Oleh Rio Dimas Agung Satria
DUNIA tengah dihebohkan kemunculan corona virus. Virus corona
sebenarnya tidak serta merta muncul begitu saja, karena pada 1918-1919 juga ada
virus mematikan yaitu flu spanyol. Virus itu mematikan dan menjadi pandemi pada
saat itu dan menelan korban 40 juta jiwa. Tetapi munculnya kembali corona virus
disseases (covid-19) yang mematikan ini, menurut para ahli, lebih ganas dari
virus pendahulunya.
World Health Organization (WHO) menyatakan, coronaviruses (cov)
adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut
covid-19. Virus corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang
lebih parah seperti sindrom pernafasan timur tengah (Mers-CoV) dan sindrom
pernafasan akut parah (SARS-CoV). Virus ini pertama kali muncul di Wuhan Cina,
Desember 2019, lalu berkembang sangat cepat bahkan ke berbagai negara, dan saat
ini sudah merupakan suatu pandemi, melanda seluruh dunia.Menyikapi kasus ini
maka berbagai kebijakan mulai dimunculkan. Mulai penerapan work from home,
social distancing dan physical distancing, sampai diberlakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Tentu ini akan menimbulkan dampak bagi
perekonomian di Indonesia. Pemerintah dan masyarakat harus bersiap terhadap apa
yang terjadi bila kasus penyebaran virus ini semakin berlarut. Dampak dari
penyebaran virus corona terjadi di berbagai bidang, baik di sektor riil, bursa
saham. Dan yang paling dirasakan berat terhadap perekonomian secara global di
Indonesia, di mana mengalami pelambatan pertumbuhan.
Seperti yang di sampaikan oleh Menteri Keuangan
Sri Mulyani, apabila Covid-19 bisa segera tertangani maka pertumbuhan ekonomi
masih di atas 4%. Tetapi pemerintah juga harus bersiap apabila pandemi ini
masih bertahan antara 3-6 bulan lagi maka situasi akan lebih memburuk, dimana
pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 2,5% bahkan 0%.Mewabahnya virus
corona juga berdampak pada anjloknya perdagangan saham. Indeks Harga Saham
Gabungan telah merosot tajam, bahkan analis Sucor Sekuritas menjelaskan, IHSG
bisa berkemungkinan turun di bawah level 3000. Dampak lain juga berpengaruh terhadap
kestabilan nilai tukar rupiah, yang pada saat ini rupiah di level Rp 15.900 per
Dollar AS. Sempat mengalami tekanan pada level terendah Rp 16.575 per Dollar
AS.dilihat dari kronologis,
sebenarnya ada saling keterkaitan antara dampak mewabahnya virus di Cina dengan
Indonesia. Sebab, Cina merupakan negara eksportir terbesar di dunia dan
Indonesia dengan Cina merupakan mitra dagang. Dengan demikian memburuknya
perdagangan di Cina akan sangat mempengaruhi kondisi di Indonesia, seperti
misalnya adanya permintaan bahan baku di Cina. Karena kegiatan perdagangan di
Cina mengalami gangguan, maka terjadi penurunan harga komoditas.Berbagai dampak
yang ditimbulkan dan dirasa cukup berat adalah penurunan penerimaan pajak,
terutama dari sektor perdagangan. Seperti diketahui, pajak memiliki fungsi untuk membiayai
pembangunan belanja pegawai,belanja barang,dan pemeliharaanbaik pemerintahan pusat maupun daerah. Penerimaan pajak dari
sektor perdagangan ini mempunyai kontribusi besar dalam penerimaan pajak.Hal
ini terkait penurunan produksi di Cina, yang menjadi pusat produksi barang
dunia. Dengan adanya penurunan produksi di Cina maka beberapa pasokan bahan
baku dan barang lainnya mengalami hambatan. Sehingga volume perdagangan juga
mengalami gangguan, akibatnya berpengaruh pada penerimaan pajak.Terganggunya
pasokan bahan baku sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi bagi para pelaku usaha.
Karena kegiatan produksi menjadi tidak lancar, banyak perusahaanmengalami
kesulitan karena berkurangnya pendapatan sehingga tidak mampu membayar para
pekerja. Sehingga gelombang PHK tidak bisa dihindari. Akibatnya, banyak orang
kesulitan mencari penghasilan, dengan demikian akan mempengaruhi perlambatan
pertumbuhan ekonomi. Jika wabah ini semakin berlarut-larut maka akan semakin
mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Berbagai upaya di atas merupakan usaha pemerintah untuk
mempertahankan ketabilan ekonomi ditengah merebaknya wabah virus corona yang
berdampak pada berbagai sektor dan secara global mengakibatkan pelambatan
pertumbuhan ekonomi bahkan dapat terjadi 0 pertumbuhan dalam beberapa bulan ke
depan.Namun berbagai upaya pemerintah tersebut juga tetap akan bergantung dari
kesadaran masyarakat secara bersama-sama dalam menangkal penyebaran wabhah
covid-19 tersebut. Berbagai kebijakan dari social distancing, psychal
distancing bahkan PSBB semuanya memang akan mengurangi pergerakan dan aktifitas
semua menjadi terbatas. Tetapi semua hal tersebut dilakukan sebagai langkah
memutus mata rantai merebaknya virus tersebut. Langkah tersebut sudah merupakan
keputusan yang tepat bagi pemerintah apabila dibandingkan dengan karantina
wilayah (lockdown).Apabila diberlakukan lockdown sektor yang tidak
terselamatkan adalah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terutama
para pedagang kaki lima. Bagi pelaku bisnis online dan e
commerce masih mampu bertahan bahkan mengalami kenaikan
transaksi pada situasi work from home seperti ini,
tetapi PKL yang hanya mengandalkan dari penerimaan harian merasa akan terpukul
apabila lockdown diterapkan. Apalagi wilayah yang terdampak virus corona adalah
beberapa daerah yang merupakan pusat penggerak ekonomi di Indonesia, seperti
wilayah Jawa.
Dengan demikian diperlukan kesadaran masing-masing pribadi kita
untuk mematuhi berbagai kebijakan yang diterapkan dalam rangka memutus mata
rantai penyebaran covid-19 ini agar ekonomi tidak tertekan dan pertumbuhan
ekonomi mulai mengalami kenaikan.