Oleh Juariah Anzib, S.Ag
Semua makhluk hidup khususnya manusia berhak bahagia. Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan. Apapun yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Baik bahagia di dunia ataupun di akhirat. Siapapun dia, dimanapun berada, semua menginginkan yang namanya bahagia.
Sumber mencapai kebahagiaan ternyata banyak. Kita bisa mencarinya di berbagai pola kehidupan asalkan sesuai dengan syariat. Bahagia dapat ditimbulkan oleh banyak sumber, yang utama bersumber dari dalam diri kita sendiri. Kebahagiaan ini didapat oleh orang-orang yang memiliki ketulusan hati dan keikhlasan jiwa. Apapun yang dilakukan diniatkan karena Allah semata. Tanpa mengharapkan imbalan kepada manusia lain.
Kebahagiaan yang paling hakiki adalah disaat sedang beribadah kepada Allah. Rasa khusyuk dan tawadhuk dalam shalat dapat mengantarkan seseorang hamba kepada puncak bahagia yang sejati. Kenikmatan berinteraksi dengan Rabbnya, membuat jiwanya menjadi tenang, tentram dan teduh. Itulah kebahagiaan yang sangat bermakna. Bila kebahagiaan beribadah untuk mencapai akhirat sudah didapatkan, maka kebahagiaan bersifat dunia hanyalah selingan saja.
Bahagia juga dapat diperoleh dari luar diri. Seperti bahagia dengan keluarga, handai taulan, rekan sahabat dan lain sebagainya. Sesuatu yang dapat membuat jiwa menjadi tentram, tenang, damai dan nyaman, itulah bahagia.
Dalam sebuah kehidupan, terkadang timbul pertanyaan dalam benak seseorang, untuk siapakah kebahagiaan itu? Apakah untuk orang-orang tertentu saja atau untuk semua orang? Mengapa saya tidak mendapatkannya? Maka jawabannya adalah bahagia milik semua orang. Bahagia suatu anugerah yang Allah berikan untuk semua insan di dunia. semua orang berhak untuk merasakan kebahagiaan.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang selalu berkeluh kesah dengan dengan berbagai problematika dalam kehidupannya yang tak kunjung usai? Pepatah menyatakan, "tak ada perang yang tak reda," atau "badai pasti segera berlalu." Itu memang benar. Akan tetapi badai pasti berlalu setelah memporak porandakan semua yang ada. Meluluh lantakkan apa yang ada di hadapannya. Semua diratakan oleh hujan dan badai, lalu diapun pergi. Akan tetapi selaku hamba, kita dianjurkan selalu bersikap optimis dengan permasalahan yang menimpa. Semakin berat cobaan, semakin kuat dan kokoh seseorang dalam bersikap untuk menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini.
Dalam mencapai suatu kebahagiaan dunia, kita tidak boleh egois. Hanya membahagiakan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, baik keluarga, kerabat maupun handai taulan. Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bahagia adalah sikap mulia dan termasuk sedekah serta nafkah batin. Seperti membahagiakan keluarga. Itu suatu sikap mulia yang dianjurkan dalam Islam. Seorang kepala keluarga berkewajiban memberikan kebahagiaan kepada keluarganya. Uang bisa dicari, harta dan kemewahan bisa dibeli, tetapi kebahagiaan tidak dapat diperoleh dengan uang dan kemewahan.
Bahagia adalah urusan batin, yang tidak boleh di anggap remeh. Memberi kebahagiaan kepada keluarga yang merupakan nafkah batin. Bukan hanya uang dan kemewahan saja yang dicari. Uang yang banyak, harta yang berlimpah, tidak dapat menjamin sebuah kebahagiaan. Karena kebahagiaan tidak menuntut harus dengan uang atau kemewahan. Meskipun hidup seadanya, tetapi penuh cinta dan kasih sayang serta perhatian yang cukup, itu salah satu cara memberi kebahagiaan kepada keluarga.
Banyak orang yang salah menilai dalam memberi sebuah kebahagiaan kepada orang lain. Menganggap uang dan harta sumber kebahagiaan yang utama, padahal itu adalah keliru. Banyak orang hidup tanpa uang dan harta, tetapi merasakan bahagia. Itu merupakan bukti bahwa bahagia miliki setiap orang.
Terlalu sibuk dengan kegiatan diluar rumah, sehingga mengabaikan keluarga. Berhati-hatilah, kerena itu suatu kedhaliman. Orang yang bijak, tentu pandai membagi waktu, ia punya waktu membahagiakan keluarganya. karena kebahagiaan dalam rumah tangga merupakan kebahagiaan terindah dalam kehidupan dunia.
Mari mencari sumber dan memberi kebahagiaan dengan ridha Allah. Berbahagialah selalu jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Memberi kebahagiaan kepada sesama adalah ibadah.
0 facebook:
Post a Comment