Lamurionline.com -- Kita bisa memberitahukan kepada sang anak bahwa makhluk-makhluk hidup
lainnya senantiasa mendoakan dan memohonkan ampun kepada Allah bagi
orang-orang saleh.
ORANG TUA dapat menganjurkan sang anak untuk memikirkan dan merenungi segala makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang ada di alam ini. Selain itu, juga memberitahukan kepadanya bahwa
semua binatang dengan berbagai macam dan bentuknya, dapat mengerti dan
mengetahui orang-orang yang berbuat dan memiliki dosa.
Binatang-binatang tersebut akan berdoa agar kejelekan menimpa para
pelaku maksiat, serta melaknati mereka. Sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
melaknati.” (Al-Baqarah: 159).
Imam Mujahid berkata, “Jika bumi mulai gersang (karena tidak mendapat
curah hujan) maka binatang-binatang akan mendoakan (melaknat)
orang-orang yang berbuat zina.” Kita juga harus memberitahukan kepada sang anak bahwa makhluk Allah
senang terhadap orang-orang yang saleh. Makhluk-makhluk tersebut akan
mendoakan mereka dan memohonkan ampun kepada Allah bagi orang-orang
saleh tersebut, sebagaimana terkandung dalam hadits Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam,
Sesungguhnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, para
malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, sampai semut yang berada di
lubangnya, serta ikan paus, akan membacakan shalawat (memohonkan ampun)
kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. (HR Tirmidzi, HR Abu Dawud, HR Ibnu Majah, HR Ahmad).
Karena itu, anak kecil harus menjauhi semua orang yang berbuat
maksiat. Dalam waktu bersamaan pula, dia harus bergaul dengan
orang-orang saleh. Kita juga harus memberitahukan kepada sang anak bahwa
seluruh benda yang diam, tidak bergerak, sesungguhnya menundukkan diri
bersama hewan-hewan lainnya untuk bertasbih kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan memuji-Nya, sebagaimana terkandung dalam firman-Nya, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (Al-Isra’: 44).
Ada sebuah hadits dari Rasulullah bahwa beliau bersabda, Aku tahu ada batu di kota Makkah yang mengucapkan salam kepadaku
sebelum aku diutus. Sampai sekarang pun aku tahu, bahwa batu itu tetap
mengucapkan salam kepadaku. (HR Muslim).
Dalam menafsirkan firman Allah yang berbunyi, “Pada hari itu bumi menceritakan beritanya” (Az-Zalzalah: 4), Rasulullah bersabda, Salah satu berita yang diceritakan bumi adalah bumi akan menjadi
saksi atas segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap hamba dan kaum di
atasnya. Bumi itu akan berkata, “Orang itu pada hari ini berbuat
begini, begini, dan begitu.” (HR Tirmidzi).
Begitulah berita yang disampaikan bumi. Dengan begitu, anak kecil
akan memercayai berbagai kenyataan di jagad raya ini, karena khayalannya
akan dipenuhi dengan berbagai kenyataan ini. Daya khayalnya yang luas
dapat dimanfaatkan untuk menanamkan hakikat keimanan terhadap jagad raya
yang besar.
Orang tua dapat memberikan penghargaan kepada anak atas ketelitiannya
dalam hal halal dan haram, serta membiasakan dirinya dengan ketaatan
dan keikhlasan. Hal ini untuk mengembangkan pemahaman agama dan
akhlaknya. Selain itu, kedua orang tua juga dapat memberitahukan kepada
sang anak tentang hadits Rasulullah, Seandainya salah satu dari kalian melakukan suatu perbuatan dalam
satu kamar (ruangan), di mana kamar itu tidak mempunyai pintu atau
lubang maka segala perbuatannya akan keluar (diketahui) manusia
sebagaimana adanya. (HR. Ahmad).
Artinya, segala perbuatan taat atau maksiat yang dilakukan di tempat
tersembunyi, jauh dari pengawasan dan perhatian manusia, akan
ditampakkan oleh Allah pada tingkah laku sang pelaku itu sendiri
terhadap orang lain. Jika apa yang dilakukannya itu baik maka baiklah
dia. Jika buruk, buruklah dia (di mata orang lain).
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda,
Tidak ada niat yang dapat dirahasiakan oleh seorang hamba,
kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menutupinya dengan kain
(penutup). Jika rahasia itu baik maka (tampaklah) kebaikan itu, dan jika
rahasia itu buruk maka (tampaklah) keburukan itu. (HR Thabrani).
Orang tua harus dapat melatihnya untuk bersabar, bersikap ridha, dan
menerima segala musibah yang menimpanya, walaupun tampaknya dia enggan
menerimanya seperti terserang penyakit, miskin, dan berbagai bentuk
musibah lainnya. Karena, Allah berfirman,
Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan
dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 177).
Orang tua juga harus memberitahukan kepadanya akan adanya pahala yang
akan diberikan Allah kepada orang-orang yang dapat bersabar atas segala
musibah yang menimpanya, sebagaimana telah dijanjikan-Nya. Selain itu,
di tengah kesabaran dan keikhlasannya, kita jangan lupa untuk selalu
mengajarkannya berdoa dan memohon kepada Allah agar Allah menghilangkan
malapetaka tersebut.
Orang tua harus menjadikan sang anak merasa bahwa betapa pentingnya
mengisi hati dengan rasa cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang lain
karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta berbagai keutamaan
lain, seperti bertobat, bersyukur, bersabar, perasaan takut, berharap,
bertawakal, dan perasaan ikhlas, dengan tetap memperhatikan
metode-metode-untuk melakukan semua hal tersebut-dari Al-Quran, Sunah
Rasulullah, dan yang lainnya.
Orang tua harus memberi tahu sang anak akan pentingnya menyucikan
hati dari berbagai penyakit dan cacat, seperti sifat dengki, hasud,
dendam, dan cemburu, dengan tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunah.
Selain itu, juga membekalinya dengan berbagai cerita-cerita dari
Al-Quran dan Sunah Nabi, serta meringkaskan pelajaran (ibrah) dari
berbagai cerita tersebut. Karena, cerita dapat memberikan dampak yang
kuat dalam mengubah akhlak dan tingkah laku sang anak ketika dia masih
berada pada masa pertumbuhan.*Jamal Abdul Hadi, Ali Ahmad Laban, Smiyah Ali Laban, dari buku mereka Menuntun Buah Hati Menuju Surga.
Sumber : Hidayatullah.com
0 facebook:
Post a Comment