(Meunan U meunan minyeuk, meunan Ku meunan
Aneuk)
Orang tua merupakan contoh utama bagi anak-anak, apa yang dilakukan oleh
orang tua baik itu yang terlihat maupun yang hanya terdengar akan menjadi
tauladan bagi mereka. Masalahnya, kadang orang tua lupa atau secara sengaja
maupun tidak menunjukan kepada mereka prilaku yang sejatinya tidak layak mereka
contoh. Tidak ada orang tua yang sempurna, tetapi sudah sepatutnyalah kita
berupaya semaksimal mungkin untuk tidak memberikan contoh jelek yang kelak
dijadikan contoh perbuatan oleh anak-anak.
Anak, khususnya mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan selalu mencontoh
yang mereka saksikan, mereka tidak perduli entah itu contoh yang buruk maupun
contoh yang baik, karena kemampuan akal mereka baru terbatas pada sikap
mencontoh belum sampai pada taraf bisa membedakan mana yang layak dicontoh dan
yang tidak layak dicontoh. Sekalipun mereka sudah tumbuh remaja, hendaknya
tindak tanduk dan laku perbuatan orang tua dirumah tetap dijaga, karena figur
orang tua merupakan contoh utama sebagai bahan referansi mereka dalam
berperilaku ditengah keluarga maupun ditengah masyarakat. Berikut ini, lima hal
pokok yang layak diperhatikan dan dilakoni oleh orang tua, agar kelak menghadirkan
contoh yang baik bagi anak-anak.
1. Aktifitas Spiritual.
Aktifitas spiritual orang tua akan
menjadi panutan anak, anak laki-laki biasanya akan melihat kebiasaan orang tua
laki-laki sementara anak perempuan akan manut pada sang ibu. Ada baiknya membiasakan
sholat bersama dirumah bagi yang muslim atau beribadah ke rumah ibadah secara
bersama-sama bagi yang non muslim. Kesempatan tersebut sekaligus digunakan
untuk mengajak anak-anak secara bersama-sama. Dibulan puasa seperti saat ini
merupakan salah satu kesempatan terbaik untuk memberikan contoh kepada mereka,
setidaknya bagi keluarga yang hidup bersama bisa sahur, sholat subuh, buka
puasa, sholat mahgrib, sholat isya dan tarawih bersama.
2. Aktifitas Sosial.
Anak akan melihat aktifitas sosial yang dilakukan oleh
orang tua. Cara orang tua memperlakukan pihak lain, entah itu dari golongan
mampu maupun dari golongan sederhana akan membekas dihati mereka. Berlaku baik
kepada pihak lain bukan berarti harus mengalah secara mutlak. Orang tua wajib
menunjukan, jika benar harus berani menunjukan bahwa kita dalam posisi benar
walaupun yang dihadapi orang yang terpandang, tetapi jika salah kita harus
berani mengakui kesalahan walaupun dengan orang yang dalam kehidupan
sehari-harinya jauh dari kata mapan seperti kita.
3. Pemberian Hukuman.
Memberikan hukuman kepada anak karena salah adalah
sebuah keharusan, jangan sampai sianak sudah berbuat salah tapi masih
mendapatkan pembelaan. Contoh, jangan pernah membela anak ketika si anak sedang
ditegur atau dinasehati oleh istri, sekalipun kita tahu bahwa sebenarnya si
anak tidak salah. Jika hal ini kita lakukan, sianak akan menjadi besar kepala
sementara disisi lain kita akan melahirkan perseteruan dengan istri, demikian
juga sebaliknya. Berilah hukuman yang wajar, sesuai dengan tingkat kesalahannya
dan kita sudah memastikan bahwa si anak benar-benar salah.
4. Pengendalian Emosi.
Ada kalanya kita ribut dengan keluarga atau malah
bersengketa dengan pihak lain, cara kita menghadapi permasalahan tersebut juga
harus diperhatikan. Pertengkaran kecil dengan istri/suami biasanya akan
menyulut emosi dan kadang ada kecenderungan kita berlaku emosional. Sebaiknya
jangan pernah menunjukan sikap emosional dihadapan anak, misalnya dengan
ucapan-ucapan yang kasar dan nyaring. Persoalan tersebut sebenarnya akan sangat
mudah diselesaikan dengan saling terbuka dan bicara dengan lembah lembut.
Mengalah atau diam sejenak sampai salah satu pihak reda emosinya adalah sikap
yang paling baik dan kemudian hari anak akan mencontoh hal yang sama.
5. Tingkah Laku Kasar.
Jangan pernah berperilaku kasar dihadapan anak.
Kekerasan bersifat verbal dan non-verbal sangat mudah dicontoh oleh anak-anak.
Alangkah bijaknya, walaupun anda orang yang berpembawaan kasar sebaiknya
menahan diri semaksimal mungkin agar jangan sampai terlihat oleh mereka. Jika
sudah tidak tahan dengan situasi, sebaiknya anda berjalan keluar (ke teras
rumah atau ke halaman) sejenak. Dengan melihat pemandangan yang menyejukkan
mata, bisa sedikit menurunkan kadar amarah. Kesemuanya itu tentu saja tidak
baku dan mutlak, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Namun kita harus
selalu ingat bahwa dalam rumah ada manusia-manusia kecil yang selalu dan selalu
mencontoh perilaku kita sebagai orang tua. Jika mereka sudah terlanjur
mencontoh yang buruh, akan sangat sulit bagi kita untuk memperbaikinya. Maaf,
tulisan ini bukan untuk menggurui tapi hanya sebagai bahan pengingat kita
sebagai orang tua. (sumber : kompas.com)