Adli Muhammad, M.Sc |
Pada
kondisi pandemi Covid-19 ini, istilah ini diperkirakan akan menjadi suasana
pasca pandemi. Menurut Prof. Wiku Adisasmita bahwa new normal itu
adalah keadaan kehidupan yang akan dijalankan seperti biasa ditambah dengan
protokoler kesehatan. Transformasi ini akan menata kehidupan dan perilaku baru,
ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai hingar
bingar pandemi ini berakhir.
Korelasi
dengan kontek perubahan sosial budaya di masyarakat, salah satu faktor eksternal
terjadinya perubahan budaya di kalangan masyarakat yaitu bencana alam seperti
covid-19 ini.
Pandemi
covid-19 ini sebagai contoh musibah yang sedang mewabah di berbagai belahan
dunia, dengan wabah ini telah melahirkan kebiasaan baru pada setiap tatanan
sosial masyarakat saat ini. Misalkan saja tuntutan untuk melakukan aktivitas di
rumah, aktivitas mengerakan pekerjaan dilakukan secara virtual, berkantor dari
rumah, sedekah secara online, bisnis serta belajar dan lain-lain.
Pada
awal kondisi ini, pada umumnya masyarakat mengalami stress karena perubahan
siklus aktivitas dalam kebiasaan mareka. Padahal ini sangat dilarang mengingat
stress erat kaitannya dengan penurunan imun pada manusia Kemudian
menurut seorang dokter ahli jiwa, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
menjaga fisik supaya terhindar dari stress yang dapat menghantar pada
menurunnya imum seseorang. Hal tersebut yaitu diet media, menjaga
kesehatan dengan berolahraga, mengkonsumsi makanan yang sehat, serta memiliki
kesempatan untuk bersantai dan bergembira.
Kembali
pada soalan jaman normal baru, Pandemi ini merubah pola pekerjaan yang sibuk di
luar rumah dari waktu ke waktu menjadi kondisi yang lebih tertata dan semua
bisa dilakukan tanpa harus keluar rumah. Pola-pola inilah yang kemudian akan
menjadi item-item dalam proses perubahan kegiatan dan kebiasaan masyarakat saat
wabah ini usai. Kemudian, masyarakat akan lebih perhatian dengan kondisi
kesehatan diri, menjaga lingkungan serta interaksi yang tidak mewajibkan
bertemu fisik, menggantikan aktivitas langsung dengan cara virtual, serta
memiliki sikap proteksi yang tinggi terhadap kegiatan-kegiatan yang berdesakan.
Pada
dasarnya kondisi lebih banyak ditemukan pada masyarakat urban. Mareka memiliki
intensitas tinggi dalam lingkungan pekerjaan yang menimbulkan tatap muka,
transaksi, serta kontak fisik seperti berdesakan di tempat umum, tempat
hiburan, pada kendaraan umum dan lain-lain. Sehingga pilihan untuk melakukan
aktivitas secara virtual sebagai salah satu bentuk kebiasaan baru dipilih
sebagai alternatif untuk mengurangi penularan wabah.
Manusia Pasca Ramadhan
Proses
penyebaran wabah sangat cepat dan masif. Bahkan tak ada yang memprediksikan
kalo wabah terbesar abad ini mampu melumpuhkan seluruh akses perekonomian dunia.
Aktivitas
bulan Ramadhan umumnya dilakukan secara bersama, seperti tarawih berjamaah,
kajian shubuh, berbagi sedekah dan lain-lain. Semua aktivitas ini dilakukan
secara berjamaah dan saling berinteraksi. Disamping itu, kita juga bisa
menemukan ragam tradisi masyarakat Indonesia khususnya pada bulan
ramadhan. Hal ini umumnya tidak dilakukan karena mematuhi himbauan pemerintah
untuk tidak melalukan aktivitas yang mengundang keramaian dan di luar rumah.
Kembali
pada new normal, orang-orang shalih menggambarkan new normal umat Islam pasca Ramadhan
dikategori atas dua gambaran kelompok. Yaitu kelompok manusia yang mengikuti
perilaku ikan, dan kelompok manusia yang mengikuti perilaku kerbau. Keduanya
seharusnya memiliki perilaku yang baru sebagai bekal purna dari kebiasaan baik
pada transisi Ramadhan.
Kelompok
yang mengikuti perilaku kerbau yaitu mareka yang bergelimang maksiat di
bulan-bulan yang di luar bulan Ramadhan, kemudian Allah memberikan kesempatan
untuk membersihkan dirinya selama satu bulan. Dan pasca bulan tersebut ia akan
kembali pada perbuatan yang keji tersebut. Begitulah potret kerbau yang tetap
berangkat mencari kubangan, meski ia telah dibersihkan oleh tuannya. Demikian
potret masyarakat yang belum siap berbenah menuju kebiasaan baru.
Beda
halnya dengan mareka yang berperilaku seperti ikan. Meski mareka melakukan
kesalahan di bulan-bulan yang lain, kemudian pada ramadhan ia melakukan
transisi dan pasca ramadhan ia tetap mencari kebaikan sebagai fitrah manusia.
Perilaku Ikan meski ia dari dalam lumpur tetap mencari air agar bisa
melangsungkan kehidupan dengan prima dan baik. Begitulah kebiasaan
manusia pasca Ramadhan yang digambarkan.
Bercermin
pada makna new normal, dimana seorang muslim yang selamat adalah yang mampu
beradaptasi dan survive dengan lingkungan baru pasca Ramadhan. Mareka berhasil
mengaplikasikan nilai-nilai yang diperoleh dari Ramadhan sebagai
pijakan dalam meningkatkan ketaatan sampai pada kondisi normal pada sebelas
bulan lainnya.
Perilaku-perilaku
yang disampaikan oleh pemerintah saat ini adalah perilaku hidup muslim. Seperti
mencuci tangan sama halnya dengan menjaga wudhu yang lebih dari sekedar cuci
tangan, menjaga jarak dengan yang bukan mahramnya dan mengkonsumsi makanan yang
halal dan sehat.
Berperilaku
seperti ikan menampilkan perumpamaan makhluk yang mencari fitrahnya.
Meski demikian, pastinya terdapat tantangan dan hambatan di dalamnya. Namun
tetap bertahan hingga kita merasa nyaman dengan hal baru dan baik tersebut.
Ramadhan
telah mengkondisikan seluruh amalan selama sebulan penuh, sebagai masa percobaan.
Kini kita masuk pada kondisi yang baru dengan harapan dapat bertahan dengan
hasil dari masa percobaan tersebut sehingga selamat dan melewati
kenormalan-kenormalan pada musim berikutnya. Amien.
Adli Muhammad, M.Sc
Mantan Pengurus Remaja Mesjid At-Taqwa
Lampupok