"Pengiriman guru ngaji ini merupakan program rutin yang kami lakukan. Mereka adalah sarjana alumni Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, kampus milik DDII. Hingga kini sudah 5.828 guru ngaji yang kami kirimkan ke berbagai daerah," ujar Ketua Umum DDII, Dr. H. Adian Husaini di gedung MPR RI, Selasa (8/8).
Adian mengungkapkan, sejak berdirinya tahun 1967, DDII mengirimkan ribuan dai atau guru ngaji ke daerah-daerah tertinggal. Urgensi pengiriman para guru ngaji ini, selain untuk mengajarkan agama kepada masyarakat muslim di daerah tertinggal, juga turut mendukung dan berkontribusi terhadap pencapaian sustainable development goals (SDGs) Indonesia.
“Yang utama dalam menghadirkan pendidikan yang bermutu, menghapuskan kemiskinan, mengakhiri kelaparan, menghadirkan akses air bersih dan sanitasi yang layak, hingga penanganan terhadap perubahan iklim.
"Di wilayah Tubeket Mentawai misalnya, kami punya desa binaan yang selama 15 tahun tak pernah mengenal pertanian padi. Alhamdulillah melalui perantara guru ngaji yang bertugas di sana akhirnya mereka bisa menanam padi bahkan sampai panen raya," imbuh Adian.
Demikian pula, di Pulau Semau-NTT, guru ngaji DDII didukung LAZNAS Dewan Dakwah memberikan masyarakat setempat pelatihan, peralatan, dan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan panen madu dan pengolahannya. Hasilnya tiap bulan mereka dapat memanen 30-35 liter madu.
Adian menjelaskan, dalam Rakornas tahun 2022, DDII meluncurkan Fatwa Kebangsaan. Munculnya Fatwa Kebangsaan DDII ini dalam rangka untuk menegakkan NKRI.
"Wawasan kebangsaan bagi DDII sudah pernah dicontohkan dan diteladankan tokoh-tokoh DDII yang juga para pejuang kemerdekaan seperti M. Natsir, Syafruddin Prawira Negara, Mohammad Roem, dan lainya," ujarnya. (Sayed M. Husen)
0 facebook:
Post a Comment