Menurut dia, bulan Ramadhan yang sudah kita lewati adalah bulan istimewa. Di antara keistimewaannya adalah begitu mudahnya kita beribadah dan iman terasa sangat meningkat di bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan Tarbiyah, Ramadhan mengkondisikan kita agar menjadi orang yang berakhlak mulia.
“Ramadhan adalah bulan persatuan, solidaritas, berbagi dan menahan diri,” ujar Ustaz Zaitun dalam Tabligh Akbar dan Silaturahim Syawal 1444 H di Masjid Agung Syaikh Yusuf Gowa, Ahad (14/5/2023).
Menurut Ustaz Zaitun, hari kemenangan adalah bagi mereka yang setelah Ramadhan semakin kuat imannya, makin rajin ibadahnya, dan makin baik akhlaknya. “Termasuk rajin ibadah, baik yang fardhu dan ibadah-ibadah sunnah. Semoga ini terus dapat kita jaga dan kontensitasnya di luar bulan suci Ramadhan, terjadi peningkatan secara terus menerus,” ujarnya.
Tabligh akbar dan momentum kebaikan berjamaah adalah salah satu perintah Allah agar umat Islam menjadikan kebenaran itu lebih mendominasi. Walaupun pengajian di negeri ini makin hari makin ramai, namun belum bisa seramai acara konser atau perhelatan olahraga. Maka tugas kita agar bisa minimal menyamai semarak acara-acara tersebut.
Menurut Wantim MUI Pusat itu, ketika kebenaran dominan dalam lingkungan masyarakat, maka akan menjadi rahmat bagi umat manusia. Kebenaran datang bukan untuk menindas mereka yang lemah dan masih terkungkung dalam kebatilan. Akan tetapi, menjadi rahmat yang dapat melahirkan keberkahan dan ketenangan dalam kehidupan masyarakat.
Ustaz Zaitun juga menegaskan bahwa indikasi keberhasilan Ramadhan adalah kokohnya langkah dalam perjuangan. “Keberhasilan Idhul Fitri adalah mengokohkan perjuangan, karena pada hakikatnya seluruh amalan ibadah di bulan Ramadhan adalah rangkaian perjuangan, apalagi Ramadhan adalah bulan jihad yang melahirkan banyak kemenangan,” tegasnya.
Di luar Ramadhan, kata Ustaz Zaitun, mestinya kita menjadi lebih kuat dalam berjuang dibanding Ramadhan, karena energi lebih banyak akibat tidak berpuasa. Hanya saja obyek dakwah kita tidak semudah ketika kita berada di bulan Ramadhan.
Menurutnya, perjuangan yang utama adalah dakwah, betapa banyak orang yang dahulunya bersama kita puasa di Bulan Ramadhan dan rajin melaksanakan shalat, namun setelah itu dan kini telah meninggalkan shalat sebagaimana selesainya bulan Ramadhan. Tentu tidak cukup dengan mencetak buku-buku tentang bahaya meninggalkan shalat, tapi butuh dai dan daiyah yang menyampaikan tentang hal tersebut.
Perjuangan para ulama dan Nabi terdahulu adalah dakwah, tentu dengan pembinaan atau tarbiyah yang dapat mewujudkan khairuh ummat (manusia terbaik). Dia menegaskan, hal yang paling penting bagi para pejuang Islam adalah mereka harus siap menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang dia akan hadapi ke depan, sadar akan tanggungjawab, dan semakin serius dalam mengembang amanah dakwah. “Mari bertekad, untuk ikut mengukir sejarah,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)
0 facebook:
Post a Comment