Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat
Kisah ini diceritakan Abi Hasbi Albayuni di pengajian Muslimah mingguan pagi di Dayah Thalibul Huda Bayu Lamcot Aceh Besar. Berkenaan dengan materi tafsir dalam surah An-Namlu ayat 7, 8 dan 9 tentang kisah perjalanan nabi Musa as ketika diangkat menjadi rasul. Perjuangannya dalam berdakwah dan pertemuan dengan Shafura. Untuk lebih jelas mari kita simak momen mengesankan di antara dua insan pilihan ini.
Ketika nabi Musa as dan rombongannya bermusafir ke nageri Madian, mereka berhenti di sebuah sumur. Karena kelelahan Musa dan rombongannya ingin mengambil air minum. Namun antrian panjang yang terdiri dari kaum laki-laki dengan kumpulan kambing-kambingnya. Tiba-tiba pandangan Musa tertuju kepada sepasang gadis yang berdiri di pojok keramaian. Sang gadis juga ingin mengambil air di sumur yang sama.
Setelah mendapatkan air minum, Musa masih saja melihat dua gadis tersebut berdiri di tempatnya tanpa bergeser. Nabi Musa mendekati mereka dan bertanya, "Mengapa kalian tidak mendekat untuk mengambil air? Dua gadis ini menjawab, "Kami tidak berani menerobos karena banyak kaum lelaki yang berdesakan. Biasa kami menunggu hingga sepi, meskipun pintu sumur terkadang sudah ditutup. Sikap sang gadis membuat Musa tertegun.
Setelah mendengar jawaban tersebut nabi Musa menawarkan bantuannya. Pintu sumur sudah ditutup dengan tutupan yang sangat berat, namun nabi Musa mencoba membukanya kembali. Berkat kekuatannya pintu sumur dapat terbuka dengan mudah. Nabi Musa mengambil air dan memberikan kepada dua gadis itu untuk diminum dan dibawa pulang.
Abi Hasbi melanjutkan kisahnya, ketika tiba di rumah, ayah kedua gadis itu yang tak lain adalah nabi Syuib as bertanya, "Mengapa cepat sekali kalian kembali?" Shafura dan adiknya menjawab, "Ada seseorang yang membantu kami mengambilkan air, orangnya baik dan kuat." Ia sanggup mengangkat pintu air dengan mudah tanpa bantuan orang lain.
Mendengar cerita tersebut nabi Syuaib penasaran dan meminta laki-laki itu menemuinya. Shafura mencari lelaki tersebut dan menyampaikan keinginan ayahnya untuk bertemu. Nabi Musa memenuhi keinginan sang ayah si gadis. Ia berjalan mengikuti gerakan langkah si gadis Shafura menuju rumah mereka. Di tengah perjalanan iblis meniupkan angin hingga terangkat pakaian Shafura sampai kelihatan betisnya.
Melihat hal tersebut, Musa memalingkan wajahnya. Ia meminta untuk berjalan di depan. Maka si gadis Shafura mengikuti di belakangnya dengan memberi isyarat alamat yang dituju. Mereka terus berjalan hingga tiba di rumah nabi Syuaib as.
Musa dan nabi Syuaib saling mengenal satu sama lain. Nabi Syuaib melihat pribadi Musa yang santun dan mulia. Sang ayah dapat merasakan bahwa Musa bukanlah manusia sembarangan. Ia bisa melihat bahwa Musa memiliki keistimewaan melalui mata batinnya.
Kepribadian Musa yang mengagumkan, hingga nabi Syuaib ingin memilikinya. Hal tersebut mendapat dukungan dari putrinya Shafura. Ia berkata kepada sang ayah, "Ya abati, pekerjakan dia, karena dia seorang yang kuat lagi amanah."
Keberadaan Musa bersama-sama dengan keluarga nabi Syuaib membuat dua insan mulia ini saling menyimpan rasa. Namun malu dan sopan sudah terbentuk dalam jiwa keduanya. Mereka saling mengetahui pribadi masing-masing. Keanggunan dan kesopanan Shafura telah menembus ruang hati sang pangeran Musa. Gadis pemalu ini pun menyimpan kekaguman terhadap kebaikan Musa.
Syuaib menikahkan Musa dengan putrinya Shafura. Mereka menjadi pasangan suami istri yang dimuliakan. Dari hasil perkawinan tersebut telah melahirkan dua anak kesayangan, yaitu Jaksum dan Elizar.
Dari kisah tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa setiap orang baik pasti akan dipertemukan dengan orang baik pula, sehingga menjadi kebaikan. Untuk itu mari kita membawa diri menjadi orang baik, agar Allah Swt mempertemukan kita dengan orang-orang yang baik pula, insya Allah.
0 facebook:
Post a Comment