Oleh: M. Thahir Abdullah Leupu

Ketua MPC PPP Kota Sabang  

Semua sejarah yang terjadi di dunia ini pasti bukan kebetulan. Semua ada yang sutradarai, baik dulu maupun skarang, termasuk di  Indonesia. Intinya semua kejadian bisa direkayasa oleh pemenang kekuasaan (power), agar sejarah kelak tidak berlawanan dengan gagasan pemenang  atau ending sejarahnya tidak ditolak masyarakat banyak. 

Walaupun di sana sini ada perbedaan sedikit sebagai perimbangan,(balancing) tentu ada kewajarannya dalam celah berdemokrasi yang bisa ditolerir. Hanya saja pemenang wajib menang walau    korban begitu banyak. Maka tak heran untuk menang, gagasan otoriter wajib dipraktekkan, agar visi dan misi bisa tercapai dg mudah. 

Memang ada yang mengatakan, bisa saja ada orang yang bisa menghitam-putihkan sebuah negara dan  bangsa, yaitu  melalui politisasi pena saat damai dan penggunaan senjata saat perang. Merekalah pemain sesungguhnya, apalagi mereka satu visi dan misi dalam mencapai suatu tujuan. Apapun bisa mereka lakukan agar sejarah yang sebenarnya hijau menjadi abu-abu atau warna lainnya. 

Kita masih ingat denga tipuan AS dan negara sekutu terhadap Iraq dengan dongeng  bom biologis, pembunuh massal, yang membentuk opini bertahun-tahun. Demikian juga  penggulingan Presiden Libya Kolonel Muammar Qadafy yang sangat dicintai 90% lebih oleh rakyatnya, kemudian pembumihangusan Partai Islam FIS di Aljazair, Taliban (Afghanistan) dan berbagai tragedi kekuasaan lainnya.  Termasuk juga sejarah negara Aceh dan Indonesia yang dengan celah perdagangan rempah-remapah juga dihabisi oleh kolonial. 

Karena itu, teori dan sejarah Indonesia pun berubah. Awas, jangan cepat melupakan sejarah. Yang sangat kontemporer, pada abad 16 sampai dengan 19, Eropa dan koalisinya menjajajah Nusantara, termasuk negara Aceh tercinta, yang bersama-sama melawan penjajahan bersama-sama para ulama, hasilnya merdekalah Indonesia

Sejarah baru pun terjadi dengan tiba-tiba, yaitu  kudeta terhadap presiden pertama RI Soekarno, sang proklamator  yang mengejar penjajahan bersama para ulama, kiay, habib, teungku, ormas Islam dan pejuang lainnya, lahirlah teks proklamasi yangg sering kita baca selama ini dan tentu  sahlah negara Indonesia merdeka yangg tentu banyak negara lain yangg tidak senang setuju (Belanda, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya).

Akibatnya, mereka mengatur strategi agar kekacauan di dalam negara Indoneia tetap terjadi, maka CIA Cs (AS Cs) bermain-main  di lingkaran  kekuasaan negara kita, maka  jatuhlah kekuasaan  kepada presiden Soeharto yang didukung  CIA dan kawan-kawan, yang kapitalis, imperialis, dan sekuleris itu.  Padahal mereka juga pernah menjajah Indonesia dan beberapa negara Islam dibelahan dunia sana.

Karena itu,  rasanya wajib ekstra hati-hati,  bahwa  pilpres tahun 2024 yang akan datang jangan sampai umat Islam diperalat lagi oleh kelompok-kelompok kapitalis, imperialis, dan sekuleris. Jangan pula diperalat oleh  barisan sosialis, komunis, atau bahkan atheis.  Ummat Islam tak boleh lagi melupakan sejarah kekuasaan yang pernah kita lewati dan saksikan di permukaan bumi ini.  

Setidaknya belajarlah dari kehebatan presiden Turky Erdogan yang bisa berkawan dengang Uni Eropa, AS cs, Cina, Rusia dan lain-lain, namun dia tidak lupa membangun supra dan infrastruktur politik Islam. Wallahu'alam bishshawab.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top