lamurionline.com--Lhokseumawe : Penyair asal Lhokseumawe Hamdani Mulya kembali
menerbitkan karya berjudul Sajak Secangkir Air Mata. Buku yang diterbitkan
Bukit Baris Kertoraharjo ini berkisah tentang tsunami yang melanda Aceh pada 26
Desember 2004, harapan kasih sayang anak-anak Indonesia kepada pemimpin negara,
puisi untuk guru dan ibunya, serta berisikan syair-syair tentang cinta
perdamaian.
Hamdani Mulya kepada awak media mengatakan, buku ini juga
berisi sajak-sajak mengenai ajakan bertobat kepada Tuhan, tentang jasa ulama
Aceh, dan merekam sejarah pahlawan nasional dari Tanah Rencong.
“Buku antologi puisi ini boleh disebut sebagai sebuah karya
yang lahir dari hasil perjalanan sang musafir penyair,” kata Hamdani Mulya.
Sebagai seorang penyair kata Hamdani, ia kerap sering
berpindah-pindah tempat sejak menempuh pendidikan dan melaksanakan tugas
sebagai seorang guru ke berbagai daerah, kerap kali melakukan ziarah ke
berbagai tempat.
“Lawatan-lawatan tersebut saya lakukan untuk tujuan
pendidikan dan tugas saya sebagai guru sekaligus sebagai seorang penyair,”
ujarnya.
Puisi-puisi yang ia tulis dalam buku ini merupakan hasil
dari sebuah perjalanan yang panjang dan berliku. Hasil perenungan pengalaman
hidup yang mendalam lantas ia tuangkan dalam sajak-sajak yang ia tulis. Puisi
yang terhimpun dalam buku ini ditulis dalam rentang sejak tahun 2002 sampai
2018.
“Saya tulis sejak usia belia ketika duduk di bangku kuliah,
sampai usia saya hampir memasuki 40 tahun tetap istiqamah menekuni dunia
menulis puisi,” kata Hamdani.
Secangkir air mata adalah sebuah metafora yang ia gunakan
untuk seseorang yang ia rindukan, ia cintai, sekaligus yang menjadi ingatan
dalam kenangan wajah zaman. Kisah mereka yang pergi bersama gempa dan tsunami.
Rindu dan cinta kepada segenap para guru dan murid-muridnya. (Penulis : Ihan
Nurdin)
0 facebook:
Post a Comment