Lamurionline.com--Banda Aceh : Jum’at pekan lalu, bertepatan dengan tanggal 7 bulan juli tauh
2017, atau 7-7-17, banyak memanfaatkan angka cantik itu sebagai momen
indah dalam hidup. Diantaranya, tanggal cantik ini untuk berikrar memadu
hidup di depan penghulu. Salah satu pasangan yang ingin melepas masa
lajang angka serba tujuh itu adalah Ustad Muzammil Hasballah – Sonia
Ristanti.
Muzammil bukanlah pemuda sembarangan. Beberapa tahun
ini namanya demikian dikenal. Suara merdu mendayu dan fasih, imam Masjid
al Lathif Bandung dan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB),
ini membuatnya sering diundang ke berbagai pelosok nusantara untuk
memimpin shalat.
Bukanlah angka unik yang membuat pernikahan
sarjana arsitektur ITB 2015 ini piral di media sosial dan menjadi buah
bibir tidak saja di Aceh tempat keduanya berasal. Tetapi prosesi
pernikahan pemuda kelahiran Paya Tijue Sigli, 21 September 1993 yang
menikahi adik kelasnya semasa sekolah di SMA 10 Fajar Harapan Banda Aceh
ba’da shalat Subuh itulah yang hangat diperbincangkan di tanah air.
Bahkan rumor beredar, tanggal 7 Juli 2017 dinobatkan sebagai “hari patah
hati” bagi ibu yang memiliki anak gadis maupun paraakhwat nusantara.
Ada-ada saja.
Muzammil mengundang para sahabat dan followernya
melalui akun instragram, khususnya yang berdomisili di Banda Aceh dan
Aceh Besar untuk shalat Subuh berjamaah sekaligus menyaksikan pernikahan
yang terbilang langka, karena akad nikah dilaksanakan pada pagi, usai
shalat Subuh.
Menurut pengurus masjid, pernikahan dilakukan
pagi, karena jadwal nikah pada hari itu telah terisi. “Permintaan
Muzammil sebagai hafidz tak mungkin ditolak,” ujar pembawa acara
mewakili pengurus. Waktu Subuhlah pilihan dianggap tepat, agar
pernikahan tetap terlaksana tanpa mengganggu jadwal kegiatan lain.
Tentu saja, Muzammil menjadi imam pada detik-detik akhir masa
lajangnya di Masjid Agung Al Makmur Banda Aceh itu. Hadir ribuan jamaah
yang kebanyakan aktifis dakwah dan jamaah safari shubuh baik pria maupun
wanita, tua dan muda, termasuk calon isteri dan keluarga.
Sambil mempersiapkan diri kedua calon pengantin, Tgk. Fakhruddin Lahmuddin menyampaikan tausiah bagi jamaah, usai shalat.
Sementara di ruang tunggu imam, terlihat Muzammil tidak nyaman.
Beberapa kali ia dan rekan mencocok-cocokkan dasi. Dari ketiga dasi,
akhirnya dasi kupu-kupu warna hitamlah yang dipakai. Stelan Jas biru
yang dikenakan, berhiaskan bunga pada saku atas. Sesekali ia mematut
diri pada cermin di ruangan itu. Pernikahan dimulai sekitar pukul 06.15
Wib. Lagi, Muzammil membacakan sendiri haflah Qur’an berikut
saritilawah.
Ijab kabul dilakukan sendiri oleh ayah Sonia,
Idris yang langsung disambut Muzammil sekali ucap, jelas dan sah.
Muzammil menyerahkan mahar, 20 mayam emas bagi perempuan kelahiran
Bireuen, 26 Februari 1995 itu. 1 mayam setara 3,37 gram.
Baru berbilang menit, Muzammil berdoa sambil telapak tangan kanan menyentuh pipi Sonia yang baru dinikahinya. Saat adegan ini berlangsung, terdengar beberapa suara jeritan perempuan, histeria.
Sonia yang
bercadar saat menikah, adalah pemalu. Maka ia tidak merespon cepat
pembawa acara yang menyuruhnya bersalaman sambil mencium tangan Muzammil
yang kini telah menjadi pemimpin rumah tangganya. Tentu saja
kecanggungan ini mengundang tawa hadirin.
Setelah menikah,
Muzammil-Sonia berfoto di Masjid Raya Baiturrahman. Preh linto atau
resepsi diadakan di kediaman keluarga Sonia Idris di kawasan Darussalam,
Ahad, 9 Juli. Preh dara baro, resepsi di kediaman Keluarga Muzammil
Hasballah di Sigli, Sabtu, 15 Juli.
Selanjutnya , kedua
pengantin baru yang mengundang kagum akan menetap di Bandung, karena
Muzammil terikat sebagai karyawan swasta di ibukota Jawa Barat itu. NA Riya Ison