Daeng M Faqih SH MH ketua PB IDI |
LAMURIONLINE.COM I BANDA ACEH - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala menyelenggarakan National Online Public
Discussion melalui aplikasi Zoom Meeting dan di tayangkan secara langsung
melalui YouTube channel Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI),
kegiatan ini bekerja sama dengan PB IDI, IDI Cabang Banda Aceh, HMI Komisariat
FK Unsyiah, dan ISMKI Nasional.
Kegiatan ini mengangkat tema “Covidpedia:
Garda Terdepan Berbicara.” bersama dengan dr. Daeng M Faqih SH MH Selaku
ketua PB IDI, Dr dr Azharuddin Sp OT K-Spine.FICS selaku Ketua Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia Provinsi Aceh dan dr Listya Paramita Sp KK
selaku Medical Influencer, forum diskusi ini juga turut dimeriahkan oleh musisi
nasional Rahmania Astrini, diskusi ini dimoderatori langsung oleh Sekretaris
Jenderal BEM FK Unsyiah M Aidil Faraby.
M Aidil Faraby Sekretaris BEM FK |
Dalam kesempatan ini dr Daeng M Faqih SH MH
menyampaikan bahwa Indonesia sedang mengalami peningkatan angka ODP dan PDP
secara drastis hingga mencapai angka ±196.000 jiwa. Dalam kesempatan yang
sama ia juga meminta agar pemerintah menyanggupi kebutuhan pemeriksaan testing
secara massal, cepat, dan luas hingga 10.000 orang/hari mengingat berdasarkan
kalkulasi, saat ini pemerintah hanya mampu melakukan test ±1.000
orang/hari dengan jumlah yang telah diperiksa ±46.000.
Maka jumlah PDP & ODP yang belum diperiksa ±150.000
orang, maka membutuhkan waktu ±150 hari, jika Pemerintah mampu
menyanggupi sampai dengan testing massal hingga 10.000/hari maka efektivitas
waktu terpangkas dari 150 hari menjadi 15 Hari saja, inilah mengapa permintaan
ini sangat diharapkan untuk dipenuhi, dr. Daeng juga meminta supaya PCR sebagai
“Golden
Standart”
yang beroperasi di Indonesia harus diperbanyak. Selain itu, masyarakat juga
diminta untuk kooperatif ketika diminta penjelasan dari tenaga medis dan
memaksimalkan fasilitas konsultasi jarak jauh. Pada kesempatan yang sama dr.
Daeng juga menghimbau untuk tetap tinggal di rumah saja, karena sekali kita
keluar rumah kita tidak tahu dimana kita tertular dan kemudian dikhawatirkan
kita menularkannya ke orang-orang yang ada dirumah.
Selanjutnya, dr Listya Paramita Sp KK menyampaikan
pentingnya tindakan preventif seperti PHBS dan social distancing harus kita
massifkan, kepedulian sosial terhadap tetangga dilingkungan rumah juga harus
lebih kita perhatikan. Terkait efektivitas rapid test ia menyampaikan meski
tidak bisa menjadi pedoman penegak diagnosis, rapid test sangat efektif
dilakukan sebagai media screening awal guna memetakan pola mata rantai
penyebaran, bila hasil positif maka dapat dilanjutkan dengan test swab PCR.
Mengenai kondisi di Aceh Dr dr Azharuddin Sp OT K-Spine.FICS menyampaikan bahwa Aceh telah mendapatkan 15.000 rapid test untuk
didistribusikan secara proporsional oleh Dinas Kesehatan ke 23 Kab/Kota. Namun
ia mengakui bahwa jumlah tersebut masih jauh dari angka yang memadai, ia
mencontohkan seperti RSUDZA yang memiliki 3.000 karyawan namun hanya 200an yang
dapat rapid test. dr. Azhar juga mengajak masyarakat untuk tidak pernah bosan
mengedukasi lingkungan sekitarnya dalam hal memutus rantai persebaran virus corona. (saidus/rel)