Keimanan
seseorang tidak bisa diukur hanya dengan melihat penampilan luar. Penampilan
bak seorang ustad kondang, berbusana muslimah, berjenggot dan bersurban. Namun
keimanan merupakan kepunyaan mutlak bagi hamba-hamba Allah yang bertaqwa yang
tidak merasa sombong, selalu rendah hati, bahkan iman itu sendiri tidak bisa
dimiliki tanpa hidayahnya Allah SWT.
Masa-masa
ini begitu mahal harga Giok, begitu turun naik harga emas, begitu berkilaunya
permata, sehingga manusia terlena karnanya. Menjamur dan naik daunnya batu giok
bahkan mengalahkan batu nisan yang setiap orang akhirnya pasti memerlukan batu
nisan tersebut sebagai tanda kematian dan berakhirnya kehidupan. Mahal harga
giok, tinggi harga permata melenakan manusia sehingga turun drastisnya harga
iman. Sering kita lihat di dekat jalan raya, di emperan pertokoan di Toko Banda
Aceh khususnya saat ini, orang berkerumun melihat bentuk giok dan harganya.
Sehingga azan di masjid, meunasah dan mushalla tidak bermakna apa-apa bagi
mereka. Tidakkah tergerak kaki untuk melangkah, tidakkah tergerak hati untuk
segera pergi berwudhu meninggalkan giok sebentar yang sebenarnya giok itu
sendiri diciptakan oleh Nya. Namun kita malah melupakan pencipta Nya yaitu
Allah SWT.
Banyak
manusia yang “demam” akan giok, tapi lupa saat tubuh “demam” menggigil ketika
mendekati kematian sementara amal belum begitu sempurna. Tak hanya giok,
berbagai kemilau dunia lainnya membuat kita lupa akan saat-saat ajal menjemput,
yang menghilangkan segala kemilau dan kegemilangan akan dunia yang fana ini.
Sesungguhnya cinta akan dunia berlebihan maka akan menghilangkan besarnya cinta
kita akan Allah dan Rasul Nya.
Nah
syedara, dari hal-hal yang terpikirkan di atas mudah-mudahan menjadi renungan
dan iktibar bagi penulis dan pembaca.
Sebenarnya,
giok atau yang dikenal dengan batu mulia itu sudah sejak lama ada di Aceh.
Secara Geologis di mana Indonesia ini terletak pada pertemuan tiga lempengan
dunia Yakni Eurasia, Indo-Australia dan Samudra Pasifik. Indonesia juga
terletak pada dua rangkaian dua pegunungan muda yaitu Sirkum Mediterrania dan
Sirkum Pasifik. Akibat dari letak geologis tersebut, maka Indonesia bukan hanya
menjadi “Laboratorium Dunia” dalam hal bencana, tapi juga menjadi “Supermarket”
untuk bahan-bahan tambang bernomor wahid di dunia, seperti pasir, minyak bumi,
bahkan bahan mineral berharga seperti giok dan berbagai jenis lainnya.
Namun
giok tak seindah pancarannya, timbul masalah-masalah lainnya akibat dari demam
giok tersebut jika tidak diawasi dengan baik dan benar. Sebagaimana di katakan
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Drs. Tgk. H. Ghazali Mohd Syam
beberapa waktu lalu yang mengkhawatirkan kegandrungan masyarakat muslim di Aceh
batu tersebut dapat memberikan manfaat karena akan mengarah kepada kesyirikan.
Sampai ada isu dari kalangan tertentu yang mengatakan giok dapat meringankan
azab kubur, ringan di padang mahsyar dan akan memperoleh kekayaan. Nauzubillahi
min zalik.
Penulis yang awam agama beranggapan bahwa jika kita
menggunakan batu tersebut hanya sekedar untuk hobi, perhiasan, maupun koleksi,
penulis kira sah-sah saja dengan syarat tanpa menaruh kepercayaan yang dapat
memberikan manfaat akibat dari memakai batu tersebut, karena akan berefek
kepada kesyirikan dan aqidah kita terhadap suatu benda mati seperti batu.
Oleh karena itu, gunakanlah sumberdaya yang
Allah karuniakan kepada negeri kita sebagai ajang untuk mencari pekerjaan yang
halal, berkah, dan juga tetap menjaga nilai-nilai sosial dan tidak mengarah
kepada kesyirikan yang Insya Allah Aceh akan menjadi negeri yang makmur yang
akan dilimpahkan sumber daya- sumber daya yang lainnya tidak hanya batu giok
seperti sekarang ini.