Lamurionline.com--Banda Aceh – Di Provinsi Aceh, buta huruf lebih banyak dialami kaum perempuan ketimbang laki-laki dengan perbandingan 16,6 dan 7,5 persen. Dalam hal lainnya, kaum perempuan juga masih tertinggal selangkah di belakang laki-laki.
Hal tersebut diungkapkan oleh Idaryani dari Rumah Perempuan Politik Aceh (RPPA) dalam kegiatan pendidikan politik untuk perempuan yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh di Aula Kantor Camat Kuta Alam, Banda Aceh, Kamis (27/03/2014).
RPPA sendiri merupakan organisasi yang khusus membidangi politik perempuan dibawah Balai Syura Ureung Inong Aceh. Acara tersebut dihadiri oleh puluhan perempuan dari lingkungan Kecamatan Kuta Alam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS) tahun 2012, jumlah penduduk perempuan di Aceh mencapai 2.347.000 jiwa dan laki laki 2.346.900 jiwa. “Dari jumlah tersebut, angka buta huruf pada perempuan lebih dominan dibanding laki laki yaitu sekitar 16,6 persen berbanding 7,5 persen,” ungkapnya.
Sementara itu, pada Pemilu Legislatif 2014, Caleg perempuan berjumlah 3.950 orang, sedangkan Caleg laki laki sejumlah 6.362 orang. “Caleg perempuan hanya 38 persen dari Caleg laki laki. Namun hal tersebut sudah ada peningkatan dibandingkan Pemilu sebelumnya,” ungkapnya lagi.
Kendala lain yang dihadapi perempuan selama ini adalah minimnya dukungan keluarga khususnya suami. “Perempuan juga masih mejalankan peran ganda, tidak diakui sepenuhnya oleh partai untuk berkecimpung dalam bidang politik dan tidak dipercaya oleh masyarakat perempuan untuk masuk ke parlemen,” kata dia.
Padahal kalau mengkaji sejarah Aceh, katanya, banyak pejuang-pejuang perempuan Aceh yang memimpin perang melawan penjajah, seperti Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati dan Ratu Safiatuddin yang bisa membawa Aceh ke arah yang lebih baik.
Idaryani juga berharap dalam Pemilu yang akan datang setidaknya ada 20 persen keterwakilan perempuan di perlemen, baik itu di DPR RI, DPRA, maupun di DPRK.
“Karena hal tersebut tidak lain untuk memperjuangkan hak-hak perempuan yang selama ini masih tertinggal. Perempuan Aceh tidak boleh Golput, karena suara perempuan juga menentukan Indonesia ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.
Pada tempat yang sama, para peserta juga diberi pemahaman dan bimbingan tentang tata cara pemilihan dalam Pemilu mendatang yang dipaparkan oleh Nurul Akmal dari Balai Syura Ureung Inong Aceh. Hadir pula dalam acar itu Kasubbid BP3A Aceh, Juli Sari Avolita dan beberapa staf BP3A lainnya. (Ndar) http://atjehlink.com/