Tempat usaha yang dikunjungi diantaranya usaha pembuatan sabun cair serbaguna di Gampong Ilie, Kec Ulee Kareng, Banda Aceh, usaha kue tradisional Aceh di Gampong Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar dan grosir pakaian di Pasar Aceh.
Dalam kunjungan tersebut rombongan yang berjumlah 12 orang ini sangat mengagumi dengan usaha-usaha yang digeluti oleh mustahiq binaan BMA itu.
“Kami merasa senang dan kagum dengan mustahiq binaan ini. Mareka telah mampu memaksimalkan modal usaha dari Baitul Mal Aceh untuk kemajuan usahanya,” kata Kepala Pegawai Eksekutif Lembaga Zakat Negeri Kedah, Dato’ Zakaria bin Othman. Dato’ Zakaria menambahkan di Lembaga mereka, modal usaha diberikan secara hibah kepada mustahiq tanpa revolving (bergulir).
Sedangkan di BMA modal usaha itu diberikan secara revolving (bergulir) dalam jangka waktu setahun dengan cara diangsur per bulan. Kemudian diberikan penambahan modal usaha dalam jumlah yang lebih besar untuk peminjaman berikutnya. “pola yang BMA terapkan ini sangat menarik, dan kami akan mencoba untuk menerapkannya di Negeri Kedah,” Ungkap Dato’ Zakaria.
Hal lain yang menjadi perhatian mereka selama berada di tempat usaha binaan itu adalah adanya usaha bersama dari para mustahiq.
Foto: IST |
“Ini juga sangat bagus untuk kita adopsi, artinya ada usaha bersama dari sesama mustahiq untuk saling membantu dalam memasarkan usaha mareka,” tambahnya.
Plt Kepala Baitul Mal Aceh Zamzami Abdulrani menjelaskan sampai saat ini mustahiq binaan BMA berjumlah sekitar 1450 orang. Mareka terbagi ke dalam beberapa sektor, diantaranya sektor pertanian, perdagangan, jasa dan home industri.
“Kita berharap melalui program bantuan modal usaha ini dapat membantu mareka dalam mensejahterakan keluarganya. Dan tujuan utama kita, mudah-mudahan akan ada dari mustahiq itu yang menjadi muzakki,” harap Zamzami.
Kunjungi Baitul Mal Aceh.
Sementara itu, sehari sebelumnya, Selasa (09/01), Lembaga Zakat Negeri Kedah Malaysia ini juga berkunjung ke Kantor Baitul Mal Aceh (BMA), di Kompleks Keistimewaan Aceh, Jaln T. Nyak Arief.
Kunjungan ini diterima langsung Plt Kepala Baitul Mal Aceh Zamzami Abdulrani beserta jajarannya.
Kepala Pegawai Eksekutif Lembaga Zakat Negeri Keudah, Zakaria bin Othman sebagai ketua rombongan mengatakan lawatan ini merupakan lawatan silaturrahim antara Malaysia dengan Aceh. Pihaknya sangat tertarik dengan program zakat produktif Baitul Mal Aceh.
“Di Keudah lembaga zakat dengan Baitul Mal dan wakaf itu terpisah. Hal ini berbeda dengan di Aceh,” kata Dato’ Zakaria.
Diskusi berjalan dengan santai, antara Baitul Mal Aceh dengan pihak Lembaga Zakat Keudah saling bertukar informasi.
Pihak Baitul Mal Aceh memberikan gambaran apa saja yang dilakukan dengan dana zakat dan infaq selama ini.
Plt Kepala Baitul Mal Aceh Zamzami Abdulrani menjelaskan bahwa hak amil di Aceh tidak diambil karena gaji amil sudah dianggarkan pemerintah Aceh.
“Hak amil juga akan disalurkan untuk mustahik,” kata Zamzami.
Ada dua cara menurun angka kemiskinan di Aceh katanya, pertama program rumah layak huni bagi mereka yang tidak mampu membangun rumah.
Kedua Baitul Mal Aceh meningkatkan pendapatan mustahik dengan memberikan bantuan modal usaha produktif. Dengan demikian juga akan menimalisir rentenir di Aceh. Kemudian di Baitul Mal Aceh juga ada program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS).
Beasiswa ini diberikan kepada mereka yang dalam keluarganya belum ada sarjana satu pun. Ini juga program produktif dalam bentuk pemberdayaan jangka panjang Presentasi selanjutnya disampaikan Kepala Bidang Penyaluran dan Pendayagunaan, Rizky Aulia.
Ia menjelaskan pada 2018 Baitul Mal Aceh akan membangun 1.000 rumah duafa bagi fakir miskin yang bersumber dari dana infaq.
“Kita juga ada program unggulan bagi fakir uzur seumur hidup. Mereka yang sudah lanjut usia diberikan Rp400 ribu per bulan, ” Kata Rizky. (Mur)