Oleh Sri Suyanta Harsa
Sumber ilustrasi: liputan6.com |
Muhasabah 29 Jumadil Ula 1441
Saudaraku, dalam sejarah manusia tulisan benar-benar menjadi magic atau bahkan sebagai "sihir akademik" yang kekuatannya sangat dahsyat lebih menggemparkan daripada senjata bahkan meriam sekalipun. Demikian dalam pandangan Napoleon Bonaparte sang penakluk dunia dari Perancis. Bila peluru hanya bisa menembus sasarannya yang terbatas atau bahkan seorang saja, tetapi tulisan bisa menembusi seluruh generasi bahkan antar generasi, kata Sayyid Qutb
Kekuatan tulisan benar-benar mensejarah dalam kehidupan manusia. Bangsa Mesir diketahui sebagai pelopor peradaban yang awal sekali yang ditandai dengan melek literasi, mengenal budaya tulis baca pada 5000 tahun sebelum masehi.
Di Nusantara, karya sastra perang yang terhimpun dalam buku yang berjudul Hikayat Prang Sabi karya Teungku Chik Pante Kulu dan karya sejenis dari para ulama Aceh lainnya telah memberikan pengaruh yang sangat bersar terhadap bangsa Aceh untuk jihad fi sabilillah berjuang di jalan Allah membebaskan negeri dari ancaman dan cengkraman kaum penjajah Belanda abad sembilanbelas dan duapuluh.
Isi tulisan di dalamnya bersesuaian dengan doktrin iman dan Islam, sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Di dalam Hikayat Prang Sabi terdapat banyak pesan dan ajaran yang menggelorakan dan digelorakan secara verbal, sehingga dapat membangunkan jiwa, menyemangati rakyat, mengukuhkan tekad, "membakar" ghirah dan gairah berjuang karena Allah mempertahankan negeri, dan mengusir kaum penjajah dari bumi pertiwi.
Begitu juga tulisan, artikel, buku, karya ilmiah juga berpengaruh sangat besar terhadap pembacanya. Bila sependapat dengan isi dan substansi pesannya, maka tulisan bisa menjadi penyejuk qalbu, penawar hati, pengobat rindu, penyemangat jiwa untuk berfastabiqul khairat, pelipur lara, pelembut perasaan dan penyadar hati untuk berperi kemanusiaan.
Sebaliknya, bila isi tulisan berupa ujaran kebencian atau hal-hal yang secara umum nabrak-nabrak aturan, maka bisa menimbulkan kemarahan, antipati dan jauh dari simpati. Lihatlah tulisan di buku The Satanic Verses, ayat-ayat setan tulisan Salman Rusdhie yang mengundang kemarahan yang luar biasa di kalangan umat Islam. Demikian juga, meski dengan tensi yang berbeda-beda adanya tulisan yang mendiskreditkan Islam, al-Qur'an, hadis dan atau Nabi Muhammad saw atau simbol dan pranata Islam lainnya.
Ketika mengetahui dan menyadari betapa besar kekuatan tulisan terhadap pembacanya, maka iman Islam menuntun agar kita membaca dan menulis yang baik-baik saja, yaitu ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah beserta turunannya saja. Ketika ini telah dapat dilakukan, maka layak menyukurinya baik di hati, lisan maupun perbuatan nyata.
Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa membaca dan menulis yang baik-baik saja, yaitu ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah beserta turunannya merupakan ruang lingkup aktivitas baca tulis orang-orang beriman. Kedua, mensyukuri dengan terus memujiNya dan memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin, semoga Allah menganugrahi kita kekuatan dan kemudahan untuk membaca dan menulis yang baik-baik saja. Ketiga, mensyukuri dengan tindakan nyata yaitu menulis dan terus menulis apapun yang baik-baik, agar eksis dalam hidup dan kehidupan ini.
Oleh karena itu, bila tulisan-tulisan dalam forum muhasabah selama ini berkenan di hati, maka disilakan dengan suka hati tuk dibagi-bagi. Tetapi bila ada yang menyalahi apalagi tidak etis, mohon ditilik dan beritahu diri ini agar dapat diperbaiki.
Nah dzikir pengkodisian hati dan penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan ya Allah ya Azizu ya Qawiyu, ya Allah zat yang maha kuat perkasa, tunjukilah kami jalan tuk meraih ridhaMu ya Rabb.
0 facebook:
Post a Comment