Dia adalah ketua yayasan tersebut yang sehari-hari bekerja di Dinas Pendidikan Aceh Singkil.
Katanya, pesantren tahfiz tersebut dibangun di atas tanah wakaf dari seorang dermawan. Sementara ada sebagian tanah wakaf lainnya juga tapi ditanami pohon sawit. Alhamdulillah, sejak tiga tahun lalu, hasil panen kelapa sawit dapat membantu operasional pesantren. Rata-rata penjualan per tahun Rp 8,5 juta.
Jumlah santrinya baik laki-laki dan perempuan 126 orang. Beberapa waktu lalu pesantren melaksanakan wisuda.
Meskipun Norodin adalah seorang guru, dirinya menjiwai kegiatan sosialnya. Dia berencana mengembangkan usaha lainnya di atas tanah wakaf berupa kios pupuk. Target pasarnya sudah dipetakan, yakni wali santri yang umumnya berprofesi pekebun, dan masyarakat umum.
"Keuntungan penjualan akan digunakan demi kemajuan pendidikan anak-anak di pesantren tahfiz di sini," ujarnya.
Pembina Nazir BMA Sayed Muhammad Husen, mengatakan, wakaf menjadi salah satu fokus proram BMA. Diharapkan perkembangan wakaf dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat, baik berbasis pesantren, gampong, masjid, dan umum.
"Saat ini Tim Baitul Mal sedang memverfikasi lahan wakaf produktif di berbagai kabupaten/kota untuk diintervensi dengan bantuan dana infak agar semakin berkembang," pungkasnya yang didampingi Arif Arham SSi MS dan Tenaga Pendamping Zulfurqan SPd.
Sementara itu, di lokasi lain, Ketua Yayasan Salman Bin Aswet, Ibrahim SPd sedang mengembangkan usaha air isi ulang untuk membantu operasional Pesantren Darul Falah Az-Zamzamiyah di Gampong Lae Ijuk, Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil.
Katanya, usaha tersebut berpotensi berkembang mengingat kebutuhan air masyarakat tinggi. Ditambah kondisi air sumur tidak layak konsumsi.
"Tentunya ini besar potensi berkembang usaha depot air isi ulang jika ada mod tambahan, insya Allah," paparnya. (Abrar/Rel)
0 facebook:
Post a Comment