Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Ketika Rasulullah saw diangkat menjadi rasul,  kaum musyrik menuduhnya sebagai pendusta, pembohong bahkan penyihir. Namun beliau tetap bersikap baik kepada mereka. Bukan karena takut, akan tetapi karena ajaran yang dibawanya menuntun  demikian. Rasulullah saw  sebagai pembawa risalah, menjadi teladan yang baik sesuai petunjuk dan kebenaran Al-Quran suci. 

Dalam pengajian kaum ibu di Dayah Thalibul Huda Bayu, Abi Hasbi Albayuni menyampaikan sebuah kisah berkenaan dengan  kebenaran Al-Quran. Berawal dari turunnya ayat Al-Quran surat Al-Isra ayat 7, "Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, kejahatan itu untuk dirimu sendiri."

Dengan turunnya ayat ini, membuat seorang sahabat Rasulullah saw terpesona. Sehingga ia melantunkan ayat tersebut berulang-ulang disetiap waktu. Hal itu ternyata menjengkelkan seorang perempuan musyrik ia tidak senang dengan lantunan tersebut dan membenci orang yang membacanya. 

Maka timbullah niat jahat  untuk mencelakai sahabat Rasulullah. Ia mendapatkan ide untuk membunuhnya dengan cara meracuni. Lalu ia membuat manisan untuk diberikan kepada sahabat Rasulullah saw itu. 

Suatu ketika tatkala sahabat akan melakukan sebuah perjalanan, perempuan musyrik ini menawarkan manisan untuk bekalnya. Dengan senang hati dan tanpa rasa curiga, ia menerima tawaran manisan yang sudah dibubuhi racun tersebut. Ia tidak menyadari jika bahaya mengintainya. 

Abi Hasbi menuturkan bahwa ditengah perjalanan, sahabat Rasulullah saw bertemu dengan dua pemuda yang sedang  kelelahan. Mereka beristirahat sambil menahan dahaga. Menyaksikan hal itu, sahabat Rasulullah menawarkan minuman dan manisan kepada kedua pemuda itu. Dengan senang hati dua pemuda ini menerima niat baik sahabat. Lalu mereka pun minum dan memakan manisan pemberian sahabat Rasulullah saw.

Alangkah terkejutnya sahabat Rasulullah, karena tiba-tiba saja dua pemuda itu  tersungkur ke tanah. Mereka meninggal dunia seketika. Sahabat Rasulullah kebingungan dan sangat panik. Ia tidak mengerti apa yang telah terjadi. 

Setelah itu ia pun ditangkap dan akan dipenjarakan. Ia tuduh sudah membunuh dua pemuda itu. Dalam sekejab saja berita kejadian itu tersebar sampai ke  Madinah. Mendengar kabar itu, Rasulullah saw segera datang. Beliau menanyakan kepada sahabatnya, "Dari mana manisan itu?" Ia menjawab, "Dari seorang perempuan." Lalu Rasulullah saw meminta agar perempuan itu dihadirkan. 

Ketika perempuan tersebut tiba, betapa kagetnya ia. Melihat dua pemuda sudah kaku menjadi mayat. Yang  ternyata dua pemuda tersebut adalah anaknya. Ia menjerit histeris. Lalu Rasulullah saw menjelaskan duduk persoalan yang terjadi. Perempuan musyrik itu menyesal, ia bersimpuh dihadapan Rasulullah saw sambil menangis. Lalu ia  berkata, "Kebenaran Al-Quran telah membukakan pintu hatiku". 

Peristiwa tersebut telah menyadarkannya akan kebenaran Al-Quran. Tuduhan mereka terhadap Rasulullah adalah sebaliknya. Karena sebenarnya merekalah yang pendusta, pembohong dan penyihir. Al-Quran firman Allah Swt, diturunkan kepada Rasulullah saw yang tidak ada keraguan padanya, apalagi kebohongan. 

Allah Swt telah memberikan hidayah kepada perempuan musyrik. Akibat peristiwa tersebut ia masuk Islam. Meskipun pada awalnya membenci Al-Quran, kini ia mengakui akan kebenaran isi Al-Quran. Apapun yang kita lakukan semua akan berpulang kepada diri sendiri. Baik yang dilakukan, maka baik yang dituai, jelek yang diperbuat, jelek pula yang dipetik. 

Mari kita berlomba-lomba berbuat kebaikan agar Allah Swt memberikan pahala yang berlipat ganda. Yakinlah bahwa Allah Maha Memberi Balasan terhadap perbuatan umat manusia.

Editor: Sayed M. Husen 

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top