Keumala Andayani, S.Stat, Analis Data pada ISSED

LAMURIONLINE.COM | BANDA ACEH - Siapapun yang memimpin Kota Banda Aceh sebagai walikota dan wakil walikota hasil Pilkada 2024 pada November nanti harus rela dan siap berkorban untuk warganya. Hal ini karena pemimpin terpilih harus menangani sejumlah masalah yang tidak mudah. 

Polling yang dilakukan Yayasan ISSED, sebuah lembaga kajian di Banda Aceh, menunjukkan masalah lapangan kerja, fasilitas dasar seperti listrik dan air, beasiswa pendidikan, dan pelaksanaan syariat Islam menjadi masalah yang paling mendapat perhatian warga Kota Banda Aceh. 

Data analis ISSED, Keumala Andayani, yang memimpin program survei tersebut dalam pernyataannya di Banda Aceh, Senin, (17/6/2024) menyampaikan, kurangnya lapangan kerja bahkan dipilih sebagai masalah paling mendesak di peringkat satu dan dua saat warga diminta mengurutkan lima masalah paling mendesak di Kota Banda Aceh.

Masalah fasilitas dasar berada pada peringkat ketiga, disusul masalah biaya pendidikan yang makin mahal. Selanjutnya pada peringkat ke-5, warga Kota Banda Aceh memilih isu pelaksanaan syariat Islam.

“Ini bukan masalah-masalah yang sederhana. Butuh pemimpin yang bukan hanya piawai secara teknis, tapi juga siap bekerja ekstra demi menyediakan lapangan kerja untuk warga Kota Banda Aceh yang didominasi penduduk muda, termasuk generasi millennial,” kata Keumala Andayani. 

Karena itu, menurut ISSED, calon walikota dan wakil walikota Banda Aceh yang akan datang tentu diharapkan yang dapat memimpin penciptaan sebanyak mungkin lapangan kerja dan menangani masalah warga tersebut. 

“Saya kira momentum Idul Adha yang juga kita kenal sebagai Idul Qurban ini dapat menjadi pengingat, siapkah calon pemimpin berkorban untuk warganya,” tambah Trisna Mulyati. 

Saat ditanya apakah ISSED juga melakukan survei elektabilitas, Trisna mengakuinya. “Ya, kami juga melakukan survei elektabilitas. Pilihan sebagian warga Banda Aceh sudah kami rekam, tetapi hasilnya belum bisa kami umumkan. Kalaupun nanti diumumkan, itu akan dilakukan entitas ISSED yang berbeda,” jelas alumni Teknik Industri, ITB dengan gelar S2 cumlaude dari Jurusan Teknik Industri University of Queensland di Australia ini.

“Karena ada entitas berbeda dalam komunitas ISSED, Yayasan ISSED tentu saja bergerak di untuk kepentingan publik lebih luas. Kami melakukan aneka polling independen, namun ada bagian dari komunitas ISSED yang bisa memberi konsultasi politik berbasis survei. Bagian ini biar nanti pada waktunya akan disampaikan sendiri ke publik,” tutup Trisna. (Sayed M. Husen)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top