Lamurionline.com--
(Oleh: Zulkifli)
Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan di parlemen.
Dalam berkampanye, berbagai macam trik dilakukan oleh para partai yang
disampaikan oleh juru kampanye (jurkam) masing-masing, mulai cara yang muslihat atau tidak, dari yang rasional sampai irasional.
disampaikan oleh juru kampanye (jurkam) masing-masing, mulai cara yang muslihat atau tidak, dari yang rasional sampai irasional.
Mengumbar janji untuk mengubah nasib suatu kaum dari tingkat ekonomi yang rendah kepada tingkat ekonomi yang mapan juga dimanfaatkan. Padahal, umbaran janji-janji yang telah disampaikan oleh partai tertentu pada kampanye pemilihan gubernur yang lalu juga belum terealisasi, mulai dari satu juta rupiah per kepala keluarga sampai dengan naik haji cuma lima juta rupiah per orang.
Kampanye membuat orang menggebu-gebu, sehingga kadang ia lupa dengan kodratnya sebagai manusia, mengkudrahkan sesuatu yang belum diiradahkan Allah, dan mengatakan iya mampu tanpa menyandarkan kepada Allah, seolah-olah ia-lah yang menciptakan dan ia mampu menepati semua janjinya.
Jangan Mengumbar Janji
Janji adalah senjata utama bagi juru kampanye dalam mengambil hati rakyat, sehingga kadangkala jurkam tersebut melupakan hakikat janji. Padahal janji itu harus ditepati bukan dipolitisi, bahkan Rasulullah bersabda: “Pendusta bukanlah umatku”.
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak jurkam yang mudah mengobral janji kepada rakyat tapi tak pernah menunaikannya. Betapa banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berhutang namun menyelisihi janjinya. Bahkan meminta udzur pun tidak. Padahal, Rasulullah telah banyak memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan keras menciderai janji dengan orang-orang kafir.
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”, (An Nahlu: 91).
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”, (Al-Isra’: 34).
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah (janjinya)”, (Al Ahzab: 23)
Dengan menepati janji manusia akan tinggi derajatnya, karena ia dinobatkan manusia siddiq danamanah, namun dengan mengingkari janji manusia itu akan terjerumus kedalam lobang yang sangat hina, sehingga ia akan kehilangan marwah, harga diri, dan kepercayaan dari masyarakat, bahkan ia akan di cap manusia pecundang.
Iblis Penebar Janji Manis
Iblis adalah nama diri untuk sesosok makhluk ciptaan Allah yang merupakan musuh umat manusia, terutama menurut ajaran agama Kristen dan Islam (Wikipedia). Iblis juga dinobatkan makhluk halus yang selalu menyesatkan manusia dari hidayah.
Pada waktu perang Badr, Iblis datang bersama para setan pasukannya dengan membawa bendera. Ia menjelma seperti seorang lelaki dari Bani Mudlaj dalam bentuk seseorang yang bernama Suraqah bin Malik bin Ju’syum.
Ia berkata kepada kaum musyrikin: “Tidak ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini. Dan aku ini sesungguhnya pelindung kalian.” Tatkala dua pasukan siap bertempur, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam debu lalu menaburkannya pada wajah pasukan musyrikin sehingga mereka lari ke belakang. Kemudian malaikat Jibril mendatangi Iblis. Ketika Iblis melihat Jibril dan waktu itu tangannya ada pada genggaman seorang lelaki, ia berusaha melepaskannya kemudian lari terbirit-birit beserta pasukannya. Lelaki tadi berkata:“Wahai Suraqah, bukankah kamu telah menyatakan pembelaan terhadap kami?” Iblis berkata: “Aku melihat apa yang tidak kamu lihat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/330 dan Ar-Rahiq Al-Makhtum hal. 304)
“Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya Ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu Telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah”. dan Allah sangat keras siksa-Nya” (Al Anfal: 48).
Iblis selalu mengumbar janji, bahkan menghasut manusia dengan janji manis agar mengikuti langkahnya, dan mengatakan langkah atau partai yang ia ajak adalah akan membawa keselamatan untuk masyarakat selamanya.
Jujur dan Menepati Janji
Jujur adalah lurus hati dan tidak pernah berbohong. Manusia yang jujur dan menepati janji akan dipercayai dan disayangi oleh manusia, bahkan ia akan menjadi panutan dan public figur yang patut diteladani.
“Sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga, sesungguhnya orang yang berkata benar maka orang tersebut dicatat sebagai orang yang paling jujur. Sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka dan orang yang dusta maka akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang paling dusta” (Shahih Bukhari, hal: 65 juz: 4).
Muadz berkata, Rasulullah bersabda kepadaku: “Saya berwasiat kepadamu supaya bertaqwa kepada Allah, jujur dalam bicara, melaksanakan (menjaga) amanah, menepati janji, memberi salam, dan merendahkan diri (tawadlu’)”. (Ihya’ Ulumuddin. juz:3. hal:135).
Juru kampanye harus islami, harus beretika, beraqidah dan berakhlak mulia, sehingga saat ia berkampanye untuk partainya tidak menjelekkan partai lain atau mengatakan partai lain Yahudi.
Segala sesuatu bisa terjadi dan memperebutkan kursi adalah cita-cita setiap partai, namun menjaga iman tetap di dada adalah harga diri yang sangat mahal. Jadilah juru kampanye seperti yang diharapkan Rasulullah SAW, jangan pernah mengotori Serambi Mekkah dengan perbuatan dan perkataan kita. (op)
(Penulis adalah alumnus STAIN Malikussaleh Lhokseumawe dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara)