Oleh: Hj. Nursalmi, S.Ag
Daiyah Kota Banda Aceh
Rasulullah saw merasa terpanggil jiwanya untuk berdakwah, karena melihat kondisi kehidupan penduduk Mekkah saat itu yang sudah jauh menyimpang dari aturan Allah Swt. Mereka yang awalnya bertauhid kepada Allah dengan mengikuti agama Nabi Ibrahim berubah menjadi penyembah berhala. Praktik ekonomi ribawi semakin parah, jual beli yang menguntungkan sebelah pihak dan merugikan pihak lain. Anak perempuan dikubur hidup-hidup.
Tidak hanya itu. Mereka memiliki kebiasaan buruk seperti minum khamar, berjudi, berzina, merampok, dan menganggap rendah kaum perempuan. Perempuan diperjualbelikan dan tidak mendapatkan warisan dari suami atau orang tuanya. Para lelaki juga bebas menikah tanpa batasan jumlah. Rasulullah saw terpanggil jiwanya mendakwahkan mereka, agar kembali ke jalan Allah Swt, bumi Mekkah bisa hidup dengan aman sentosa, adil dan sejahtera.
Rasulullah tidak kuat melihat kehidupan kota Mekah. Beliau berkhalwat di Qua Hira, memohon petunjuk kepada Allah, sehingga Allah menurunkah wahyu perintah membaca. Membaca kondisi dan tanda-tanda zama. Kemudian perintah berdakwah menyeru umat ke jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhai Allah Swt.
Nabi Ibrahim juga merasa terpanggil jiwanya ketika melihat penduduk Babilonia yang sehari-hari menyembah berhala. Bahkan ayahnya adalah pembuat patung.
Nabi Ibrahim juga tidak sanggup melihat kesombongan Namrud yang mengaku dirinya tuhan dan memaksa seluruh rakyatnya untuk mengakuinya. Susah payah beliau mencari tuhan karena tidak yakin dengan tuhan yang mereka sembah.
Allah memberi petunjuk kepadanya, Allah satu-satunya tuhan yang berhak disembah. Allah yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Kemudian beliau mendakwahkan kepada umat tentang itu.
Nabi Ibrahim terpanggil jiwanya untuk berdakwah karena cinta dan sayang kepada saudara-saudaranya. Tidak kuat melihat mereka dizalimi oleh Namrud yang mengaku dirinya tuhan. Dia akan menyiksa siapa saja yang tidak mengakui dirinya tuhan.
Dengan petunjuk Allah, Ibrahim mampu mengalahkan Namrud dalam debat pemikiran. Ini untuk membuktikan kepada dia dan pengikutnya bahwa perintah untuk menuhankan dirinya selama ini tidak benar. Allah Swt berfirman:
“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, ‘Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,’ dia berkata, ‘Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, ‘Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.’ Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim”. (QS Al-Baqarah: 258 )
Nabi Musa juga terpanggil jiwanya untuk berdakwah di kalangan pengikut Fir’un. Beliau menantang Fir’un yang sombong yang mengakui dirinya tuhan, dia membunuh setiap anak laki-laki karena takut suatu saat akan merebut kekuasaannya.
Musa berdakwah karena panggilan jiwa. Beliau sayang kepada mereka dan mengajak mereka mau kembali ke jalan Allah dan tidak menyembah kepada selain Allah. Apalagi menyetujui Fir’un itu tuhan.
Ini hanya sebagian dari kisah dakwah para Rasul, yang berdakwah karena didasari oleh panggilan jiwa. Kemudian baru dakwah dilaksanakan karena menjalankan perintah Allah agar umat tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain.
Para sahabat juga terpanggil jiwanya untuk melanjutkan perjuangan Rasulullah, berdakwah menyampaikan Islam ke seluruh penjuru dunia, agar mereka menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Allah satu-satunya yang berhak disembah. Allah Al-Khaliq (Pencipta) dan Al-Mudabbir (Pengatur). Allah yang berhak membuat aturan dan manusia sebagai hamba wajib mengikuti aturan-Nya.
Dalam menyampaikan dakwah, baik para Rasul maupun para sahabat pasti mendapati berbagai tantangan dan rintangan. Namun tidak pernah menyerah sampai titik darah penghabisan, sehingga mampu menyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Umat Islam mencapai dua pertiga dunia. Semua ini dilakukan karena panggilan jiwa.
Nah, bagaimana dengan kita, adakah jiwa kita terpanggil ketika melihat kondisi umat sedang sakit parah. Dunia sedang berada di ambang kehancuran. Apakah kita berdiam diri saja karena menganggap ini bukan urusan kita. Dakwah itu karena cinta dan panggilan jiwa. Jika perasaan itu ada, maka jiwa kita akan terpanggil untuk mendakwahkan saudara-saudara kita agar kembali ke jalan yang diridhai Allah Swt.
Semoga Allah menggerakkan hati dan jiwa kita, terpanggil untuk melaksanakan dakwah, amar makruf nahi mungkar. Kita rangkul saudara-saudara kita, gandengkan tangan mereka berjalan bersama-sama menuju surga.
Editor: smh
0 facebook:
Post a Comment