Dakwah adalah
transformasi (perubahan) dari sistem sosial yang menolak Islam sebagai
pandangan hidup menuju suatu tatanan sosial yang menghormati nilai-nilai Islam
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dakwah sekaligus
sebagai sarana mewujudkan penghormatan manusia yang total terhadap tauhid dan
mengimplementasikannya dalam seluruh aspek kehidupan.
Karena itu, warung kopi
(warkop) sebagai bagian dari kehidupan ini tak boleh luput dari dakwah. Warkop
tak semestinya bergerak sendiri penuh intrik, gosip, fitnah dan berbagai bentuk
kesia-siaan lainnya. Warkop jangan dibiarkan berproses tanpa dilandasi
nilai-nilai ilahiyah. Kita juga tak
hendak membiarkan warkop berkembang menjadi institusi yang berhadap-hadapan
dengan karakter keacehan.
Saya pikir, warkop
tetap merupakan bagian integral dari sistem sosial keacehan yang islami. Tak
ada pemilahan antara warkop dengan masjid. Sama-sama mengarahkan masyarakat
pada kehidupan yang mencintai dan manaati Sang Khalik. Jika masjid menjadi
simbol keislaman orang Aceh, maka di warkop pun seharusnya tetap mencermintan
identitas Aceh yang islami, itu.
Maka, pekerja dakwah
tak boleh melupakan dan meningggalkan warkop; salah satu obyek dakwah. Warkop adalah
juga target islamisasi. Mendakwahi warkop dengan “warganya” adalah pekerjaan
besar dakwah ilallah: mendorong
masyarakat berbuat kebaikan dan meninggalkan segala keburukan. Sehingga, tak
ada lahan dakwah yang terbengkalai begitu saja.
Mendakwahi warkop bukan
berarti menjadikan warkop seperti masjid, dayah atau balai pengajian. Warkop
tetap pada fungsinya yang konsumtif dan rekretarif, namun bagaimana aktivitas
dakwah menjadikan warkop mampu mendukung seruan; supaya “warganya” tidak
maksiat kepada Rabb-nya. “Warga” atau pengunjung warkop ikut mengekalkan
nilai-nilai islami yang hidup dalam masyarakat Aceh.
Dakwah warkop harus
pula dilakukan sesuai dengan karakteristik warkop yang spesifik. Untuk ini,
para pekerja dakwah harus pula merumuskan metodelogi dakwah warkop yang
efektif: dakwah yang lebih menekankan pada penciptaan suasana islami,
dibandingkan penyampaian pesan-pesan Islam. Dakwah yang tak menggurui, tapi lebih
pada menciptakan ikim yang santai-islami.
Beberapa bentuk dakwah
warkop: menjaga kebersihan di warkop; menjaga kehalalan makanan dan mainuman;
membayar gaji pekerja warkop yang layak; menyesuaikan jam buka warkop dengan
jadwal shalat Jumat dan Maghrib; membatasi konten pornografi pada internet; menyelipkan
musik dan film islami; secara berkala mengadakan diskusi agama dengan
mengefektifkan Forum Pengajian Warkop; menyebarkan Buletin Dakwah; berlangganan
media islami; menambah hiasan kaligrafi atau gambar-gambar islami. Dan, bentuk
lain yang dapat terus dikembangkan.
Saya pikir, dakwah
warkop membutuhkan pekerja dakwah spesialis, yang mampu mengembangkan dakwah pada
obyek tertentu, seperti di hotel, rumah sakit, lokasi wisata dan juga di warkop.
Dalam hal ini, saya sangat terkesan dengan dakwah seorang Jamaah Tabligh yang
menyediakan waktu setiap hari berdakwah 2,5 jam setiap hari dari warkop ke
warkop. Subhanllah. Semoga banyak da’i lainnya meminati wilayah dakwah ini,
tentu, dengan metode-metode yang lebih inovatif.
0 facebook:
Post a Comment