Oleh : A Fatih Syuhud
Disiplin adalah kemauan yang instan untuk taat dan
hormat pada aturan yang berlaku baik
itu aturan agama, etika sosial maupun tata
t e r t i b o r g a n i s a s i .
Salah satu dari kekurangan santri secara umum
adalah perilaku disiplin. Sebenarnya bukan
santri saja yang berperilaku kurang disiplin.
Secara umum mayoritas individu yang berasal
dari negara miskin atau berkembang terkena
penyakit ini. Kalangan militer adalah
p e n g e c u a l i a n .
Secara definisi, disiplin adalah kemauan yang
instan untuk taat dan hormat pada aturan yang
berlaku baik itu aturan agama, etika sosial
maupun tata tertib organisasi. Baik ada yang
mengawasi atau tidak.
Seorang yang disiplin ketika melakukan suatu
pelanggaran walaupun kecil akan merasa
bersalah terutama karena ia merasa telah
mengkhianati dirinya sendiri. Perilaku khianat
akan menjerumuskannya pada runtuhnya
harga diri karena ia tak lagi dipercaya.
Sedangkan kepercayaan merupakan modal
utama bagi seseorang yang memiliki akal sehat
dan martabat yang benar untuk dapat hidup
dengan tenang (sakinah), dan terhormat.
Dengan demikian, sikap disiplin adalah suatu
keharusan.
Dalam bahasa Nabi, perilaku
disiplin itu tersirat dalam sifat ihsan. Dalam
sebuah Hadits sahih riwayat Bukhari dan
Muslim disebutkan bahwa ihsan adalah
“menyembah Allah seakan-akan kamu
melihatNya.” Konsekuensi dari perilaku ihsan
adalah komitmen untuk melakukan segala
aturan Allah—menjalani perintah dan
menjauhi laranganNya—saat sendirian
maupun saat ada orang yang mengawasi.
Inilah inti dari disiplin.
Perilaku ihsan kepada Allah idealnya tidak
didasarkan pada rasa takut, tapi pada rasa
cinta: cinta pada Allah dan cinta pada diri
sendiri.
Pertama, dengan dasar cinta pada Allah, maka
ketaatan pada syariah Allah bukan karena rasa
takut. Akan tetapi karena didorong
semangat untuk menyenangkanNya.
Ibarat cinta seorang ibu pada putranya
yang tak membutuhkan timbal balik.
Bukan karena ingin sorgaNya, atau
t a k u t p a d a n e r a k a N y a . S e b a b
keikhlasan model begini, menurut Ibnu
Sina, hanya timbul dari jiwa pedagang
yang selalu mempertimbankan untung
rugi dalam berbuat.
Kedua, cinta pada diri sendiri. Perilaku
disiplin hendaknya juga didorong oleh
rasa cinta pada diri sendiri. Karena
setiap perbuatan baik pada
dasarnya untuk kepentingan
diri sendiri walaupun terkesan
untuk kepentingan orang lain
(QS Al Isra' 17:7 ).
Cinta pada
diri sendiri bermakna bahwa
seseorang akan sekuat tenaga
menjaga kehormatan, harga diri
dan martabat pribadi dengan
berusaha selalu mentaati segala
aturan yang berlaku, baik
aturan Tuhan maupun aturan
antar-manusia yang sudah
disepakati bersama.
Kesadaran bahwa perilaku disiplin diri
(self-discipline) atau ihsan sebagai
bentuk dari kecintaan manusia pada
dirinya sendiri itu sangatlah penting.
Sebab, dengan begitu, pengawasan tak
lagi diperlukan. Korupsi, pencurian,
perzinahan dan tindakan kriminal serta
asusila lainnya tak akan ada. Karena
semua tindakan kriminal, asusila dan
pelanggaran yang lain timbul dari
lemahnya kesadaran bahwa segala
perbuatan yang melanggar aturan
Tuhan dan manusia pada dasarnya akan
merusak diri sendiri (self-destructive)
(QS Fushshilat 41:46; Al Jatsiyah 45:15
), keluarga dan semua orang yang
dicintainya.
S u m b e r :
http://www.fatihsyuhud.net/2012/
0 8 / disiplin-dalam-islam/