lamurionline.com -- Banda Aceh – Anggota Badan Baitul Mal Aceh (BMA), Dr Abdul Rani MA mengatakan, masyarakat Aceh yang mayoritas Islam harus menaruh perhatian kepada etnis Rohingya yang kemarin (25/12/2022) mengungsi ke Indra Patra, Aceh Besar, 57 jiwa dan kembali mendarat di Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Senin, (26/12/2022).
“Perhatian ini cukup beralasan, apalagi di Aceh telah berfungsi lembaga filantropi Islam, Baitul Mal Aceh dan Baitul Mal Kabupaten/Kota seluruh Aceh. Badan harta agama ini mengelola zakat yang mencakup asnaf ibnu sabil. Dengan asnaf ini Baitul Mal dapat membantu pengungsi Myanmar,” kata Abdul Rani, saat mengungjungi pengungsi Rohingya di Indra Patra, Senin, (26/12/2022).
Menurut pakar komuniaksi antar budaya ini, kesengsaraan Rohingya membuat mereka mengungsi ke luar negeri. Fenomena ini menjadi problematik bagi Aceh, untuk itu perlu sinergi berbagai pihak menangani pengungsi ini. Misalnya perlu secepatnya memenuhi kebutuhan pakaian sehari-hari dan makanan tambahan bagi pengungsi, sementara makan sehari-sehari sudah dipenuhi oleh IOM.
Sebagai lembaga Agama, tambahnya, hak-hak pengungsi tertera dalam surat at-Taubah ayat 60, yaitu adanya asnaf ibnu sabil yaitu orang yang putus hubungannya dengan keluarga, tidak ada pakaian dan makanan. Karena itu, sebenarnya Baitul Mal Aceh harus hadir membantu sebelum UNHCR dan IOM membantu mereka. “Artinya, kehadiran Baitul Mal Aceh mengurus pengungsi Rohingya sedikitnya mengurangi beban ibnu sabil yang terdampar di Aceh,” tegasnya.
Mantan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry ini menjelaskan, Rohingya merupakan salah satu etnis minoritas yang hidup dan berkembang ratusan tahun lalu di Myanmar. Sebelum Inggris datang ke Myanmar, mereka hidup dalam keberagaman, sekarang mereka termarjinalkan setelah Aung San Suu Kyi berkuasa terutama tahun 2016-2017.
Karena itu, menurut dia, etnis Rohingya tetap menjadi fenomena menarik, sebab siapa pun pemimpin Myanmar, Rohingya tetap tertindas. Pengungsian mereka erat kaitannya dengan politik yang berkembang di dunia yang terkonsentrasi pada paham kapitalis dan komunis. Sementara Aung San Suu Kyi cenderung ke Barat, sedangkan militer yang dimotori Min Aung Hlaing cenderung ke Rusia dan Cina. “Namun yang tertindas adalah Rohingya,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)
artikel yang sangat bermanfaat Atap Galvalum
ReplyDelete