Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru
Disinilah berasalnya seseorang yang diakui kehebatannya karena kecerdasan otak dan keluhuran budinya. Nama yang sangat populer di dunia peradaban Islam. Siapakah lelaki hebat tersebut? Tiada lain, dialah Salman Al-Farisi. Sosok yang tidak asing bahkan sangat populer, seorang pahalawan sejati yang berj
Dalam bukunya Biografi 60 Shahabat Nabi saw, Khalid Muhammad Khalid mengisahkan bahwa Salman Al-Farisi seorang hartawan dari Persia. Kemewahan dan kemegahan sudah terbiasa baginya. Makanan dan pakaian mahal serta rumah megah sudah menjadi gaya hidupnya sebelum Islam. Yang ternyata setelah masuk Islam, semua kemewahan dan kemegahan tersebut tidak berarti apa-apa baginya. Kesucian jiwa telah mengubah gaya hidupnya dengan pola hidup miskin dan sederhana seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.
Keislaman Salman Al-Farisi, memiliki kisah perjalanan panjang dan berliku-liku. Dia adalah seorang pahlawan kebesaran Islam.
Berawal kisah penuh dinamika, Salman Al-Farisi seorang anak yang taat dan sangat disayangi kedua orang tuanya. Ia seorang yang taat menjalani agama Majusi, hingga ditugaskan sebagai penjaga api yang merupakan sesembahan mereka agar tidak padam. Sungguh tugas dan tanggung jawab yang sangat besar.
Khalid Muhammad Khalid menuturkan, suatu ketika Salman berjalan melewati sebuah gereja milik kaum Nasrani yang sedang melakukan ibadah dan kebaktian. Salman memperhatikan bagaimana cara mereka beribadah, hingga hatinya tertarik. Menurut anggapannya agama ini lebih baik dari agama yang mereka anut. Ia tidak beranjak dari tempat tersebut hingga matahari terbenam. Dengan penuh rasa penasaran, ia bertanya, dari mana agama tersebut berasal? Orang-orang Nasrani menjawab bahwa agama tersebut berasal dari Syiria.
Ketika bertemu ayahnya, ia menceritakan mengenai cara orang Nasrani beribadah. Ternyata hal tersebut membuat ayahnya sangat marah hingga menghukumnya. Mereka berdebat keras dan Salman dimasukkan ke dalam penjara dengan kondisi kakinya diikat.
Dalam situasi demikian, ia mengirim berita kepada kaum Nasrani dan mengaku dirinya telah masuk ke agama mereka. Ia juga berpesan bila ada rombongan Syiria datang agar dikabari. Ia ingin ikut serta ke Syiria, tempat bersumbernya agama Nasrani. Kaum Nasrani mengabulkannya. Ia melepaskan belenggu di kakinya dan meloloskan diri dari penjara. Kemudian ikut bergabung dengan rombongan menuju Syiria.
Ketika tiba di Syiria ia mencari ahli agama tersebut, yaitu seorang pemilik gereja yang disebut uskup. Ia menceritakan tentang dirinya kepada uskup yang sedang mencari kebenaran agama. Lalu ia tinggal bersamanya sebagai pelayan sekaligus muridnya untuk mempelajari agama Nasrani.
Ketika uskup wafat, ia pun berpindah ke uskup yang baru. Menjelang wafatnya uskup kedua, Salman bertanya kepadanya, siapakah yang harus aku percaya sepeninggalmu? Uskup menjawab, pergilah ke Musol. Di sana ada seorang pemimpin yang sama dengan langkahku.
Ketika uskup wafat, ia pun pergi ke Musol. Menghubungi seorang uskup dan menceritakan tentang dirinya. Ia tinggal di sana tanpa batas waktu. Ketika uskup akan mendekati ajal, Salman pun bertanya lagi. Kepada siapa aku harus percaya? Uskup menunjukkan Salman untuk menghubungi seorang shalih yang tinggal di Nishibin. Ia datang dan menceritakan tentang dirinya. Kemudian tinggal bersamanya tanpa batas waktu.
Ketika uskup mendekati ajalnya, untuk kesekian kalinya Salman kembali bertanya, siapa yang harus aku percaya? Lagi-lagi uskup memerintahkan menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di Amuria Rumawi. Salman pun berangkan ke sana dan tinggal bersamanya. Sebagai bekal hidup, ia beternak sapi dan kambing.
Saat ajalnya sudah dekat, maka Salman bertanya lagi. Kepada siapa aku harus percaya? Uskup menjawab. Anakku, akan datang seorang nabi yang mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Nanti dia akan berhijrah ke suatu tempat yang ditumbuhi tumbuhan kurma, terletak diantara bidang tanah berbatu hitam.
Ia memiliki tanda yang jelas. Dialah orang yang tidak mau makan sedekah, tetapi bersedia menerima hadiah. Di pundaknya ada cap kenabian. Jika engkau melihatnya, pasti akan mengenalinya. Mendengar penjelasan tersebut Salman merasa ada petunjuk menuju kebenaran agamanya.
Khalid Muhammad Khalid menyebutkan, suatu ketika Salman bertemu dengan satu rombongan. Ia bertanya, dari mana mereka berasal? Rombongan menjawab, mereka berasal dari jazirah Arab. Salman meminta agar bersedia membawanya ke negeri mereka. Sebagai imbalan, ia menyerahkan semua hewan ternaknya kepada mereka. Salman ikut rombongan hingga sampai ke suatu negeri bernama Wadil Qura'. Sampai di sana ia dizalimi, mereka menjualnya kepada seorang Yahudi.
Sejak saat itu Salman menjadi budak dan tinggal bersama Yahudi majikannya. Ia bekerja di sebuah kebun kurma. Hingga suatu hari, Salman dijual kepada seorang Yahudi Bani Quraizhah oleh Yahudi yang membeli sebelumnya. Lalu ia dibawa ke Madinah yang ternyata negeri tujuan Salman, yakni tempat hijrah Rasulullah saw yang ditunggu. Pucuk dicinta ulam tiba, tidak perlu mencari tetapi sampai dengan sendirinya.
Suatu hari, ketika Salman sedang bekerja dan berada dia atas pohon kurma, tiba-tiba datang seseorang sambil berteriak ia berkata. 'Celaka wahai Qailah. Mereka mengerumuni seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku dirinya nabi.' Mendengar berita tersebut tubuh Salman bergetar hebat hingga mengguncangkan pohon kurma dan hampir saja ia jatuh. Salman segera turun dan bertanya, "Benarkah itu?" Tiba-tiba majikan memukulnya dengan keras dan berkata, 'Apa urusanmu? Kembalilah bekerja! Salmanpun kembali bekerja.
Rasa penasaran membuatnya ingin mencari kebenaran. Sore harinya, dengan membawa beberapa kurma, Salman pergi ke Quba untuk bertemu Rasulullah. Ia melihat beliau sedang bersama beberapa sahabat. Ia mengucapkan salam lalu berkata, aku memiliki persediaan makanan yang telah aku niatkan untuk sedekah. Kemudian ia meletakkan makanannya.
Rasulullah saw bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah." Tetapi beliau tidak menjamah makanan tersebut. Salman berkata dalam hati. Demi Allah, ini tanda-tandanya, dia tidak mau makan harta sedekah.
Keesokan harinya Salman kembali menemui Rasulullah saw dengan membawa makanan. Ia menemui Rasulullah saw sedang bersama para sahabat, lalu berkata. Aku melihat tuan tidak mau makan sedekah. Oleh karenanya hari ini aku ingin menyerahkan makanan kepadamu sebagai hadiah. Maka Rasulullah saw bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah." Lalu beliau turut makan bersama mereka. Salman berkata dalam hati. Ini tanda yang kedua, ia bersedia menerima hadiah.
Usaha mencari kebenaran masih dilanjutkan Salman. Setelah beberapa lama, ia mencari Rasulullah saw dan menjumpainya di Baqi'. Saat itu Rasulullah yang sedang mengiringi jenazah bersama para sahabat. Beliau memakai dua lembar kain lebar di tubuhnya. Yang satu dililitkan di pinggangnya dan satu lagi sebagai baju. Salman mensejajarkan tubuhnya dengan Rasulullah saw agar dapat melihat bagian punggung atasnya. Sebagai seorang yang jeli, Rasulullah saw memahami keinginan Salman. Beliau mengangkat kain buldahnya hingga nampak pada pundaknya cap kenabian seperti yang disebutkan pendeta.
Dengan cepat, Salman membalikkan badannya dan memeluk serta mencium Rasulullah saw sambil menangis. Lengkap sudah tanda kenabian yang disampaikan pendeta kepadanya. Kini sudah terbukti kebenaran sejati tentang diri Rasulullah seperti yang dicari Salman.
Tanpa berpikir panjang, iapun duduk di hadapan Rasulullah saw. Menceritakan semua dinamika perjalanan panjang mengenai dirinya kepada Rasulullah saw. Kemudian ia masuk Islam dengan penuh hikmah.
Begitulah kisah perjuangan seorang pencari kebenaran agama yang mendapatkan cahaya kesucian dari Penguasa alam semesta. Berpetualang mencari petunjuk hingga mendapatkan hikmah keislaman. Mari kita terus mencari kebenaran.
0 facebook:
Post a Comment