Ummat Islam menggunakan momentum Idul Fitri untuk memperkuat silaturrahim, yang dilakukan dalam berbagai bentuk dan cakupan yang luas. Silaturrahim bisa saja dengan cara saling mengucapkan selamat, meminta maaf dan saling berbagi hadiah.
Masyarakat Aceh melakukan silaturrahim Idul Fitri dengan saling berkunjung sambil maaf memaafkan. Ada juga yang menggelar silaturrahim dalam wujud pertemuan, dialog dan makan bersama.
Pengertian silaturrahim dapat diperluas dengan cara membangun komunikasi dan dialog, sehingga tercipta saling pengertian, toleransi dan lahirnya diskusi partisipatif terhadap pemecahan permasalahan ummat, kemanusiaan dan sosial budaya yang sedang dihadapi ummat dan bangsa. Dengan silaturrahim ini terwujudlah penghargaan terhadap manusia dan kemanusiaan.
Menurut Dahnil Anzar Simanjuntak, momentum Idul Fitri harus digunakan untuk memaknai kembali fitrah Islam sebagai agama yang memanusiakan manusia, mengedepankan nilai-nilai sosial dan berbagi terhadap sesama. Salah satunya tentu melalui silahturrahim.
Dahnil menambahkan, semangat silahturrahim dapat dimaknai sebagai sarana mempererat hubungan sosial sesama ummat beragama, tidak hanya sesama ummat Islam, tetapi juga seluruh warga dengan latar belakang agama berbeda.
"Semangat silahturrahim harus kita maknai lebih luas, sebagai pemaknaan merawat kohesi sosial,” kata dia.
Tokoh Islam seperti Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo telah menunjukkan sikap dialog dan silaturrahim. Semangat tersebut terlihat saat kedua tokoh Islam itu menerima dengan terbuka permintaan masyarakat Indonesia Timur yang menolak rumusan Piagam Jakarta.
Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo kemudian menyepakati perubahan ketentuan yang tercantum dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kebesaran hati tokoh-tokoh Islam untuk merawat persatuan didasari oleh semangat silaturrahim dan dialog itu perlu terus kita jaga.
Maka Idul Fitri adalah momentum tepat untuk menguatkan kembali nilai-nilai silaturrahim dan dialog sebagai salah satu fitrah Muslim Indonesia.
Dalam konteks keacehan, semangat silaturrahim perlu terus kita jaga dan rawat dengan baik dalam kerangka membangun negeri ini supaya adil dan sejahtera dalam ampunan dan ridha Allah SWT. Kita secara bersama-sama masih harus menyelesaikan masalah kemiskinan, pengangguran, dan masalah-masalah keummatan lainnya.
Dengan semangat silaturrahim dan Idul Fitri kita dapat mengurangi intrik sesama kita dan mengelola konflik dengan baik, sehingga energi positif yang kita peroleh selama puasa Ramadhan mampu kita aktualkan dalam pembangunan dan kehidupan sehari-hari di Aceh.