini harus kita
p e r b a i k i , k a r e n a m a s i h b a n y a k
kewajiban dan kebaikan yang harus kita
lakukan.
I m a m I b n u a l - Q a y y i m a l -
Jauziyyah berpesan, “Setahun ibarat
s e b a t a n g p o h o n , b u l a n - b u l a n
sepanjang tahun ibarat cabangcabangnya,
hari-hari sebagai
rantingnya, jam-jam sebagai
daunnya. Barangsiapa yang
hembusan-hembusan nafasnya
selalu dalam ketaatan pada Allah,
n i s c a y a p o h o n i t u a k a n
menghasilkan buah yang baik,
d a n b a r a n g s i a p a y a n g
hembusan-hembusan nafasnya
dalam kemaksiatan, niscaya akan
menghasilkan buah yang pahit.
Sedangkan musim tuai hanya
pada hari Kiamat kelak. Maka
pada saat itulah tampak dengan
jelas buah yang manis dari buah yang
pahit” (Al-Fawaaid).
Hampir senada, Ibnul-Jauzi
memberikan nasihat, ”Terkadang ada
orang yang memiliki badan sehat namun
tidak memiliki waktu luang disebabkan
oleh pekerjaannya. Terkadang juga ada
orang yang kaya tetapi dia sakit. Jika ada
orang yang memiliki kedua hal tersebut,
lalu dia malas untuk berbuat taat, maka
dialah orang yang merugi. Untuk lebih
jelasnya, dunia ini adalah ladang, di sana
ada perniagaan yang keberuntungannya
akan nampak di akhirat.
Barangsiapa menggunakan waktu
luang dan waktu sehatnya untuk berbuat
taat kepada Allah, maka dia adalah
orang yang berbahagia. Barangsiapa
yang menggunakannya untuk berbuat
maksiat maka dialah orang yang rugi.
Karena waktu luang akan diikuti oleh
kesibukan dan sehat akan diiringi oleh
sakit.”
Oleh karena itu marilah kita
mengisi hari-hari kita dengan bacaan
dan tadabbur Al-Qur'an. Jangan biarkan
hari-hari berlalu tanpa siraman ayatayat-
Nya dan panduan mutiara Hadits
Rasul-Nya. Hidup itu harus seimbang.
Sebagai orang yang beriman jangan
sampai harta dan anak-anak melalaikan
kita dari mengingat Allah, sehingga kita
menjadi orang yang merugi (Q.S. Al-
Munafiqun: 9).
© Akhi, 2013 Gombak:
December 22nd 3:00 p.m.