Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi saw menyebutkan, ketampanan wajah dan kemewahan pakaiannya bagaikan bunga-bunga di taman nan hijau. Mengundang perhatian setiap orang yang melihatnya. Ia selalu menjadi buah bibir gadis-gadis cantik di kota Mekah dan menjadi bintang disetiap pertemuan. Mereka selalu mengharapkan kehadirannya, disamping karena kecerdasan otaknya, juga karena keanggunan penampilannya. Sehingga membuat mereka terpesona dengan wajahnya yang elok dan bersahaja.
Kabar tentang telah datangnya seorang rasul bernama Muhammad telah tersebar ke seluruh pelosok negeri. Tak ketinggalan anak muda yang ganteng ini. Ia mendengar berita tentang Muhammad yang menyatakan dirinya utusan Allah. Pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Menyeru umat manusia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mush'ab juga mendengar bahwa Rasulullah saw beserta para pengikutnya sering mengadakan pertemuan di suatu tempat. Yang jauh dari keramaian dan terhindar ancaman kaum kafir Quraisy. Bertempat di bukit Shafa pada rumah Arqam bin Abul Arqam. Mengetahui hal tersebut, tanpa ditemani oleh siapapun, ia pergi ke rumah Arqam untuk bertemu Rasulullah saw. Rasa penasaran telah mendorongnya berjalan ke sana tanpa berpikir panjang.
Ketika Mush'ab tiba di sana, ia duduk bersama para sahabat lainnya. Maka Rasulullah pun membacakan ayat-ayat Al Quran kepada mereka. Bacaan tersebut bergema serta mengalir ke telinga mereka dan meresap ke dalam jiwa dan sanubari para pendengar. Di senja itulah berawal tunduknya hati Mush'ab menjadi hati yang bercahaya. Keharuan yang dirasakannya seakan membuat tubuhnya melayang ke udara. Sungguh rasa bahagia yang sulit diungkapkan. Rasulullah saw mengulurkan tangan lembutnya kepada Mush'ab dengan penuh kasih. Mengurut dada sang pemuda yang sedang bergejolak itu. Sehingga hatinya menjadi tenang dan teduh, seteduh lautan yang dalam.
Dengan berkat Rasulullah saw, pemuda ini menyatakan dirinya masuk Islam atas kehendaknya sendiri. Ia telah beriman dan memiliki hikmah yang luas dan berlipat ganda. Ia mendapatkan siraman ruhani yang membentuk jiwa kesucian. Hatinya telah dipenuhi bunga-bunga nirwana surgawi yang bertangkaikan ketauhidan dan bersarikan keimanan yang kokoh.
Menurut Khalid, ibunda Mush'ab Khannas binti Malik, seorang wanita yang memiliki kepribadian cemerlang. Seorang wanita yang disegani dan dihormati oleh segenab bangsa Arab. Tidak ada yang ditakuti Mush'ab di permukaan bumi ini selain kepada ibunya. Andaikan seluruh tokoh-tokoh terhormat di Padang Pasir membentuk sebuah formasi dan mengepungnya, maka akan lebih berat rasanya jika ia harus berhadapan dengan ibunya. Inilah kekhawatiran terbesar bagi Mush'ab setelah ia masuk Islam.
Ia menyembunyikan keislamannya kepada sang ibu. Namun sepandai-pandai ia merahasiakan akhirnya tercium juga. Seorang Quraisy bernama Utsman bin Thalhah melihat gerak gerik Mush'ab yang pergi diam-diam ke rumah Arqam. Sehingga ia mengetahui tentang keislaman Mush'ab. Utsman melaporkan berita tersebut kepada Khannas ibunya Mush'ab.
Ketika pulang, Mush'ab menghadapi ibunya yang disertakan keluarga dan para pembesar Mekah. Semua berkumpul menunggu kehadiaran Mush'ab. Lalu ia pun membacakan ayat-ayat Al Quran yang diajarkan Rasulullah saw kepadanya. Ayat-ayat suci tersebut telah memberikan hikmah kesucian dan kemuliaan. Namun sang ibu melayangkan tamparan keras ke wajah anaknya. Akan tetapi tiba-tiba saja, tangannya lunglai tak berdaya. Kewibawaan dan kesucian telah menimbulkan ketenangan jiwa bagi diri Mush'ab.
Khannas tidak tega bersikap kasar terhadap putra kesayangannya. Tetapi pengaruh berhala-berhala membuat ia mencari jalan lain untuk menghukum putranya. Ia mengurung Mush'ab di ruang yang terisolir di rumahnya, kemudian menutupnya rapat-rapat. Mush'ab menjalani masa-masa kurungan hingga berhasil mengelabui para penjaga. Ia pun hijrah ke Habasyah bersama kaum muhajirin lainnya. Kemudian ia kembali ke Mekah berkumpul dengan kaum muslim lainnya.
Ibunda Mush'ab merasa putus asa, ia tidak sanggup lagi mengembalikan anaknya ke agama mereka. Ia mencabut semua fasilitas dan kenikmatannya untuk membuat jera. Bahkan ia sudah tidak sudi nasinya dimakan oleh Mush'ab. Ia menyebutkan bahwa Mush'ab bukan lagi anaknya. Sang ibu membiarkan anaknya dalam penderitaan dan kelaparan. Namun keadaan tersebut tidak membuat Mush'ab berubah pikiran. Dengan segenab kemampuan dari cahaya Ilahi menjadikannya semakin tegar setegar karang dilautan. Ia tetap mempertahankan keimanan dan keyakinan agamanya.
Perpisahan pun terjadi diantara mereka. Perempuan yang paling dicintai dan diseganinya, kini tak lagi bersamanya. Anak tersayang yang dimanjakan hilanglah sudah. Sang ibu melepaskannya dengan deraian air mata. Demikian juga dengan Mush'ab, ia tak kuasa menahan sedih karena harus meninggalkan keluarganya demi mempertahankan keimanannya. Sungguh perpisahan yang menyayat hati. Meskipun Mush'ab sudah berusaha menyampaikan kebenaran, namun sang ibu menjawab dengan emosi, "Demi bintang, sekali-kali aku tidak akan masuk ke dalam agamamu itu."
Setelah peristiwa itu terjadi berkat bimbingan Rasulullah saw, Mush'ab telah berhasil membuat pola kehidupan baru, sebagaimana yang dicontohkan beliau. Sehingga pada suatu petemuan kaum muslimin, ia muncul dalam kondisi menyedihkan. Mush'ab datang dengan menggunakan jubah usang yang penuh tambalan. Para jamaah memandang Mush'ab dengan menundukkan kepala. Mereka prihatin dan sedih, bahkan diantara mereka ada yang berlinangkan air mata. Mereka teringat ketika Mush'ab masih bersama kedua orang tuanya. Ia hidup mewah dengan pakaian indah berbunga-bunga yang menebarkan pesona dan wewangian.
Rasulullah saw melihat Mush'ab dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sambil tersenyum beliau bersabda, "Aku telah mengetahui Mush'ab sebelumnya. Tidak ada pemuda Mekah yang lebih dimanja oleh orang tua seperti dirinya. Kemudian ia meninggalkan semua itu karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."
Khalid Muhammad Khalid menyebutkan, suatu ketika, Rasulullah saw memilih Mush'ab untuk melakukan suatu tugas mulia. Beliau mengutusnya ke Madinah sebagai duta untuk menjadi guru agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat. Ia juga berkesempatan mengajak mereka yang lain untuk menganut agama suci ini. Sekaligus mempersiapkan kota Madinah sebagai tempat hijrah yang agung. Rasulullah saw menyerahkan nasib agama di Madinah kepada Mush'ab. Yang tidak lama lagi akan menjadi pusat para dai dan markas pengemban Islam.
Dengan bekal kearifan dan kemuliaan akhlaknya, ia memikul amanat dan tanggung jawab yang sangat besar bagi agama. Sifat dan kepribadiannya yang agung, dapat melunakkan hati para penduduk Madinah hingga berduyun-duyun masuk Islam. Kezuhudan dan kejujuran menjadikannya semakin diagungkan.
Begitulah contoh keteladanan para sahabat Rasulullah saw yang mulia. Semoga kisah indah ini menjadi ibrah bagi sekalian pembaca. Iman ternyata jauh lebih tenang dibandingkan dengan kemewahan, harta benda dan jabatan. Iman dapat menaklukkan semua kenikmatan dunia yang fana dan penuh tipu muslihat. Mari meningkatkan keimanan kita.
0 facebook:
Post a Comment