Oleh: Agung Wiranto (Ketua Umum IMM Aceh Besar)
dok. IST |
Siang itu sungguh
sederhana. Sebuah agenda makan siang sederhana di sebuah warung yang dikenal
dengan Wong Solo Lampriet, Banda Aceh. Namun makan siang ini terasa spesial
karena bertepatan dengan 107 tahun Milad Muhammadiyah. Makan siang ini
sejatinya diinisasi oleh Ayahanda Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Besar
(Ayahanda Sayed Muhammad Husen, Sekretaris Umum PDM Aceh Besar).
Menjadi salah satu agenda
silaturrahim bersama warga Muhammadiyah Aceh Besar dan juga organisasi
otonomnya (ortom). Sambil menikmati ayam bakar dan ikan lele goreng kami para
anak muda mendengarkan beberapa petuah dari Ayahanda kami tentangPersyarikatanMuhammadiyah
dan Ortom.
Pembicaraan pertama
diawali dengan topik Amal Usaha Muhammadiyah Aceh Besar dan aset wakaf. Tak
dapat dipungkiri bahwaMuhammadiyah Aceh Besar sudah lama tertidur dari lelap
panjangnya waktu. Kini kita melihat bahwa sedikit demi sedikit Muhammadiyah
Aceh Besar mulai bangkit kembali. Kekuatan Angkatan Muda Muhammadiyah(AMM) sebagai
nafas baru harus diberdayakan dalam membantu Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh
Besar dalam menggembirakan dakwah Islamiyah, memajukan Amal Usaha Muhammadiyah(AUM)
serta pemanfaatan dan pengelolaan wakaf secara optimal.
Pentingnya Membangun
Relasi Dakwah
Memang, tanpa AUM yang
mumpuni, gerakan Muhammadiyah akan sedikit terhambat. Namun, Persyarikatan
khususnya Angkatan Muda Muhammadiyahtak boleh manja dengan ketidakberadaan AUM
sebagai justifikasi lemahnya gerakan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
adalah dengan membangun jejaring kepada BUMD/BUMN serta instansi-instansi
pemerintahan dalam bersinergis menjalankan program. AMM harus luwes dan fleksibel
terhadap kondisi sehingga sikap kolaboratif dengan tujuan untuk kemaslahatan
ummat dapat terwujud.
Tentunya, sebagai kader
muda, sikap idealisme dan gerakan wacana tidak boleh dilupakan. Program-program
merupakan implementasi dari gerakan wacana. Penguatan wacana harus didasari
oleh budaya literasi yang tinggi. Literasi tak hanya berbicara soalnya membaca
dalam pengertian harafiah, namun juga membaca zaman serta menafsirkannya secara
konseptual hingga kemudiandalam tataran praksis.
Sebagai angkatan mudaMuhammadiyah,
bacaan-bacaan yang diistilahkan "buku kiri" seperti aliran
sosialisme, teologi pembebasan sertamazhab berpikir yang dianggap progresif
lainnya tentu bukan barang yang asing. Kader mudaMuhammadiyah tidak boleh anti
terhadap bacaan tersebut selama tetap dalam konteks kajian ilmiah. Akan tetapi,
sebagai aktivis Islam, kitajuga tidak boleh terlena hingga kemudian tergadaikan
akidah dan keyakinannya. Karena sesungguhnya tauhid dan keimanan menjadi filter
yang harus terlebih dahulu dikokohkan, sehingga segala macam bentuk pemikiran
jatuhnya ke dalam sikap kajian perbandingan ilmiah, bukan dalam mengubah ideologi
Islam kader muda Muhammadiyah yang dapat merusak keimanan dan tauhid.
Aktualisasi Diaspora
Kader untuk Dakwah Pencerahan
Yang terakhir,
pembicaraan mengenai topik diaspora profesionalitas kader muda. Kader Muda
Muhammadiyahharus benar-benar mengaktualisasikan konsep fantasyirufilardh
yang ada dalam Islam, yaitu penyebaran atau diaspora kader ke sektor-sektor
strategis dalam memajukan dakwah Islam.
Kader muda Muhammadiyah
diharapkan tidak hanya berfokus kepada hal-hal yang berbau ranah politik,
sosial atau pendidikan semata. Melainkan kader muda Muhammadiyahharus merambah pada
ranah kewirausahaan atau "entrepreneurship".
Seorang kader
Muhammadiyah itu harus kaya. Kaya dalam artian kaya secara materil ataupun
non-materil. Karena secara historis gerakan Muhammadiyah di awal pergerakannya
diisi olehpara kader Muhammadiyahyaitu mereka para saudagar dan para penderma
yang memiliki etos Al-Ma’un dan Al-‘Ashr yang tinggi sehingga memajukan dakwah
pencerahan Muhammadiyah sejak tahun 1912 hingga sekarang ini.
Dengan adanya diaspora
profesionalitas kader Muhammadiyah di segala lini, hal itu dapat memperkuat
basis gerakan dakwah yang telah terbangun saat ini. Ada kader yang bergerak di
bidang politik, pemerintahan, sosial, pendidikan, kewirausahaan, serta Amal
Usaha Muhammadiyah. Saling bersinergi adalah kunci pergerakan dakwah Islam yang
berkemajuan. Hingga akhirnya tak terasa makanan yang dihidangkan pun telah
habis. Serta kemudian pertemuan ini ditutup dengan foto bersama sambil
memekikkan kata, "Muhammadiyah Aceh Besar, best!"
0 facebook:
Post a Comment