Oleh drh Tgk Fakhrurrazi MP
Ketua Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika - (LPPOM) MPU Aceh
ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan setiap manusia hanya memakan makanan yang halal saja dan baik bagi tubuh. Serta melarang mengikuti langkah setan.
Namun, fenomena hari ini banyak yang tidak mengindahkan perintah Allah SWT sebagaimana terkandung dalam Alquran Surat Al- Baqarah ayat 168. Sehingga terus muncul berbagai macam virus dan penyakit berbahaya, akibat mengonsumsi makanan yang tidak halal.
Padahal, perintah Allah tersebut bila dipraktikkan akan mendatangkan keuntungan dalam kesehatan, baik kesehatan fisik maupun psikis, baik individu maupun sosial.
Demikian antara lain disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, drh. Tgk Fakhrurrazi, MP, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Lambada Kupi, Gampong Pineung, Banda Aceh, Selasa (10/3) malam.
Fenomena hari ini, kata Tgk Fakhrurrazi, khususnya di negara – negara yang penduduknya mayoritas non muslim muncul wabah virus Corona atau Covid 19 yang disebabkan perilaku manusia mengkonsumsi makanan tidak sesuai perintah Allah, yaitu makanan halal dan baik.
Dijelaskannya, virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Kasus ini banyak ditemukan di negara – negara yang penduduknya mayoritas non muslim, jumlah yang terjangkit jika dibandingkan dengan negara – negara yang mayoritas penduduknya muslim, pastinya sangat jauh.
Sebelum wabah ini muncul, beberapa tahun lalu seluruh dunia juga pernah digegerkan dengan munculnya kasus Flu Burung, Flu Babi, SARS, MERS. “Kejadian ini jangan dianggap enteng, sungguh menakutkan, penyebab wabah penyakit ini semua adalah virus,” ujar Tgk Fakhrurrazi, yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah.
Dirinya mengungkapkan, virus yang paling ditakuti dalam kehidupan umat manusia, hewan dan tumbuhan adalah virus yang mengandung asam ribon nukleat atau RNA.
Kenapa demikian? Jawabannya karena virus ini langsung menyerang sistem imunitas tubuh seseorang, tanpa memperlihatkan adanya gejala. Tiba – tiba sudah jatuh pingsan, jika tidak segera ditangani bisa langsung meninggal dunia.
Inilah yang sangat ditakutkan dengan merebaknya virus RNA tersebut. Penyakit manusia yang disebabkan oleh virus RNA ini diantaranya virus Ebola, SARS, Rabies, Pilek, Influenza, Hepatitis B dan C, Polio, Campak dan Corona Virus.
Menyikapi mewabahnya wabah virus Corona saat ini, Tgk Fakhrurrazi, menyampaikan sebuah riwayat yang pernah dikisahkan pada zaman Nabi Daud AS.
Pada suatu hari, Ayahanda Nabi Sulaiman AS ini sedang duduk – duduk dengan para sahabat. Tiba - tiba lewatlah seekor binatang yang ukurannya begitu kecil di depan Nabi Daud.
Nabi Daud lantas bertanya kepada binatang kecil tersebut untuk apakah Allah SWT menciptakan hewan kecil itu dan apa tujuannya?
Maka singkat cerita, hewan kecil tersebut bisa berdialog dengan Nabi Daud dan menyampaikan "Wahai Nabi Daud, ketahui olehmu bahwa kami ini adalah hewan kecil yang menurut pandanganmu seolah – olah tidak bermanfaat, tapi ketahui olehmu bahwa kami ini adalah suatu makhluk yang selalu mengingat Allah setiap saat. Begitu kami lupa sekejap mengingat Allah, sungguh kami akan langsung binasa seketika".
Lantas hewan kecil tersebut bertanya kepada Nabi Daud, apakah ada umat Nabi Daud yang mengingat Allah sebanyak hewan kecil tersebut.
Mendapat pertanyaan tersebut, Nabi Daud pun terdiam keheranan. Binatang ini terus berdialog dengan nabi dan menyampaikan “Wahai Rasul Allah, kami akan memfungsikan diri dalam kedidupan umat manusia, jika manusia telah hidup dan berperilaku di bawah kami. Artinya, manusia sudah berperilaku seperti binatang, bahkan jauh di bawah binatang.
Kalau itu sudah terjadi, kata hewan kecil tersebut, maka mereka akan mengambil haknya pada manusia.
Adapun hak pertama yang akan diambil adalah memakan otak – otak manusia. “Kami akan masuk di lubang – lubang yang ada pada tubuh manusia, dengan begitu, mereka akan lumpuh dan mati seketika tanpa adanya gejala yang terlihat,” ujar hewan kecil tersebut kepada Nabi Daud.
Kemudian apa lagi tanya Nabi. Ternak - ternak, tumbuhan dan buah – buahan mereka akan kami hancurkan. Selanjutnya, kami keringkan air – air yang ada di muka bumi. “Masya Allah, inilah tugas dari binatang kecil itu, jika perilaku manusia sudah melampaui binatang,” ujar Tgk Fakhrurrazi yang juga Imam Masjid Darul Falah Kampong Pineung ini.
Dapat dikatakan bahwa hewan kecil tersebut merupakan makhluk Allah yang dikenal dengan virus. Virus ini ukurannya sangat kecil, hanya Nampak dilihat dengan mikroskop.
Tgk Fakhrurrazi melanjutkan, melihat fenomena hari ini apa yang terjadi di tengah umat manusia. Apakah di kalangan muslim maupun non muslim yang berjalan beriringan menghancurkan alam.
Bahkan jauh – jauh hari, Allah SWT dalam Alquran sudah mengingatkan kepada umat manusia agar tidak merusak dan menghancurkan alam semesta. Setelah Allah mengatur sistemnya yang begitu rapi.
Kalau alam sudah rusak, maka binatang kecil yang tadinya berada di atas udara yang begitu jauh dan di dalam bumi yang begitu dalam, akhirnya bangkit ke permukaan untuk memberikan pelajaran kepada umat manusia yang sudah merusak ekosistem.
Jadi inilah jawaban mengapa hari ini lahir mahluk - mahluk kecil yang memakan otak – otak manusia. Makhluk ini kalau sudah masuk ke dalam otak manusia bisa mengakibatkan otak manusia terganggu, mengakibatkan lumpuh dan meninggal dunia seketika tanpa ada gejala.
Ketika saat ini marak virus Corona dan jenis lainnya, pastinya akan kembali bertanya mengapa bisa terjadi? Makanya, salah satu faktor yang bisa dijangkau dengan akal pikiran, melalui sistem makanan.
Sebagaimana diketahui, Allah SWT lewat risalah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan manusia untuk memakan makanan yang halal lagi baik bagi tubuh dan melarang kita mengikuti langkah setan.
Artinya apa? Persoalan makanan hari ini menjadi suatu persolan yang paling riskan dan paling mengerikan.
Dirinya selaku yang mengurusi LPPOM MPU Aceh sering melihat dan meneliti apa yang dimakan oleh masyarakat hari ini banyak tidak halal dan baik. Apalagi di belahan bumi yang mayoritas penduduknya non muslim.
“Memakan makanan halal dan baik itu wajib sebagaimana perintah Allah. Itu semua untuk kesehatan manusia,” terangnya.
Terkait makanan halal, artinya adalah tidak mengandung bibit penyakit, tidak mengandung khamar, tidak mengandung najis. Itu disebut dengan makanan halal. Tapi kalau disebut dengan thayyiba, maka makanan itu harus baik, bergizi dan bersih.
Namun kondisi hari ini, banyak hewan ternak yang disembelih tidak sesuai dengan syariah. Bahkan ada juga yang mengkonsumsi hewan yang memang dilarang dalam agama.
Dirinya juga mendapati, saat ini di Aceh banyak sekali hewan yang disembelih belum sesuai ajaran Islam. Ia menyontohkan, banyak penjual ayam di pasar mungkin dalam menyembelih ayam belum memenuhi persyaratan ilmu agama yang memadai.
Mereka kadang ada yang sembelih di atas lehar saja, hanya putus sebagian urat, kemudian ada juga yang model ditusuk dari bawah, kemudian dibanting ke atas. Secara Islam, tata cara bagaimana menyembelih hewan ternak itu sudah diatur dan itu cara paling benar. Dalam ajaran Islam, cara menyembelih hewan yang benar dengan cara melingkar agar putus semua urat.
Bahkan, ketika hendak disembelih, maka yang pertama dianjurkan adalah berlaku ihsan. Maknanya, hewan yang akan diangkat dari keranjang harus secara lemah lembut.
Namun hari ini, ada yang memotong ayam secara massal, tangan kanan menggenggam 10 kaki ayam dan tangan kirim menggenggam 10 kaki ayam, bahkan sampai paha ayam patah saat dipegang. Cara seperti ini salah.
Apabila hendak menyembelih seekor ayam, sapi atau kerbau, maka sembelihlah diantara pangkal dagu dan pangkal leher atau bagian tengah. Kenapa di tengah? Karena tiga urat yang letaknya berdekatan, yaitu mareh, khalkum dan dua pembuluh darah di bagian kiri dan kanan.
Pada saat disembelih sesuai syariat secara melingkar, maka kenalah ketiga urat tersebut dan sembelihan dikatakan sempurna.
Apa makna sempurna? Penyembelihan keluar darah 80 persen dari darah hewan, jika tidak keluar darah maka sembelihan tidak sesuai syariat islam.
Pertanyaan hari ini, apakah proses penyembelihan hewan sudah sesuai dengan syariah. Ini adalah salah satu persoalan bagi umat Islam saat ini dalam memenuhi makanan yang baik lagi halal.
Jika seekor ayam disembelih secara sempurna, maka kurang dari 5 menit sudah mati. Kecuali bebek agak lama, karena ada perlakuan khusus. Begitu juga dengan kerbau dan sapi, kalau sesuai syariah, maka akan mati kurang dari 40 menit.
Kalau waktunya lebih dari itu, maka dikhawatirkan ada urat yang tidak terputus. Ketika ada salah satu satu yang tidak terputus, maka hewan tersebut menjadi bangkai dan haram dimakan.
“Ayam, kambing, sapi kerbau. Itu semua adalah hewan halal, ketika salah dalam penyembelihan maka akan menjadi bangkai. Ini masalah bagi semua dalam memperlakukan bagaimana makanan yang baik dan halal,” ungkapnya.
Kemudian, sejauh mana halal penting bagi manusia? Di dalam sebuah penelitian, termasuk yang pernah ia dilakukan, ketika suatu makanan masuk ke dalam tubuh, maka makanan akan diserap oleh tiga sistem penting dalam tubuh manusia.
Pertama, akan diserap oleh ruh, yaitu ghaib, kita tidak bisa menjangkau bagaimana ruh mengambil makanan. Tapi jika ditinjau dari ilmu psikologi, ketika konsumsi makanan maka akan diserap ke dalam jasad.
Dalam tubuh akan diperebutkan oleh tiga sistem lainnya, pertama bulu bulu, kedua sistem darah dan selanjutnya akan diserap oleh tulang sulbi laki-laki dan sel telur bagi wanita.
Disinilah pentingnya makanan halal yang harus dikonsumsi seorang manusia, karena akan menjadi sperma. Selain itu, makanan yang dikonsumsi jangan mengandung zat kimia, seperti formalin dan borak serta zat berbahaya lainnya.
“Putusan MPU, formalin harus nol persen dalam produk makanan, jika ada maka makanan itu bernajis. Ketika dikonsumsi maka akan berbahaya bagi tubuh,” terangnya.
Lebih lanjut, dirinya mengimbau kepada masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang baik dan halal. Kalau makanan kemasan, pastikan ada logo halal. [*]
0 facebook:
Post a Comment