Tanggal 17 Agustus 1945 hari kemerdekaan
N e g a r a R e p u b l i k
Indonesia. Maka tidak salah kiranya kalau
kita menyebut bulan Agustus sebagai bulan
k e m e r d e k a a n . N a m u n a p a a r t i
kemerdekaan yang sebenarnya? Apakah
kita dikatakan sudah merdeka hanya
dengan mengikuti upacara bendera dan
aneka perlombaan saja? Atau merdeka itu
hanya sebatas ucapan, “Selamat Hari
Kemerdekaan” di media cetak dan online?
Bagaimana sudut pandang agama Islam
k h u s u s n y a d a l a m m e m a k n a i h a r i
kemerdekaan?
Tahun 2014 ini usia kemerdekaan
Negara Indonesia sudah mencapai angka
69 tahun. Hal ini bukanlah waktu yang
singkat. Mempertahankan kemerdekaan
dalam rentang waktu tersebut adalah suatu
prestasi yang luar biasa. Kiranya kita juga
perlu berpikir sejenak, apakah kita sudah
mengisi kemerdekaan dengan baik dan
benar?
Kalau kita merujuk ke Kamus Besar
B a h a s a I n d o n e s i a , k a t a m e r d e k a
(mer.de.ka) mempunyai arti (1) bebas (dari
perhambaan, penjajahan, dan sebagainya);
berdiri sendiri; (2) tidak terkena atau lepas
dari tuntutan; (3) tidak terikat, tidak
bergantung kepada orang atau pihak
t e r t e n t u , l e l u a s a . S e m e n t a r a k a t a
kemerdekaan (ke.mer.de.ka.an) berarti
keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas,
tidak terjajah lagi, dan sebagainya);
kebebasan.
Dalam Islam sebenarnya sudah
dinyatakan dengan jelas bahwa setiap anak
yang lahir ke dunia semuanya dalam
kondisi merdeka (fitrah). Dalam konteks
ini maka semua manusia dalam keadaan
bebas, suci, dan bersih tanpa pengecualian.
Kemudian ketika usianya bertambah, dia
d i p e n g a r u h i o l e h o r a n g - o r a n g d i
sekelilingnya, khususnya orang tua (Sahih
al-Bukhari No. 1358, Sahih Muslim No.
2658 b, Sunan Abi Dawud No. 4714).
Sementara manusia yang tidak
merdeka adalah mereka yang masih terikat
dengan kendali duniawi termasuk harta dan
nafsu. Jiwa mereka terpenjara dan raga
mereka tidak bebas. Islam mengajarkan
ummatnya untuk senantiasa merdeka.
Caranya adalah dengan membebaskan diri
dari segala pengaruh jahat khususnya
pengaruh syaithan yang mengajak kepada
berbuat sesuatu yang tidak baik (munkar).
Dalam konteks yang lebih luas,
sebuah Negara dikatakan betul-betul
merdeka apabila dapat mempertahankan
kemuliaan adab dan akhlaq masyarakatnya.
Peran manusia sebagai khalifah, penguasa
di atas permukaan bumi ini hanya dapat
dipertahankan apabila dia mempunyai
akhlaq yang baik dengan lingkungan
sekitarnya.
Seorang Raja Pujangga Arab
bernama Ahmad Syauqi (1868-1932)
berkata, innama al-umamu al-akhlaqu ma
baqiyat, fa in humu zahabat akhlaquhum
zahabu (kekalnya sebuah bangsa karena
akhlaq, apabila akhlaqnya rusak maka
runtuhlah bangsa tersebut).
Hanya mereka yang mempunyai
akhlaq yang baik dengan segala sifat-sifat
mulialah yang dapat membebaskan diri
dari segala tantangan dan cobaan hidup.
Merekalah yang dapat mengisi dan
mempertahankan kemerdekaan dengan
sebenarnya.
Oleh karena itu, kita perlu mendidik
generasi penerus yang mempunyai akhlaq
yang baik dengan mengedepankan nilain
i l a i k e b e r a n i a n d a n k e s a b a r a n ,
mempunyai sikap optimis dan setia, serta
mampu mempertahankan kemerdekaan
dari pihak-pihak yang mementingkan
dirinya sendiri. Bebaskan bangsa ini dari
kebodohan, korupsi, kolusi, nepotisme,
ketidaktertiban hukum, dan sebagainya.
Wallaahua'lam.
© Akhi (Gombak: 24.08.2014, 6:11 p.m.)