`Semua orang setuju bahwa shadaqah itu
perbuatan baik. Sayangnya kebanyakan
kita jarang bershadaqah. Bagi sebagian
orang, shadaqah itu mudah karena
mereka mempunyai harta berlebih dan
sebagian yang lain malah enggan
bershadaqah. Namun jarang sekali kita
menemukan orang yang masih mau
bershadaqah di kala hidupnya susah.
Anjuran untuk bershadaqah ketika
kita dalam keadaan kaya ataupun miskin
adalah ujian dan cobaan. Allah SWT ingin
melihat apakah hamba-Nya mampu
mengolah amanah yang dititipkan-Nya
ketika kaya, dan apakah hamba-Nya tetap
mau berbagi ketika miskin.
Allah SWT menjanjikan bahwa
orang yang senantiasa bershadaqah itu
hidupnya penuh berkah. Bukan hanya
jaminan balasan yang berlipat ganda (Q.S.
A l - B a q a r a h : 2 4 5 ) , b a h k a n A l l a h
menjanjikan syurga
seluas langit dan bumi
kepada mereka yang
gemar bershadaqah,
baik di kala senang
maupun susah (Q.S.
Ali-'Imran: 133-134).
Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa
N a b i S AW p e r n a h
bercerita tentang kisah 3 orang Bani Israil
yang menderita sakit. Orang yang pertama
berpenyakit kusta (abrash), yang kedua
berkepala botak (aqra'), dan yang ketiga
buta (a'ma). Allah SWT mengutus seorang
malaikat untuk menguji mereka.
Malaikat mendatangi orang yang
berpenyakit kusta dan bertanya, “Apakah
yang paling engkau sukai?” Orang tersebut
menjawab, “Kulit yang bagus dan sembuh
dari penyakit kusta”. Maka malaikat
mengusap kulitnya sehingga hilang
penyakitnya. Setelah itu malaikat bertanya
lagi, “Harta apakah yang paling engkau
sukai?” Orang itu menjawab, “Unta”.
Malaikat pun memberikannya unta dan
berdo'a untuk keberkahannya.
Kemudian malaikat mendatangi
orang yang berpenyakit rambut rontok dan
bertanya, “Apakah yang paling engkau
sukai?” Orang tersebut menjawab,
“Rambut yang bagus dan sembuh dari
penyakit botak”. Maka malaikat mengusap
kepalanya sehingga hilang penyakitnya.
Setelah itu malaikat bertanya lagi, “Harta
apakah yang paling engkau sukai?” Orang
itu menjawab, “Sapi”. Malaikat pun
memberikannya sapi yang sedang bunting
dan berdo'a untuk keberkahannya.
Yang terakhir malaikat mendatangi
orang yang buta dan bertanya, “Apakah
yang paling engkau sukai?” Orang tersebut
menjawab, “Aku ingin Allah SWT
mengembalikan penglihatanku sehingga
aku dapat melihat manusia”. Maka
malaikat mengusap matanya sehingga ia
bisa melihat kembali. Setelah itu malaikat
bertanya lagi, “Harta apakah yang paling
engkau sukai?” Orang itu menjawab,
“Kambing”. Malaikat pun memberikannya
kambing yang sedang bunting dan
mendo'akan keberkahan daripadanya.
Mereka pun sibuk memelihara unta,
sapi dan kambing masing-masing sehingga
beranak-pinak banyak memenuhi lembahlembah.
Selang beberapa waktu malaikat
kembali mendatangi mereka satu per satu.
Malaikat mendatangi lelaki yang
pertama dengan menyerupai dirinya
sebagai orang berpenyakit kusta dan
mengadu, “Aku seorang musafir yang
kehabisan bekal, tidak mempunyai tempat
mengadu selain kepada Allah dan engkau.
Demi Yang yang telah memberikan engkau
kulit yang bagus dan harta berupa unta,
berikanlah kepadaku bekal supaya dapat
meneruskan perjalanan”. Lelaki itu
menjawab, “Aku mempunyai banyak
t a n g g u n g a n ” . M a l a i k a t p u n
mengingatkannya bukankah dia dahulu
juga berpenyakit kusta dan miskin,
kemudian Allah memberikan kesembuhan
dan harta kepadanya. Namun lelaki itu
membantah dan menjawab, “Aku mewarisi
harta ini dari orang tuaku”. Akhirnya
malaikat berkata, “Sekiranya kamu
b e r d u s t a , n i s c a y a A l l a h a k a n
menjadikanmu seperti semula”.
Kemudian malaikat mendatangi
lelaki yang kedua dengan menjelma sebagai
orang yang berpenyakit rontok dan
mendapatkan jawaban yang sama seperti
lelaki sebelumnya.
Ketika malaikat
mendatangi lelaki yang ketiga, malaikat
mendapatkan jawaban yang berbeda dari
lelaki tersebut, “Aku sebelum ini adalah
lelaki buta dan miskin, kemudian Allah
memberikan kesembuhan dan harta
kepadaku. Maka ambillah sesukamu
karena Allah Ta'ala. Dan malaikat pun
menjawab, “Peliharalah hartamu.
Sesungguhnya kalian sedang diuji dan
Allah Ta'ala telah ridha kepadamu dan
murka kepada kedua temanmu” (H.R.
Bukhari dalam Kitab Ahadith Al-Anbiya'
No. 3464 dan Muslim dalam Kitab Az-
Zuhd wa Ar-Raqaiq No. 2964).
Dalam hadith tersebut di atas
tersirat contoh orang yang pandai
bersyukur terhadap ni'mat Allah dan orang
yang kufur akan ni'mat-Nya. Ingatlah
bahwa Allah akan menambah ni'mat
apabila kita senantiasa bersyukur dan
melenyapkannya apabila kita kufur (Q.S.
Ibrahim: 7).
S h a d a q a h y a n g b e n a r i t u
mengajarkan kita menjadi orang yang
pemurah dan tidak pelit. Bagaimanakah
sebenarnya shadaqah yang benar-benar
benar? Yaitu shadaqah yang dilakukan atas
dasar tulus ikhlas serta tidak ada unsur ria
dan pamer dalam memberi. Semoga kita
menjadi hamba-hamba Allah SWT yang
pandai bersyukur dan gemar bershadaqah
sehingga hidup kita penuh berkah.
Wallaahua'lam.
© Akhi (Gombak: 19.11.2014, 9:00 a.m.