Kata bijak mengajarkan dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni
membuat hidup menjadi indah, seni berperan penting dalam memperindah
sesuatu dalam kehidupan ini, hidup ini akan terasa hambar tanpa seni.
seni berkomunikasi adalah fokus dalam tulisan singkat ini. Mengapa kita
membutuhkan seni berkomunikasi? Dalam hidup ini kita sering mendengar
yang namanya informasi, ada beberapa hal yang termasuk dalam katagori
sebuah informasi diantaranya fakta, berita, gosip dan fitnah. Setiap
informasi pasti memunculkan dua kutub yaitu positif dan negatif serta
akan memberikan dampak dalam kehidupan ini. Dalam konteks ini,
dibutuhkan kelihaian kita dalam mengelola setiap informasi sehingga
berbuah kebaikan yang bernilai amal saleh.
Komunikasi
pada intinya adalah sebuah hubungan sosial, hubungan tersebut
dipengaruhi oleh sistem komunikasi yang akan mempererat, mempersatukan
serta mengurangi dan melenyapkan perselisihan dan sengketan apabila
muncul, atau malah terjadi sebaliknya. Rasulullah mengingatkan bahwa
keselamatan hidup manusia bermula dari keselamatan lidah. Untuk itu,
belajar berkomunikasi sangatlah penting dalam kehidupan ini, sehingga
fungsi dari komunikasi sebagai infomasi, sosialisasi, motivasi, diskusi,
pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan, dan integrasi akan
benar-benar terwujud, sehingga kelanggengan dalam sebuah hubungan akan
selalu terjaga.
Komunikasi dalam hidup ini
begitu penting dalam mempertahankan dan mengokohkan silaturrahmi,
apalagi dengan fungsi manusia sebagai makhluk yang membutuhkan dan
dibutuhkan oleh orang lain. Seni berkomunikasi dalam hidup menjadi
penentu kualitas seseorang dalam pergaulan, apakah pergaulan akan selalu
damai atau selalu diselubungi oleh benih-benih konflik yang
sewaktu-waktu bisa meledak memunculkan api yang membakar semangat
persaudaraan, silaturrahmi dan hubungan saling ketergantungan.
Islam
menawarkan konsep-konsep berkomunikasi agar kehidupan ini tetap
langgeng dengan semangat ukhuwah, semangat yang mempersatukan seluruh
ummat tanpa membedakan ras dan warna kulit, tanpa memandang
latarbelakang dari mana dia datang. Ada beberapa hal yang sejatinya
terus hidup dan berkembang dalam masyarakat, sehingga komunikasi akan
tetap berjalan pada jalurnya, sehingga kebenaran akan terus hidup dan
kebathilan akan sirna.
Diantara hal tersebut
adalah, pertama selalu mengatakan kebenaran walau itu pahit. Dalam
sebuah hadist Rasulullah berpesan katakanlah kebenaran sekalipun itu
pahit (HR. Imam Baihaqi). Berkata dan bertindak benar adalah cermin
pribadi bersih dan taqwa, sebab benar dalam kata dan perbuatan adalah
pekerjaan sulit, pekerjaan yang banyak diterpa cobaan dan ujian. Meski
demikian, kehidupan ini akan berjalan sesuai dengan aturan syariat jika
manusia benar dalam kata dan perbuatan.
Sebuah
cerita menarik yang terjadi pada Abdullah bin Kaab bin Malik, pada saat
perang Tabuk Abdullah bin Kaab bin Malik tidak hadir ke pertempuran,
sedangkan beliau tidak memiliki uzur (halangan) untuk menghadiri perang.
Setelah perang selesai, Rasulullah kembali ke Kota Madinah dan Abdullah
bin Kaab bin Malik menghadap Rasulullah untuk menyampaikan alasan
mengapa ia tidak turut hadir ke pertempuran perang Tabuk. Di depan
Rasulullah beliau berkata Demi Allah, sesungguhnya tidak ada uzur yang
membuat saya tidak ikut serta berperang. Demi Allah, saya tidak berdaya
sama sekali kala itu meskipun saya mempunyai peluang yang sangat longgar
untuk ikut berjuang bersama kaum Muslimin. Mendengar pernyataan
tersebut Rasulullah berkata Orang ini telah berkata jujur dan benar,
oleh karena itu berdirilah hingga Allah memberimu keputusan. Hukuman
yang dijalankan oleh Abdullah bin Kaab bin Malik adalah diisolir dari
pergaulan umum selama 50 hari lamanya, saat saat tersebut sungguh berat
dirasakan oleh Abdullah bin Kaab bin Malik, tetapi ia mampu melaluinya
dengan baik.
Kisah ini mengajarkan (lesson
learn) bahwa kejujuran dan kebenaran tentu memiliki konsekuensi, namun
konsekuensi tersebut akan berhasil dijalankan oleh orang-orang yang
taqwa. Berkata benar dan jujur adalah pekerjaan berat, banyak halang
rintang yang menghadang di depan. Dalam buku Tabir Hidayah (10
Penghalang Untuk Mengikuti Kebenaran) yang ditulis oleh Fariq Gasim Anuz
disebutkan bahwa ada 10 faktor penghalang seseorang mengikuti
kebenaran, yaitu kurangnya ilmu dan lemahnya pemahaman tentang
kebenaran, hati yang kotor akibat maksiat, sombong dan dengki, lebih
mencintai kehormatan dari pada kebenaran, syahwat dan harta, cinta
kepada keluarga dan karib kerabat melebihi cintanya kepada kebenaran,
lebih mencintai negara dan tanah air dari pada mencintai kebenaran,
mencintai nenek moyang melebihi cintanya kepada kebenaran, adanya
permusuhan antara seseorang dengan yang lain, kemudian musuhnya
mengikuti kebenaran, yang terakhir adalah adat istiadat.
Mencermati
fenomena sekarang, orang tidak lagi memperjuangkan kebenaran karena
takut hilang jabatan, takut hilang penghasilan apalagi berhadapan dengan
orang kuat (penguasa). Sejatinya, keberanian membela yang benar adalah
keharusan dan pertolongan Allah pasti akan datang bagi para pembela
kebenaran. Jika kebenaran dan kejujuran dalam hidup ini telah sirna,
maka hidup laksana jasad yang telah kehilangan ruh.
Kedua,
menjaga lisan dari menyakiti. Lidah memang tidak bertulang, tetapi
dampaknya sangat luar biasa. Pepatah mengibaratkan bahwa lidah itu
bagaikan harimau, dan keselamatan manusia pun tergantung dari
kemampuannya menjaga lidah. Dalam sebuah hadist Rasulullah menyatakan
bahwa seorang Muslim adalah yang tidak menyakiti saudaranya yang lain
baik dengan lidahnya maupun dengan tangannya. Jika hati telah tersakiti
oleh lisan, maka jurang perpisahan dan kesatuan akan menganga lebar yang
berujung hancurnya persaudaraan.
Ketiga selalu
bijak dalam menyikapi informasi. Informasi akan selalu memuat dua
muatan yang berbeda, positif dan negatif, muatan ini akan memberikan
pengaruh berarti kepada seseorang dalam memaknai sebuah informasi yang
diperoleh dan disampaikan kepada orang lain, satu sisi akan menjadi
mashalat sisi lain akan mendatangkan mudharat. Mari melakukan tabayyun
untuk menjaga lisan agar tidak tersalah dalam menyampaikan informasi.
Salah satu golongan yang dirindukan surga adalah mereka yang menjaga
lisannya. Semoga Allah pelihara lisan kita.
Islam
memerintahkan kita untuk melakukan kofirmasi (tabayyun) terhadap sebuah
informasi, sehingga kita tidak terjebak dalam posisi ghibah (mengupat)
dan fitnah. Salah satu sifat mukmin sejati adalah berkata baik atau
diam. Untuk itu, sebuah informasi yang kita dengar dan sampaikan kembali
sejatinya mencerminkan bahwa kita adalah pribadi mukmi yang taqwa,
berkata benar atau lebih baik diam.
Komunikasi
yang kita bangun dalam kehidupan ini menjadi perekat ukhuwah islam,
hubungan dan komunikasi yang baik akan melahirkan kelanggengan dalam
ukhuwah, hilangnya segala bentuk ghibah dan fitnah serta meredam api
permusuhan yang berdampak pada perpecahan. Jadilah manusia bijak dengan
terus belajar seni berkomunikasi dalam hidup, sehingga setiap kata yang
keluar dari mulut kita akan bernilai mutiara, selalu ada kesejukan dan
mampu memadamkan panasnya bara api permusuhan dan perpecahan.
**
Penulis adalah Staf Pada Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. (Majalah Santunan Edisi 4 Tahun
2016)