Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA
Ramadhan
merupakan Syahrun Mubarak (bulan keberkahan). Dinamakan dengan bulan
keberkahan, karena di bulan Ramadhan ini Allah Swt memberikan melipatkan ganda
pahala ibadah yang dilakukan padanya. Tidak hanya keberkahan pahala saja, namun
juga Allah Swt memberikan keberkahan duniawi pada bulan Ramadhan. Allah Swt
memberi keberkahan dengan berbagai keutamaan dan kebaikan di bulan Ramadhan ini
bagi kaum muslimin dalam segala aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi.
Lalu,
bagaimanakah caranya kita mendapatkan keberkahan tersebut? Tentu dengan cara
mengisi hari-hari Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal shalih seperti
puasa, tadarus Alquran, shalat-shalat sunnat seperti shalat dhuha, rawatib, dan
lainnya, khususnya shalat qiyamul lail (tarawih, tahajjud dan witir),
infak dan sebagainya. Ibadah-ibadah ini akan memberikan keberkahan dalam
kehidupan seseorang dengan bertambahnya kebaikan dalam urusan dunianya dan
pahala untuk akhiratnya.
Bila kita
mencermati dan mengalisa lebih jauh mengenai keberkahan Ramadhan, maka akan
kita mendapatkan keberkahan tersebut menyentuhkan segala lini kehidupan seorang
muslim, baik di dunia maupun di akhirat. Di antara keberkahan tersebut yaitu:
Pertama, keberkahan ibadah dan pahala. Bulan Ramadhan
merupakan bulan menuai pahala. Setiap ibadah yang dilakukan pada bulan
Ramadhan, maka Allah Swt akan melipat gandakan pahala dan ganjarannya. Pada
bulan ini, Allah Swt menyediakan suatu malam yang bernama Lailatul qadar
yang nilai pahala ibadah padanya lebih baik dari seribu malam atau setara
dengan delapan puluh tahun. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya syahrun mubarak (bulan yang penuh berkah) telah datang kepada kalian. Allah Swt
mewajibkan kalian puasa padanya. Di
bulan ini pintu-pintu
surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para syaithan diikat. Padanya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Barangsiapa dihalangi dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah dihalangi.”
(HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Selain itu, Melakukan ibadah sunnah pada bulan ini
pahalanya senilai dengan ibadah wajib pada bulan lainnya. Melakukan ibadah
wajib pada bulan ini, pahalanya senilai tujuh puluh kali lipat pahala ibadah
wajib pada bulan lainnya. Rasulullah
saw bersabda, “Wahai manusia, telah datang kepada
kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang
nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah
menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan
malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah)
dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu
perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib
pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan
lainnya.” (HR. Baihaqi).
Keberkahan Ramadhan lainnya yaitu Allah Swt
menyediakan berbagai keutamaan di bulan Ramadhan. Allah Swt menyediakan
Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa dan kesalahan kita, selama kita
menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at
dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa diantara (masa itu)
jika dijauhi dosa besar”. (HR. Muslim).
Di antara aktivitas ibadah di bulan Ramadhan yang dapat menghapuskan dosa adalah puasa
Ramadhan, sebagaimana sabda
Rasulullah saw, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan
dan keikhlasan, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Begitu juga ibadah qiyamul
lail (tarawih, tahajjuj dan witir) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa
yang telah lalu, sesuai
dengan sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang yang melakasanakan shalat malam pada bulan Ramadhan, maka diampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu
neraka ditutup dan para Syaithan dibelenggu seperti disebutkan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi. Maka, bulan
ini Allah Swt memberikan peluang dan motivasi untuk meningkatkan ibadah kita
dan melipat gandakan pahala kita. Dan banyak lagi keutamaan Ramadhan. Inilah
keberkahan bulan Ramadhan. Bulan yang menyediakan kebaikan dan keutamaan serta
mega bonus pahala.
Kedua; keberkahan ekonomi. Ramadhan memberi juga
keberkahan luar biasa dalam aspek ekonomi. Para pedagang mendapat untung besar.
Di bulan Ramadhan ini komsumsi dan daya beli lebih meningkat masyarakat
dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Antusiasme masyarakat
menyambut kedatangan Ramadhan terlihat dengan berbagai aktivitas tarhib
Ramadhan. Media pun kebanjiran order tulisan dan iklan menyambut Ramadhan.
Begitu juga spanduk dan baliho menghiasi perkantoran, masjid, dan sekolah
memberikan tahniah atas kedatangan bulan Ramadhan. Tujuannya memberi
motivasi kepada kita untuk meraih keutamaan di bulan yang berkah ini.
Meningkatnya
aktifitas ekonomi juga terlihat pada persiapan bekal untuk berbuka puasa dan
sahur dengan menu yang istimewa. Berbagai jenis makanan dan minuman untuk
berbuka puasa dijajakan sepanjang jalan pada sore harinya. Bahkan ada makanan
dan minuman yang tidak dijumpai pada bulan lainnya. Maka, para pedagang makanan
paling ramai di bulan Ramadhan. Tidak seperti di bulan lainnya. Mereka
kebanjiran rezki. Nuansa seperti ini seakan sudah menjadi tradisi khas
masyarakat kita pada setiap bulan Ramadhan.
Tentu,
keuntungan materil pada bulan Ramadhan ini tidak akan berkah manakala pedagang
tidak menjalankan perdagangan secara jujur, amanah, dan menjaga hak Allah Swt
dengan menunaikan zakat, infaq dan sedekah. Perdagangan juga tidak berkah kalau
kita sibuk dengan dagangan dengan melalaikan kewajiban ibadah sebagai wujud
kesyukuran terhadap-Nya, sebagaimana firman Allah Swt: “Katakanlah
(Muhammad), “Apa yang ada disisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perdagangan,” dan Allah pemberi rezki yang terbaik”. (Al-Jum’ah: 11). Jadi, nilai keberkahan dalam aktivitas
ekonomi itu sangat tergantung kepada
sesuatu yang ridhai oleh Allah Swt.
Selain itu,
keberkahan ekonomi ini juga sangat dirasakan oleh orang-orang yang lemah dari
segi ekonomi yaitu fakir dan miskin. Islam sangat menganjurkan orang yang kaya
untuk memberi infak, sedekah dan hadiah kepada fakir miskin, yatim piatu dan
janda, terutama pada bulan Ramadhan.
Bahkan zakat fitrah wajib dan
zakat mal (harta) dibayar pada bulan ini. Maka, Ramadhan menjadi berkah bagi
mereka. Begitu pula keberkahan Ramadhan dirasakan oleh para pegawai, baik
swasta maupun negeri pun mendapat keberkahan dengan mendapatkan daging, sirup,
gula, sarung dan Tunjangan Hari Raya (THR) pada saat setiap menjelang Ramadhan
tiba atau akhir Ramadhan.
Ketiga;
Keberkahan politik. bulan Ramadhan
memberikan keberkahan kepada ummat Islam dengan kemenangan dalam berbagai
pertempuran melawan musuh-musuh Islam. Lebih jelas dan rincinya, kita dapat
merujuk kepada Sirah Nabawiyah yang menggambarkan bagaimana peranan bulan
Ramadhan dalam jihad dan peta perpolitikan pemerintahan negara Islam. Banyak sekali
peristiwa-peristiwa monumental yang terjadi di bulan Ramadhan. Misalnya pada
tahun ke-2 Hijrah, kaum muslimin mengukir kemenangan perang Badar. Di Bulan
Ramadhan tahun ke-8 hijrah, ummat Islam berhasil menaklukkan Mekkah (fathu
makkah). Ramadhan tahun ke-15 H, kaum muslimin mengalahkan imperium Persia
dalam perang Qadisiah.
Ramadhan tahun 92 H, kaum muslimin melalui
kepemimpinan Thariq bin Ziyad menaklukkan Raja Roderick dan menaklukkan
Andalusia (Spanyol). Ramadhan tahun 584 H, dalam perang Hittin, kaum muslimin
dipimpin Shalahuddin Al-Ayyubi dapat mengalahkan kaum salib dan membebaskan
masjid Al-Aqsha. Ramadhan tahun 658 H, kaum muslimin mengusir pasukan Tatar di
’Ain Jalut. Ramadhan tahun1393 H, kaum muslimin menang dalam peperangan pertama
melawan Israel. Di bulan Ramadhan 1365
H, ummat Islam Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya dari penjajahan
Belanda.
Keempat; keberkahan sosial. Ramadhan mengajarkan kita
untuk dermawan, menolong dan mempunyai rasa empati kepada orang fakir miskin
dan orang yang membutuhkan pertolongan. Puasa mengajarkan kita bagaimana
sulitnya kehidupan orang fakir miskin, sehingga kita ikut merasakan bagaimana
lapar dan dahaga yang senantiasa mereka alami. Maka, dengan puasa dapat
melahirkan kepekaan sosial dan peduli terhadap sesama saudara kita yang miskin.
Kita sangat dianjurkan berinfaq. Rasulullah saw telah memberikan contoh teladan
yang mulia dalam hal ini. Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas radhiyalahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah saw adalah seorang
yang paling dermawan. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan. Kedermawaan beliau
melebihi kecepatan angin yang berhembus. (HR. Al- Bukhari).
Demikian pula,
memberi bukaan puasa bagi orang yang berpuasa sangat dianjurkan pada bulan
Ramadhan. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang memberi bukaan puasa
bagi seorang yang berpuasa, maka baginya seperti pahalanya tanpa mengurangi
sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR At-Tirmizi dan
An-Nasa’i). Selain itu, pada bulan Ramadhan zakat fitrah harus dilaksanakan
oleh setiap muslim sebagai kewajiban, untuk diberikan kepada fakir miskin. Maka
jelaslah, di bulan Ramadhan ini, para fakir dan miskin serta orang yang lemah
ekonominya diperhatikan kondisinya dan dapat berbagi rasa dengan orang kaya.
Keberkahan sosial bulan Ramadhan ini akan mewujudkan ukhuwah dan solidaritas
sosial di dalam masyarakat.
Kelima, keberkahan etika dan budaya. Ramadhan ibarat sebuah madrasah (sekolah) yang
mendidik kita untuk berperilaku mulia dan membiasakan diri melakukan kebaikan.
Lulusan madrasah Ramadhan dapat melahirkan masyarakat yang berbudaya islami
yang selalu berorientasi dalam mendatangkan kemaslahatan dan menghilangkan
kemudharatan dalam konteks individu dan sosial. Selama Ramadhan, kita dilatih
jiwa dan kesabaran dengan menjalankan ketaatan seperti puasa, tadarus Alquran,
shalat-shalat sunnat khususnya shalat tarawih, tahajjud dan witir, dan infaq
dan sebagainya. Juga mengajarkan kita kedisplinan dan komitmen dalam
menjalankan suatu kewajiban.
Lebih jauh kita diajarkan untuk berkomitmen dalam
menjauhi larangan-larangan puasa, seperti makan, minum dan jima’.
Terlebih lagi perilaku yang jelas diharamkan seperti mencuri, korupsi, memukul,
berkhalwat, berzina, memamerkan aurat dan sebagainya. Juga perkataan yang
diharamkan seperti ghibah (gossip), mencaci maki, menghina, provokasi,
intimidasi dan sebagainya. Selama tiga puluh hari berturut-turut seorang muslim
dilatih lahir batinnya, agar menjadi seorang insan yang bertakwa. Keshalihan yang
diharapkan pada bulan Ramadhan tidak sebatas keshalihan pribadi, namun juga
keshalihan sosial. Akhirnya, muncul ditengah masyarakat budaya jujur, amanah,
suka menolong, sabar, menghormati, dan sebagainya. Menjadi orang yang baik.
Akhirnya, kita berharap dan bertekad untuk dapat
menyukseskan Ramadhan kali ini dengan memperbanyak ibadah, agar kita dapat
meraih berbagai keberkahan yang hanya disediakan pada bulan Ramadhan. Jangan
sia-siakan Ramadhan dengan permainan dan aktivitas yang melalaikan, apalagi sampai
malas beribadah. Perbanyaklah ibadah di bulan ini. Semoga kita dapat meraih
berbagai keberkahan di bulan mulia ini. Amin..!
Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus
Dewan Dakwah Aceh & Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara.