Oleh Juariah Anzib, S. Ag
Ternyata rahasianya adalah karena tukang parkir tidak pernah merasa memiliki, tetapi merasa dititipi. Siapa saja yang merasa memiliki sesuatu pemberian, maka bersiaplah untuk kehilangan, dan itu menyakitkan. Tetapi kalau merasa dititipi, baik berupa jabatan, harta dan kemewahan, serta anak, itu semua titipan. Ketika pergi hanya tinggal kenangan saja. Dan hal itu tidaklah membuat dirinya terlalu bersedih. Jika ingin hidup tenang, jadilah seperti tukang parkir. Titipan tidak boleh membuat kita menjadi sombong dan bersedih.
Ketahuilah bahwa semua yang kita miliki titipan Allah. Karena pemberian tersebut titipan, maka kita harus menjaganya dengan baik sesuai amanah. Allah menitipkan kepada kita berupa umur, harta, kemewahan, kecantikan, anak-anak, dan lain sebagainya. Semua itu tidak akan abadi, karena itu hanya titipan dan bukan untuk dimiliki seutuhnya. Maka dari itu, tidak ada alasan bagi kita untuk menyombongkan diri dengan sesuatu yang bukan milik kita sepenuhnya. Ingat, itu hanya titipan Allah.
Jikalau semua yang Allah berikan adalah titipan, maka andaikan sewaktu-waktu Allah mengambilnya kembali, kita tidak perlu merasa keberatan dan kesedihan yang berlebihan. Berusaha mengikhlaskan dan menyadari kita juga milik Allah yang sewaktu-waktu akan dipanggil-Nya kembali. Karena di saat waktunya tiba, ikhlas atau tidak, titipan tetap dikembalikan kepada Allah. Kita hanya dipercayakan sekejap untuk sarana dan prasarana kehidupan menuju akhirat. Dan bahkan nyawa kita sendiri merupakan titipan. Allah menitipkan nyawa ke dalam ruh hingga raga dapat berfungsi dengan baik. Andaikan nyawa tidak dititpkan, maka sungguh raga tidak berguna sama sekali. Hanyalah berbentuk patung yang tidak berguna.
Selaku insan yang tidak memiliki apa-apa, tidak seharusnya kita merasa sombong dengan kekayaan, tidak usah riya karena paras yang cantik, tidak harus bangga dengan anak yang hebat, karena semua akan fana pada saatnya. Kekayaan hanya bersifat sementara, wajah cantik hanya waktu muda. Jika masa senja tiba, semua pasti akan sirna. Allah akan mengambil sesuai perjanjinya.
Di dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 37 Allah Swt berfirman, "Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang gunung."
Dalam Surat yang lain Allah Swt juga berfirman, "Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah lah pahala yang sangat besar." (Quran surat At-Taghabun ayat 15).
Dalam hal ini, anak di posisikan sebagai perhiasan dan kekayaan bagi orang tuanya.
Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada setiap orang tua. Ia wajib dijaga sesuai anjuran agama. Kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Perlu diketahui bahwa anak dapat menghantarkan kita ke dalam syurga dan juga dapat menjerumuskan kita ke dalam neraka. Oleh karenanya, berhati-hatilah dalam menjaga dan mendidik mereka. Demikian juga dengan harta, jabatan dan sebagainya. Setiap amanah yang dititipkan dapat mengiring kita ke syurga atau neraka.
Luangkan waktu untuk memelihara titipan dengan baik. Kurangi rasa memiliki yang berlebihan, kasih sayang yang melampaui, dan cinta yang tiada batas. Saat semuanya telah tiada, kita tidak dibenarkan berlarut-larut dalam kesedihan yang berkepanjangan dan rasa kecewa yang tiada akhir. Kita harus tahu semua milik Allah. Jika Allah berkehendak, kapan saja dapat diambil kembali. Tidak harus konfirmasi terlebih dahulu.
Persiapkan diri kita untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi ketika Allah menuntut titipan-Nya kembali. Ikhlas, sabar dan tawakal merupakan jalan terbaik yang harus kita tempuh. Sengguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar. Tidak perlu bersikap sombong, karena kita tidak punya apa-apa. Ketika lahir tidak membawa apa-apa dan ketika meninggalkan pun tidak disertai apa-apa, kecuali amal shalih.
Mari kita jadikan bahan renungan hal tersebut, agar dapat menyadari dan belajar mengikhlaskan. Meskipun tak semudah yang diucapkan. Tetapi paling tidak kita dapat belajar mengontrol diri terhadap suatu musibah yang menimpa. Menghindari rasa putus asa dan selalu berpegang teguh kepada kebesaran dan janji Allah Swt.
Penulis merupakan Koordinator Kesiswaan MIN 11 Aceh Besar
0 facebook:
Post a Comment