Salah satu sunnah Nabi Muhammad ﷺ yang sering dilupakan adalah urusan bersiwak. Karena melupakan hal ini, pasukan Islam pernah mengalami kalah perang
lamurionline.com -- DI ANTARA bentuk kesempurnaan syariat Islam adalah perhatian terhadap urusan kebersihan dan kesehatan. Salah satunya adalah bersiwak dan sikat gigi.
Kegiatan tersebut merupakan perbuatan sunnah yang diganjar pahala. Beliau bersabda:
“Siwak itu pembersih mulut dan mendapat keridhaan dari Rabb.” (HR. Ahmad).
Rasulullah ﷺ biasa membersihkan giginya usai bangun tidur dan menjelang wudhu dengan siwak. Ummu al-Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha (Ra) meriwayatkan;
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قاَلَتْ : كُنَّا نُعِدُّ لِرَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ ، فَيَبْعَثُهُ اللهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ ، فَيَتَسَوَّكُ ، وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Kami biasa menyiapkan siwak dan air untuk bersuci Rasulullah ﷺ. Allah lalu membangunkannya sesuai dengan kehendak-Nya pada waktu malam. Maka beliau bersiwak, berwudhu, dan melakukan shalat.” (HR: Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah ﷺ bersabda:
وَعَنْ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( أَكْثَرْتُ عَلَيْكُمْ فِي السِّوَاكِ )) رَوَاهُ البُخَارِي .
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Aku perbanyak (anjuran) untuk kalian tentang bersiwak.” (HR. Bukhari)
Sejarah Siwak
Sejarah Siwak atau Miswak ini sendiri bermula pada masa Babilonia, 7000 tahun yang silam. la telah banyak digu- nakan pada zaman kerajaan Yunani dan Romawi.
Masyarakat Arab juga telah familiar dengan siwak jauh sebelum kedatangan Islam. Biasanya mereka meng- gunakan akar dan ranting segar dari sejenis Pohon Arak (Salvadora Persica).
Pohon Arak tersebut mudah dijumpai di daerah Benua Asia Tengah dan Afrika. Bentuknya kecil, mirip belukar dengan batang yang bercabang-cabang. Jika kulit rantingnya terkelupas, akan timbul warna agak keputi- han dengan juntaian serat yang banyak terlihat.
Setiap komunitas masyarakat memiliki nama khas untuk siwak tersebut. Di daerah Timur Tengah, siwak biasa dikenal dengan sebutan miswak atau arak.
Di Tanzania disebut miswak, sedang masyarakat Pakistan dan India menggelarinya dengan datan atau miswak. Selain itu, kayu kunyah (Chewing Stick) berasal dari tanaman yang berbeda beda pada setiap daerah asal.
Khusus daerah Timur Tengah, bahan yang sering digunakan adalah jenis Pohon Arak (Salvadora Persica). Orang Afrika Barat biasa memakai Pohon Limun (Citrus Aurantifolia) dan Pohon Jeruk (Citrus Sinesis) sebagai bahan utama bersiwak.
Masyarakat asli benua Amerika yang berkulit negro memakai akar tanaman Senna (Cassiva Vinea), Penduduk kota Sierra Laone, Liberia memanfaatkan Laburnum Afrika (Cassia Sicberianba).
Sedang komunitas pengguna siwak di daerah India biasa menjadikan tanaman Neem (Azadirachta lindica) sebagai bahan utama dalam bersiwak. Seiring perjalanan waktu, Rasulullah lalu menetapkan penggunaan siwak sebagai bagian dari sunnah Nabi.
Meski demikian, kini istilah siwak bisa digunakan untuk semua jenis ranting atau akar pohon yang biasa dipakai untuk bersiwak. Ten- tunya dengan beberapa persyaratan ter- tentu, seperti lembut, sanggup mem- bersihkan, bersifat basah, dan memiliki serat.
Kandungan Kayu Siwak
Sebuah penelitian terhadap kayu siwak (al-Lafi dan Abab- neh/1995) menyebutkan, siwak mengandung sejumlah mineral alami yang mampu membunuh bakteri, melenyapkan plak, serta mencegah gigi berlubang, dan me- melihara gusi.
Dalam setiap batangnya, kayu siwak mempunyai kandungan berbagai zat kimiawi yang bermanfaat, di antaranya: Anti-bacterial acids, seperti astringents, abrasive, dan detergents. Semua zat tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, dan menghentikan pendarahan pada gusi.
Selain itu, kayu siwak juga mengandung zat kimia seperti; Chlorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Suifur, Vitamin C, Trimethyl aminc, Salvadorine, Tannins, dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi membersihkan gigi, memutihkan, dan menyehatkan gigi dan gusi.
.Tak jarang bahan-bahan tersebut berupa rasa si pemakai menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap dan menjadikan bau mulut segar.
Keistimewaan siwak lainnya yaitu kandungan enzim yang bertugas mencegah pembentukan plak yang menyebabkan radang gusi. Zat yang tak kalah penting berupa anti decay agent (zat anti pembusukan).
la berfungsi menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga berperan merangsang produksi saliva (air liur) lebih, sebagai organik mulut yang membersihkan mulut.
Siwak dan Tinjauan Medis
Sudah menjadi rahasia umum, jika sisa-sisa makanan yang terdapat pada sela-sela gigi, menjadikan daerah mulut sangat berpotensi dalam pembusukan sekaligus perkembangan berjuta-juta bakteri.
Bila tak dibersihkan secara teratur, maka dengan mudah ia akan melahirkan ragam keluhan di sekitar mulut. Mulai dari yang paling ringan, bau mulut yang tak sedap hingga ada- nya gigi berlubang, gigi keropos, radang gusi, dan berbagai penyakit lainnya.
Keunggulan siwak juga terdapat pada batangnya yang elastis dan ukurannya yang berdiameter kecil. Menjadikan kayu siwak bersifat lebih fleksibel dibanding yang lain.
Dengannya ia sanggup menjelajah ke rongga-rongga mulut yang paling sulit dan dalam sekalipun. Alhasil, siwak mampu membersihkan lebih bersih dan mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi sekaligus menghilangkan plak yang ada.
Selain itu siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi. Sebab siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa.
Sebuah penelitian (Erwin dan Lewis/1989), juga menyebutkan jika pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.
Penelitian lain pernah diadakan dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak.
Hasilnya? Pasta gigi dengan campuran butiran bubuk siwak lebih sempurna bagi kesehatan gigi. Sebabnya tak lain karena butiran-butiran dipergunakan sebagai bahan membuat pasta gigi.
Di antara kandungan yang lain adalah adanya aroma alami tersebut mampu menjangkau lebih dalam dan sanggup mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih tersembunyi di sela-sela gigi.
Bahkan dengan berbagai penemuan tersebut, tak heran jika Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) berani merekomendasikan siwak sebagai sarana keseha yang patut diles tarikan dan disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini juga menjadi garansi bagi banyak perusahaan-perusahaan raksasa di dunia untuk memasukkan campuran bubuk siwak ke dalam berbagai produk pasta gigi mereka.
Siwak dalam Keseharian
Sejatinya, bersiwak itu tak terikat dengan waktu-waktu tertentu. Kapanpun orang sah-sah saja melakukannya.
Namun meski demikian, ada beberapa waktu tertentu yang siwak dianjurkan untuk dipakai ketika itu. Di antaranya adalah, ketika baru bangun dari tidur.
Bahkan dalam riwayat disebutkan, Nabi meletakkan siwaknya di dekat kepalanya. Hingga setiap kali Nabi bangun, beliau langsung bersiwak.
Nabi juga biasa bersiwak menjelang wudhu atau ketika hendak shalat. Selain itu, bersiwak juga dianjurkan setiap ingin memasuki rumah atau ketika hendak membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya.
Sebagai penutup cukuplah ridha Allah sebagai motivasi seorang hamba dalam bersiwak.* (Dikutip dari Majalah Suara Hidayatullah edisi Maret 2009)
0 facebook:
Post a Comment