Oleh: Ahmad Faizuddin
Buku setebal lebih kurang 38 halaman dari sampul depan ke sampul belakang tersebut di awali dengan kata-kata dedikasi sederhana yang berbunyi, “Untuk jiwa setiap anak di dunia yang mainannya terjatuh dari tangannya dan terkubur dalam kehancuran seiring jiwanya naik ke surga.” Meskipun ceritanya khusus tentang anak-anak Gaza, namun narasi buku ini mencakup anak-anak di seluruh dunia karena memang seharusnya dunia anak-anak dimanapun sama.
Halaman pertama buku diawali dengan pertanyaan kepada seorang anak, “Ketika kamu dewasa, kamu akan menjadi apa?” Jawabannya sangat mengejutkan untuk dibaca. “Anak-anak Palestina tidak akan tumbuh dewasa. Mereka bisa ditembak kapan saja. Bahkan mereka meninggal sebelum dilahirkan. Sebahagian mereka meninggal sebelum namanya ada, dan sebahagian yang lain seakan-akan telah meninggal meskipun mereka hidup”. Ini adalah kisah nyata dari Nader, Yousef, Hala, Laila, Eileen, dan ribuan nama lainnya yang tak mungkin disebutkan satu per satu.
Zionis Israel telah menghancurkan impian dan harapan anak-anak Palestina sejak dulu kala. Klaim perang yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 adalah palsu belaka. Sejarah mencatat Israel telah merebut paksa tanah Palestina mulai 2 November 1917 dengan dalih Deklarasi Balfour, dimana Inggris memberikan hak kepada warga Yahudi untuk menetap di Palestina. Sejak saat itu Israel telah merebut tanah Palestina sejengkal demi sejengkal dan membunuh lebih dari 70% anak-anak dan perempuan. Dunia hanya diam saja. Namun mereka tidak tahu, Allah SWT akan memberikan balasan kepada syuhada Palestina dengan tanah yang lebih luas di syurga-Nya.
Halaman-halaman buku seterusnya dipenuhi dengan cerita-cerita ajaib dan heroik dari anak-anak Palestina. Contohnya, cerita seorang anak bernama Jamal yang selamat keluar dari reruntuhan rumahnya sementara semua ahli keluarganya meninggal dunia. Bukannya sedih dan berlinang air mata, Jamal malah mengacungkan tangannya ke langit seperti tanda huruf V yang berarti victory (kemenangan). Ia seakan mengejek badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang hanya pandai berbicara tentang hak asasi manusia tetapi tidak ada aksi nyata terhadap anak-anak di Palestina.
Ibunda dari Yousef Abydani bercerita bahwa anaknya lapar dan ia keluar rumah mencari makanan untuknya. Ia mengunci pintu rumahnya dan meninggalkan Yousef di dalam. Namun ketika hendak kembali, rumahnya telah hancur lebur akibat bom laknat Zionis Israel. Sang Ibu hanya dapat memegang kunci ditangannya, sementara pintunya sudah dibawa oleh anaknya ke langit sana. Yousef meninggalkan dunia fana ini dengan perut kosong. Namun jangan khawatir wahai Ibunda, anakmu akan bergembira dengan jamuan Allah SWT yang lezat di syurga-Nya.
Di halaman buku lainnya, wajah seorang anak bernama Yahya terlihat manis dengan senyum merekah di wajahnya. Dia adalah seorang yang berprestasi di sekolahnya dan penghafal Al-Qur’an (hafidz). Yahya menghabiskan waktunya sehari-hari untuk belajar dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Menurut Ibunya, Yahya suka belajar dan bercita-cita untuk mengubah kondisi negerinya dengan pendidikan. Namun tentara Zionis Israel terkutuk telah merenggut nyawanya sebelum ia dapat menggapai impiannya. Kini lantunan suaranya terdengar di langit sana bersama para syuhada lainnya.
Cerita Emily tak kalah sedihnya. Ia hendak mengambil boneka mainannya tatkala bom Israel menghancurkan rumahnya. Boneka mainan dan Ibunya yang ada di dalam rumah telah pergi ke syurga. Ternyata Israel takut dengan boneka mainan sampai-sampai mengirimkan bom untuk menghancurkan tempat tinggal Emily. Andaikan boneka mainan itu dapat berbicara, ia akan bercerita tentang kepengecutan Israel di tanah Palestina. Jangan takut Emily, tanah Palestina akan bebas suatu saat dan engkau akan dapat bermain dengan tenang kembali.
Banyak juga kisah dan potret anak-anak Palestina lainnya yang tidak bernama dalam buku ini yang dapat menjadi pelajaran buat kita semua. Jiwa-jiwa suci anak-anak telah naik ke surga, tetapi Palestina tetap tinggal di sini. Cerita berakhir dengan seorang anak laki-laki dan perempuan mengibarkan bendera Palestina dan bernyanyi bersama. Mereka akan tetap ada di sini seperti pohon almond dan zaitun yang berdiri kukuh di bumi Palestina.
Akhirnya, buku sederhana ini ditutup dengan kalimat yang dapat menyentuh hati pembacanya. Kami akan tetap di sini, mempertahankan tanah kami. Kami tidak akan meninggalkan tempat ini. Jiwa kami akan menari di atas semilir angin laut Palestina, di pepohonan zaitun dan pepohonan jeruk Jaffa. Inilah Palestina, inilah Gaza yang mulia. Inilah Yerusalem. Jangan lupakan kami. Kami mencintai kehidupan, namun kami pergi ke surga untuk mencari keadilan. Hukum duniawi tidak lagi melindungi atau menjadi saksi masa kecil kami.
Kedah, Malaysia: Jum’at, 5 Januari 2024
0 facebook:
Post a Comment