Oleh Sayed Muhammad Husen
Abu Muhammad tak banyak
berpendapat pada dialog (imajiner) Serambi
Masjid kali ini, sebab topik yang kami
diskusikan tentang manajemen fundraising
(penggalangan dana) sedekah. Dia kurang
minat topik ini. Sementara mazkaz dakwah
yang dipimpinnya hampir tak terurus akibat
kekurangan dana. Potensi besar dana ummat
dalam bentuk sedekah yang dapat digalang
untuk mendukung operasional dakwah, dia tak
galangnya.
Selama ini, Abu Muhammad
mengandalkan inisiatif sahabatnya bersedekah
untuk aktivitas dakwah yang dia jalankan.
Jumlahnya tak bisa diperkirakan, sebab
sedekah itu bersifat sukarela. Tak terjadwal.
Kadang banyak, kadang sedikit. Tak masuk
t e r a t u r . B a h k a n j a r i n g a n
persahabatan Abu tak
tergarap maksimal
untuk mendukung
“ j i h a d ” A b u
m e m b i n a
ummat.
Diliha
t dari program
yang dilakukan
Abu, sebenarnya
ada program yang
layak “dijual” untuk
m e n g a j a k u m m a t
mendukungnya. Abu cukup banyak
mengirim putra-putri Aceh belajar bahasa
Arab dan dienul Islam ke luar Aceh dan luar
negeri. Dia menyiapkan da'i dan da'iyah
mandiri yang mampu bekerja penuh waktu
berdakwah dalam masyarakat. Mereka
mengajar pada ma'had-ma'had sunnah yang
didirikannya di seluruh Aceh.
“Saya tidak hanya meratapi, bahwa
gerakan kembali ke sunnah Rasulullah
dikalahkan paham lama yang semakin
menguat di Aceh. Tapi saya telah bekerja
sekuat tenaga menyiapkan kader dan penyebar
sunnah,” kata Abu Muhammad. “Hanya saja,
para sahabat saya belum memberikan
dukungan yang memadai terhadap program
ini,” keluh Abu Muhmmad.
Dalam hal inilah saya menawarkan
Abu memprakarsai Program Sedekah Sehari
Seribu (S3). Abu dan timnya dapat melakukan
fundraising dengan menyurati seluruh
sahabat, jamaah pengajian dan simpatisan
untuk berdesekah sehari seribu rupiah melalui
markaz dakwah pimpinan Abu Muhammad.
Mushaddiq (pemberi sedekah) dapat
mengumpulkan sedekahnya setiap hari seribu
rupiah, lalu ketika sudah banyak baru
diserahkan ke Abu atau dijemput petugas yang
Abu tunjuk.
“Inilah masalahnya. Belum ada
pengikut saya yang terampil bekerja mengurus
administrasi keuangan. Selama ini, orangorang
bersedekah melalui kami, ikhlas saja.
Kami tak berikan tanda terima, mereka pun tak
minta,” kata
A b u
Muhammad.
“Saya pikir,
sedekah itu
harus ikhlas
dan tak perlu
d i k e t a h u i
orang lain.
Ta k p e r l u
diumumkan
di media.”
Saya beda pendapat
dengan Abu. Sedekah tak harus
m e n u n g g u d a t a n g n y a
keikhlasan. Ketika sudah rutin
sedekah, dipastikan keikhlasan
datang dengan sendirinya.
Karena itu, S3
d a p a t
dilakuka
n siapa
s a j a ,
kaya
a t a u
misk
in. Sebab
d a l a m
kenyataannya,
masyarakat miskin
p u n s e t i a p h a r i
menggunakan uang tunai. Jika
disisihkan sehari seribu rupiah,
dipastikan keuangannya tak akan
terganggu.
S3 dapat ditingkatkan jika
digalang dari kalangan orang gajian,
profesional atau kelas menengah.
Mereka kita motivasi untuk Sedekah
Sebulan Seratus Ribu (S3R), misalnya.
Sedekah ini bisa dikelola oleh lembaga
atau disalurkan masing-masing kepada
yang membutuhkan.
Akhirnya, Abu Muhammad
s e p e n d a p a t : A l l a h S w t a k a n
melipatgandakan pahala sedekah kita
dan dengan sedekah kita bahagia di
dunia dan bahagia di akhirat. Bahagia di
dunia karena dapat berbagi, bahagia di
akhirat karena menerima imbalan
surga-Nya.