Foto: IST |
Di rumah itulah Riski Maulana dan Riska Maulina tinggal bersama Ibu dan tiga adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Riski dan Riska merupakan kembaran beda jenis kelamin atau disebut kembar dizigotik (Non-Identik).
Keduanya kini telah menjadi penghapal Quran 30 juz berkat beasiswa penuh tahfiz dari Baitul Mal Aceh. Orang tuanya tak mampu menahan isak tangis terharu saat melihat mereka diwisuda SMU Alathiyah di gedung UCC Ahamad Dahlan, Kampus Unmuha, Ahad 13 Mei 2018.
Riska dan Riski sudah mendapatkan beasiswa tahfiz sejak masih duduk di tingkat SMP. Waktu itu mereka mendapatkan beasiswa dari Baitul Mal Kabupaten Aceh Besar. Saat wisuda tingkat SMP, Riski sudah menghafal 11 juz, sedangkan Riska baru 7 juz.
Namun, Baitul Mal Kabupaten Aceh Besar tidak memiliki program untuk tingkat SMU, sehingga Riski dan Riska tidak memiliki biaya sendiri untuk melanjutkan pendidikan. Di saat itulah Baitul Mal Aceh (BMA) hadir menampung mereka dan memasukkan ke dalam daftar penerima beasiswa penuh tahfiz Quran Baitul Mal Aceh.
Ibunya, Jamaliah (49) tak pernah membayangkan jika putra-putri menjadi hafiz Quran 30 juz. Jangankan untuk menyekolahkan mereka ke sekolah tahfiz, untuk makan sehari-hari saja belum mencukupi.
Jamaliah menjadi tulang punggung keluaga untuk lima anaknya, sedangkan suaminya, Muhammad Sufi tidak tinggal lagi serumah dengannya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Jamaliah harus menggarap sawah orang dan mengambil uang koperasi simpan pinjam dari desa.
Uang tersebut ia gunakan untuk keperluan membajak sawah, beli bibit, pupuk dan kebutuhan lainnya. Keuntungan dari pertanian itu ia lunasi pinjaman dan untuk menafkahi keluarganya.
“Kadang-kadang gagal panen, kami rugi dan harus menutup utang ke koperasi,” kata Jamaliah kepada amil Baitul Mal Aceh, Senin (22/05/2018) di rumahnya, Desa Lamtamot, Kecamatan Lembah Seulawah Aceh Besar.
Jamaliah merasa begitu bahagia dan berterimakasih kepada muzakki dan Baitul Mal Aceh yang telah membuat kedua anaknya menjadi orang yang berguna. Ia mendoakan agar para muzakki dan amil Baitul Mal Aceh diberkahi rezekinya oleh Allah Swt.
Riski dan Riska keduanya merupakan anak yang patuh terhadap nasihat orang tuanya. Mereka menyadari kekurangan orang tuanya, sehingga tak mengharap banyak seperti normalnya anak-anak yang lain.
“Bahkan kami puasa Senin dan Kamis sebagai bentuk penghematan dari beasiswa yang kami terima, sehingga untuk kebutuhan kami di dayah terpenuhi,” ungkap Riski.
Walaupun usia mereka masih masih tergolong muda, 17 tahun, Riski sudah dipercaya menjadi imam salat tarawih di meunasah desa tempat ia tinggal. Selain memiliki wajah ganteng, Riski juga memiliki suara yang indah saat melantunkan kalam-kalam Ilahi.
Ditanya mengenai cita-cita mereka, Riski ingin menjadi pengusaha. Di usia dia sudah berpikir dewasa dan memiliki cita-cita jangka panjang untuk membantu ekonomi keluarganya dan umat. Ia bercita-cita ingin membangun pabrik jagung di desanya.
“Umat Islam itu harus kaya, jangan orang-orang nonmuslim saja yang menguasai ekonomi, maka dari itu saya punya cita-cita menjadi pengusaha,”ungkap Riski.
Untuk mewujudkan impiannya, Riski tahun ini ingin masuk perguruan tinggi jurusan teknik pertanian. Dengan demikian ia akan mendapatkan ilmu bagaimana membudidaya, teknik sumber daya alam pertanian, dan teknik proses hasil pertanian. Saat ini, Riski sudah mendaftar di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Saat tulisan ini dibuat ia masih dalam proses tahapan penyeleksian.
Sedangkan Riska, ia ingin menjadi guru saja. Ia ingin sudah mendaftar di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry di Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Ia berharap bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mendapatkan beasiswa.
“Kami berharap masih ada yang membantu kami memberikan beasiswa agar kami bisa selesai hingga menjadi sarjana.”tutupnya.
Tentang Program Beasiswa Penuh Tahfiz Baitul Mal Aceh
Selain meningkatkan kualitas pendidikan, program ini juga untuk meningkatkan kemampuan serta menyiapkan generasi muda yang mampu memahami dan menghafal Quran sebagai cikal bakal imam masjid dan pemimpin masa depan.
“Untuk program ini dimulai sejak tahun 2012, kita ambil dari senif Ibnu Sabil. Para penerima kita fokuskan untuk tingkat SMP dan SMU sederajat,”kata Plt Kepala Baitul Mal Aceh, Zamzami Abdulrani, S. Sos.
Sampai tahu 2017, Baitul Mal Aceh sudah menyekolahkan sebanyak 124 santri hafiz, yang terdiri atas tingkat SMP 59 santri dan 65 santri untuk tingkat SMU. Sedangkan untuk tahun 2018, Baitul Mal Aceh sedang dalam proses pendataan. [smh/*]