Banda Aceh – Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Drs Dermawan MM mengatakan peran ulama dayah sangat berpengaruh di lingkungan masyarakat Aceh. Ulama dayah, kata Dermawan, adalah pengawal dan pengayom dalam pelaksanaan syari’at Islam di negeri ‘Serambi Mekkah’.
“Oleh sebab itu, kekuatan dan kebersamaan yang dibangun para ulama dayah sudah sepantasnya kita dukung bersama,” kata Dermawan yang hadir mewakili Gubernur Aceh saat membuka Rapat Koordinasi, Konsultasi dan Konsolidasi dengan Pimpinan Dayah se-Aceh yang digelar Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) Aceh di Banda Aceh, Jum’at (12/12/2014) malam.
Turut hadir pada kesempatan itu antara lain Kepala Badan Dayah Aceh Bustami Usman, anggota DPR RI asal Aceh Prof Dr Bachtiar Ali, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Hasanul Basri, jajaran pengurus HUDA, para tamu undangan lainnya serta ratusan ulama dan santri Aceh.
Sekda berharap, pertemuan tersebut melahirkan keseragaman paandangan dalam percepatan pembangunan Dayah dan peningkataan kualitas santri Aceh.
“Kebersamaan dan kekuatan itu menjadi penting, sebab saat ini kita dihadapkan kepada tantangan globalisasi yang berpotensi merusak dan mengganggu aqidah umat,” ungkap mantan Kepala LAN Aceh ini.
Dalam kesempatan itu, Sekda Dermawan juga mengajak para ulama dayah untuk terus berkiprah sebagai penguat dan benteng akidah. “Harus kita perkuat, sehingga sehebat apapun hantaman globalisasi, tetap bisa kita atasi,” katanya.
Diharapkan juga, melalui rapat kerja yang diselenggarakan ini, mampu merumuskan langkah dan program yang tepat terkait penguatan syariat Islam di Aceh, sekaligus mendorong agar HUDA semakin solid dan tangguh.
Sementara, Ketua HUDA Tgk H Hasanoel Bahsry atau yang akrap disapa Waled Nu, menyerukan agar para ulama dan semua elemen mencegah upaya pendangkalan akidah yang dilakukan secara terstruktur di Aceh. “Seperti yang terjadi akhir-akhir di Pidie jaya, di Aceh Jaya, di Bener Meriah, di Aceh Tenggara dan di daerah lainnya.”
“Maraknya isu pendangkalan akidah yang terjadi akhir-akhir ini, misalnya penemuan buku-buku misionaris. Ini sangatlah mengkhawatirkan, perlu menjadi bahan renungan kita bersama bahwa kaum misionaris tidak berdiam diri,” ungkap Waled Nu.
Rapat kerja HUDA hari ini, tambah Waled Nu, hendaknya menjadi langkah awal guna merapatkan barisan kalangan ulama dayah untuk menegakkan nilai-nilai syariat di Aceh. “Mari kita rapatkan barisan, karena tantangan yang kita hadapi di era modernisasi ini kian beragam,” pungkasnya. (al3/sp)