Oleh: Afrizal Sofyan, S.PdI, M.Ag
Anggota MPU Aceh Besar
Hidup ini akan terasa berat jika hati tidak ikhlas dalam beramal. Meski amal yang dilakukan yang ringan, namun jika tidak ikhlas maka akan terasa sangat memberatkan. Diantara keutamaan orang yang ikhlas selalu merasa ringan dalam menjalani hidup ini, karena besar atau kecil amalan yang ia lakukan, senantiasa menikmatinya sebab yakin bahwa Allah Swt Zat Yang Maha Mengetahui dan Maha Menepati Janji.
Syekh Muhammad Shaleh al Munajjid dalam kitabnya ‘Amalul Qulub (hlm 33) menjelaskan, ada empat bahaya akibat tidak ikhlas dalam beramal. Pertama, tidak akan masuk surga. Baginda Rasulullah saw menjelaskan perihal orang yang menuntut ilmu agama untuk dunia dan untuk mendapatkan pujian orang dalam sebuah hadist dari sahabat Abu Hurairah r.a, “Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (ilmu agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah Swt, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud , Ibnu Majah, dan Ahmad)
Menuntut ilmu merupakan suatu ibadah yang sangat mulia jika diikuti dengan ikhlas karena Allah Swt, namun menuntut ilmu akan menjadi sia-sia dan bahkan Allah Swt tidak menempatkan penuntut ilmu agama tersebut dalam surgaNya ketika dilakukan tanpa keikhlasan. Begitu juga dengan ibadah yang lainnya seperti shalat, zakat, puasa, haji, sedekah dan lainnya akan bernilai sama jika dilakukan tanpa keikhlasan
Kedua, penyebab masuk neraka. Hakekatnya orang beramal dan beribadah adalah untuk mendapatkan ridha Allah Swt, ampunanNya, rahmatNya dan di tempatkan di surgaNya. Namun tatkala semua amalan dan ibadah dilaksanakan tanpa keikhlasan akan menjadi penyebab masuk neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Rasulullah saw dari sahabat Abu Hurairah r.a, “Orang yang pertama kali diputuskan pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid di jalan Allah. Lalu dia didatangkan, kemudian Allah memperlihatkan kepadanya nikmat-Nya, maka dia pun mengenalinya. Allah berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang tersebut menjawab, “Aku telah berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berkata, “Engkau dusta, akan tetapi engkau melakukan itu supaya disebut sebagai seorang pemberani dan ucapan itu telah dilontarkan.” Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), sampai dia pun dilemparkan di neraka.”
“Kemudian ada orang yang belajar agama dan mengajarkannya, serta membaca Al Qur’an. Lalu orang itu didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang itu menjawab, “Aku telah belajar agama, mengajarkannya dan aku telah membaca Al Qur’an.” Allah berkata, “Engkau dusta, akan tetapi engkau belajar agama supaya disebut orang alim dan engkau membaca Al Quran supaya disebut qari dan ucapan itu telah dilontarkan.” Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah) sampai dia pun dilemparkan di neraka.” ِ
“Kemudian ada seorang laki-laki yang diberikan kelapangan oleh Allah dan menganugerahinya segala macam harta. Lalu dia pun didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya itu dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang itu menjawab, “Aku tidak meninggalkan satu jalan pun sebagai peluang untuk berinfak melainkan aku berinfak di situ semata-mata karena-Mu.” Allah berkata, “Engkau dusta, akan tetapi engkau melakukan seperti itu supaya disebut dermawan dan ucapan itu telah dilontarkan.” Maka orang itu diperintahkan untuk dibawa, lalu dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), kemudian dia dilemparkan di neraka.” (HR. Muslim)
Ketiga, amalan tertolak. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah r.a, beliau berkata,”
“Datang seorang lelaki kepada Rasulullah saw dan bertanya, ”Bagaimana menurut engkau (ya Rasulullah) jika ada seorang yang berperang untuk mengharapkan pahala dan sekaligus ingin disebut namanya (sebagai pahlawan), apa yang ia dapatkan? Rasulullah saw bersabda, “Ia tidak mendapatkan apa-apa”. Lelaki tadi mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali. Rasulullah saw tetap bersabda, “Ia tidak mendapatkan apa-apa”. Lalu Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt tidak menerima amalan kecuali yang ikhlas mengharapkan wajah-Nya‘”.
Hadits ini dan hadits-hadits semisalnya menunjukkan bahwa seorang mukmin tidak akan diterima amalannya jika ia tidak mengharapkan wajah Allah swt dari amalannya tersebut. Disamping itu, Allah Swt juga berfirman, ”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS Al Kahfi: 110).
Keempat, hilangnya pahala amalan. Lawan kata dari ikhlas adalah riya yang ditiupkan oleh syaitan untuk memalingkan manusia dari Allah Swt dan menjauhkan mereka dari keikhlasan. Riya adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya. Termasuk ke dalam riya’ yaitu sum’ah, yakni melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan, sehinga pujian dan ketenaran pun datang tenar.
Ketika amalan dilakukan dengan riya atau tidak ikhlas, maka pahala amalan itu menjadi hilang. Sebagaimana Rasulullah saw sampaikan dalam hadist qudsi, “Allah Swt berkata kepada mereka (beramal tidak ikhlas) tatkala Allah Swt membalas amalan manusia dengan balasan, pergilah kalian kepada mereka yang dahulu kalian cari muka terhadap mereka. Perhatikanlah, apakah kalian akan mendapati balasan dari mereka?
Potongan hadist ini menjelaskan tentang hilangnya pahala dan hinanya orang-orang yang tidak ikhlas dalam beramal pada hari kiamat, mereka akan dipermalukan oleh Allah Swt. Di dunia mereka beramal saleh karena mencari perhatian dan pujian orang lain, maka Allah Swt pada hari kiamat menyuruh mereka untuk mencari ganjaran amal saleh dari orang-orang tersebut.
Semoga Allah Swt senantiasa memberi petunjukNya kepada kita semua, sehingga kita dimudahkan menempuh jalan menuju keihklasan, dan menjauhkan dari perasaan ingin dipuji makhluk serta dimasukkan dalam golongan hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Aamiin yaa Robbal ‘Aalamiin.
0 facebook:
Post a Comment