Buku Sejarah Teungku Chik Awe Geutah Karya Razali Abdullah |
Oleh Hamdani Mulya
"Pada masa Sultan Badrul Munir Jamailullah bin Syarif Hasyim (1703-1726 M). Sejak Azyumardi Azra meneliti jaringan ulama nusantara pada abad XVII, didapati hubungan Aceh dengan Haramayn (Mekkah dan Madinah) telah membawa gagasan pembaharuan Islam di nusantara. Maka kehadiran Teungku Chik Awe Geutah ke Aceh tidak terlepas dari jaringan ulama abad ke-17 dan 18." Itulah kilasan mengenai sejarah Teungku Chik Awe Geutah ulama Aceh terkemuka, kiprahnya ternyata bukan hanya sebatas sebagai jaringan ulama nusantara, namun Teungku Chik Awe Geutah juga berkiprah dalam lintas dakwah internasional sebagai ulama dalam mensyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Kilasan sejarah tersebut dinukilkan oleh Razali Abdullah pada sampul belakang buku yang ditulisnya.
Buku goresan pena Razali Abdullah berjudul Sejarah Teungku Chik Awe Geutah banyak menguak sejarah ulama lintas nusantara seperti Teungku Chik Awe Geutah. Buku tersebut diterbitkan oleh Unimal Press Lhokseumawe, tahun 2011.
Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa Teungku Chik Awe Geutah yang nama aslinya Syeikh Abdul Rahim Bawarith Al-Asyi adalah anak Syeikh Jamaluddin Al-Bawaris yang berasal dari Zabid, Yaman. Bersama adiknya Syeikh Abdussalam Bawarith Al-Asyi dan tujuh ulama lainnya, di antaranya Teungku Dikandang dan Syeikh Daud Ar-Rumi, mereka berangkat ke Aceh untuk menyebarkan syiar Islam.
Sampai sekarang keturunan Teungku Chik Awe Geutah bermukim disekitar kuburannya di Awe Geutah, Peusangan, Kabupaten Bireuen. Dari wilayah itu beliau menyiarkan Islam keseluruh pelosok Serambi Mekkah dengan berkonsentrasi pada ilmu tafsir, hadis, fiqah, dan tasauf. Sedangkan adiknya yang menetap di Samalanga, mendirikan dayah Cot Meurak di Samalanga.
(Hamdani Mulya pendiri Forum Penulis Aceh Teungku Pang Husen dan Pengamat Sejarah Aceh).
0 facebook:
Post a Comment