Oleh:Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat
Keadaan yang membutuhkan bantuan mungkin dikarenakan fakir, miskin, yatim, piatu, sakit, dan lain sebagainya. Jika orang yang terdekat membutuhkan uluran tangan lalu untuk apa kita mencari orang yang jauh untuk disantuni. Kalau memang yang lebih membutuhkan ada di sekitar kita, mengapa harus bersusah payah menyumbang kepada yang lain.
Jika memang yang nampak di depan mata ada, maka baiknya jangan mencari yang tidak nampak. Bukankah melihat di sekeliling lebih afdhal dibandingkan dengan yang lebih jauh. Begitulah anjuran Rasulullah saw dalam bersedekah. Daripada tatop jambo sira gop, lebeeh get tatop jambo sira dro. Demikian peupatah Aceh.
Hal ini sudah saya alami sendiri dalam kehidupan ini. Setelah suami tiada, anak saya yang bungsu menjadi yatim karena masih dibawah umur. Dengan begitu layaknya yatim yang lain, ia juga pernah mendapat santunan dari para dermawan. Baik dari dari keluarga maupun di luar keluarga.
Yang membuat saya terharu adalah keluarga besar kami di Payaroh. Sejak Muammar Asyraf dinyatakan yatim, keluarga besar M. Anzib Daud, membuka celengan khusus untuk santunan yatim. Yang ditempatkan di rumah induk keluarga besar kami. Mereka saling mengisi celengan setiap pulang ke rumah induk.
Suatu ketika saya pulang ke rumah induk, saya dikasih uang recehan dari hasil celengan yang mereka tabung bersama-sama. Tak tertahan air mata keharuan membasahi pipi. Subhanallah, ternyata begitu besar rasa peduli keluarga saya terhadap kami.
Santunan yatim yang mereka infakkan saya peruntukkan untuk uang saku Muammar di pasantren modern Al-Manar. Di sela-sela itu mereka juga sering membantu kebutuhan kami setiap ada kemudahan. Semoga Allah Swt membalas dengan ampunan dan keberkahan.
Meskipun dari pihak yang lain juga ada santunan, namun menariknya disini adalah rasa peduli dan kebersamaan keluarga besar yang luar biasa. Situasi ini terkadang jarang didapati. Tidak semua keluarga memiliki empati seperti ini. Bahkan banyak yang terkadang kurang peduli terhadap yatim meskipun itu keluarga sendiri. Mereka lebih peduli kepada orang lain daripada keluarga sendiri yang dalam kondisi tak berdaya.
Terkadang ada ibu tanpa suami yang harus mencari nafkah sendiri menafkahi yatim-yatimnya. Padahal keluarga di sekeliling mereka orang-orang mampu. Kondisi ini membuat seorang ibu harus bekerja keras demi menghidupi anak-anaknya. Sehingga terkadang kepala menjadi kaki dan kaki menjadi kepala saat berjuang mencari nafkah. Seorang ibu yang lemah, sekaligus pengganti sang ayah yang sudah tiada. Sungguh kesedihan yang tiada tara. Namun pada umumnya perempuan akan kuat dan tegar demi anak-anak mereka.
Semangat seorang ibu akan muncul di saat ia terdesak harus berbuat. Bekerja tanpa kenal lelah demi si buah hati belahan jiwa. Insya Allah pahala kebaikan akan ia peroleh dengan berlipat ganda. Disamping peran ibu, ia juga sebagai penyantun anak yatim. Keikhlasan dan ketulusan menafkahi anak-anaknya akan menjadi ladang pahala terbesar baginya.
Bukan tidak mungkin kurangnya kepedulian keluarga terhadap orang lemah. Banyak diantara mereka yang tidak mengerti cara bersedekah seperti anjuran Rasulullah saw. Sehingga pahala dan kesempatan baik di depan mata dilewatkan begitu saja. Orang-orang lemah yang ada disekitar terabaikan. Sedangkan yang jauh dari penglihatan dikejar.
Andaikan mereka tahu bahwa di dekatnya terdapat banyak ladang pahala, pasti takkan menyia-nyiakan begitu saja. Jika memang ada ladang yang lebih dekat dan subur untuk bercocok tanam, maka garaplah dengan baik. Agar mendapatkan hasil panen yang lebih banyak dan berkah.
Mari mencari ladang amal yang lebih dekat terlebih dahulu. Jika sudah terpenuhi kebutuhan keluarga dan kerabat dekat, mari mencari lahan untuk menanami ladang yang lebih banyak. Jangan pernah berhenti beramal dan bersedekah sebagai investasi akhirat. Dimanapun dan kapanpun waktunya.
0 facebook:
Post a Comment